Aku Dan Maduku

Kayya menyiapkan makanan yang dia masak keatas meja makan dan memandang Hana dengan helaan nafas, dia harus membahas ini dengan Hana, biar bagaimanapun Hana yang memiliki perusahaan itu.

"Kita makan dulu yah Kak, setelah itu baru kita bahas masalah lainnya, mumpung manusia-manusia itu belum datang mengganggu acara makan kita".

Hana mengangguk kemudian makan dengan tenang, hanya suara sendok bergantian terdengar diruangan ini.

Setelah makan dan dibereskan oleh pembantu keduanya langsung menuju ruang Hana untuk membahas perusahaan.

Sedangkan ibunya dan adik Arman itu kini menangis histeris dipenjara karena melihat Arman disana

"Ya ampun nak, kok kamu bisa dipenjara sih? ". Anita memeluk erat sang anak sambil menangis.

Arman hanya mengusap lembut belakang ibunya karena khawatir ibunya sakit karena menangisi dirinya.

"Iya kak, kakak habis ngapain sih sampai bisa masuk disini, kata istri kakak itu, kakak habis mukul bos kakak di kantor makanya kakak dilaporin ke polisi dan berujung masuk disini". Aini menatap kakaknya meminta penjelasan.

Arman menghela nafasnya, benar kata Kayya tadi, dia merenung saat dibawah kekantor polisi, andai dia bisa mengontrol emosinya dan bermain cerdik, dia tidak akan berakhir dipenjara seperti ini, inilah susahnya dirinya yang tidak bisa mengontrol emosinya yang meledak hingga menghancurkan semuanya.

"Iya bu, dek, aku memukul pak Arman karena tadi dia menghina ku dengan keterlaluan, aku tidak Terima dia menghinaku menumpang hidup sama Hana, dia juga mengatai aku mokondo tidak tahu diri dan masih banyak lagi, makanya aku marah dan memukulnya". Ucapnya dengan penuh sesal.

"Kenapa sih nak, biarkan saja dia mengoceh, lagian dia tidka memberi kamu uang jadi biarkan saja, sekarang kita akan kerepotan untuk menguasai harta Hana, besok nanti kata Kayya akan ada pemimpin perusahaan untuk menggantikan kamu nak".

*

"Apa? , sialan Andre, dia sengaja memasukkan ku penjara untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan, dasar licik". Arman memukul meja dengan keras membuat Anita dan Aini terkejut.

"Kayya baru saja pulang dari perusahaan katanya dia harus membereskan semua yang terjadi, bagus juga dia tidak mengakui kalian suami istri, bisa tambah banyak masalah nanti".

"Iya bu, aku beruntung Kayya orang yang bisa diandalkan dan cepat tanggap dan berpikir, andai tadi dia terang-terangan membantuku, kita akan dalam masalah besar karena kalian semua pasti ikut terseret karena menyembunyikan pernikahan kedua ku dari perusahaan padahal ada perjanjian pranikah yang tidak bisa aku langgar".

"Syukurlah jika seperti itu, walau mulutnya tajam dan pedas, dia orang yang bisa diandalkan dalam keadaan darurat". Ucap Anita dengan tidak yakin.

Dia masih ragu dengan perempuan yang dinikahi anaknya itu, sikapnya agak aneh dan sangat mencurigakan baginya walau dia berusaha menepis kecurigaannya tetap saja entah dia bisa merasa aneh.

"Sudahlah bu, jangan mencari masalah dengan istriku dirumah, jangan sampai dia meninggalkan aku dalam keadaan begini, siapa yang akan membiayai kalian jika aku dipenjara sedangkan semua rekening atas namaku sudah dibekukan, aku tidak tahu aset yang lain, kalau istriku meninggalkan aku, kita akan jadi gembel, dia kan bekerja".

"Maksud kamu aset yang kamu dapat dari balik nama punya Hana juga dibekukan oleh perusahaan?? ". Tanyanya dengan suara meninggi.

Dia tidak terima aset yang didapatkan anaknya dengan susah payah malah dibekukan perusahaan Hana, dia sangat tahu bagaimana perjuangan mereka mendapatkan aset itu sampai harus mencelakai Hana waktu itu sehingga mendapatkan tandatangan Hana tanpa dia tahu.

"Entahlah bu, rekening dan seluruh tabunganku sepenuhnya mereka bekukan, entah bagaimana caranya, aku yakin itu adalah perbuatan Hana, dia tidak mungkin tidak tahu karena setiap yang terjadi di perusahaan pasti melalui persetujuan dirinya, apalagi rekening pribadiku juga diurus olehnya baik debit maupun kredit".

Arman mengacak rambutnya kasar, dia yakin Hana sedang memulai aksinya untuk melawannya, dia sangat bodoh karena balik namanya itu menggunakan namanya bukan nama adik atau ibunya.

"Lebih baik ibu jual mobil yang atas nama ibu dan juga Aini setelah itu uangnya ibu tabung dengan gunakan identitas orang, begitu juga perhiasan, jangan sampai Hana bergerak mengambil milik ibu juga, sertifikat tanah dan semua yang ibu beli juga sebaiknya ibu jual, dan tabung ke rekening baru, begitu juga dengan milik Aini".

"Kamu benar juga nak, ibu akan meminta teman ibu membuat rekening atas namanya dan biar ibu pegang, setelah dari sini, ibu akan melakukannya".

"Iya bu lakukan segera, aku yakin Hana bergerak cepat, aku yakin dia juga yang membuat aku dalam masalah begini, andai aku tidka dalam penjara sekarang akan ku hajar dia, tapi sayangnya jika kita melakukannya malah akan lebih parah lagi masalahnya, ide istriku memang bagus, membuatnya gila tanpa terlihat".

"Jadi apa yang harus ibu lakukan pada Hana nak dia sudah keterlaluan, ibu akan memberinya pelajaran begitu sampai dirumah". Ucapnya dengan penuh amarah.

"Tidak perlu bu, kita serahkan pada istriku, dia akan membuat gila Hana secepatnya, aku sudah mengatakan pada nya untuk sering membawa Hana kesana kalau perlu setiap hari, jadi dalam seminggu atau dua minggu dia sudah gila beneran".

"Iya itu jauh lebih baik nak, kita harus secepat nya membuatnya gila agar kita bisa menguasai hartanya dan mendepaknya dari kehidupan kita, kamu harus cepat keluar dari sini bagaimanapun caranya".

Mendengar jawaban ibunya, Arman menghela nafas, Andre bukan orang sembarangan dia tidak akn mudah bebas sekalipun mereka bisa membayar petugas untuk mengeluarkannya sebagai jaminan.

"Kamu kenapa nak??". Anita heran pada ekspresi sang anak.

"Iya kak, bukankah ada yah peraturan untuk menebus kakak menggunakan jaminan, kalau kami sudah menjual semuanya, baiknya kami mengeluarkan kakak dari penjara menggunakan jaminan, iyakan bu? ".

" Iya yan, yang dikatakan adikmu betul, kami ingin membebaskan kamu dengan jaminan, ibu tidak mau kamu lama disini, supaya kita bisa bertindak dengan cepat".

Arman menggelengkan kepalanya dan menunduk, dia khawatir dia akan kesulitan keluar dari penjara karena Andre pasti menggunakan kekuatan kekuasaan yang dia miliki untuk membungkam polisi.

"Kenapa lagi sih nak?, kok kamu kayak tidak semangat begitu??". Tanyanya dengan gemas.

"Iya nih kakak aneh banget, biasanya juga orang senang, ini malah kayak orang tertekan begitu mau dibebasin? ". Sungut Aini dengan kesal.

"Bukan begitu bu, dek, Andre itu bukan orang sembarangan, dia pasti menggunakan koneksinya untuk membuatku berada disini dalam waktu yang lama, selain dia punya kuasa, dia juga punya uang, dia pasti membuat polisi tidak akan menerima jaminan kita, itu yang sejak tadi aku pikirkan, bukan yang lainnya".

Aini dan Anita saling memandang, mereka melupakan hal itu.

"Terus, kita harus apa?? ".

"Paksa Hana untuk mengeluarkan aku dari sini, suruh dia bicara dengan Andre bu".