NovelToon NovelToon
Regresi Sang Raja Animasi

Regresi Sang Raja Animasi

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Bepergian untuk menjadi kaya / Time Travel / Mengubah Takdir / Romantis / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Chal30

Kael Ardhana, animator berusia 36 tahun yang hidupnya hancur karena kegagalan industri, tiba-tiba terbangun di tubuhnya saat berusia 18 tahun… di tahun 1991. Dengan seluruh pengetahuan masa depan di tangannya, Kael bertekad membangun industri animasi lokal dari nol, dimulai dari sebuah garasi sempit, selembar kertas sketsa, dan mimpi gila.

Tapi jalan menuju puncak bukan sekadar soal kreativitas. Ia harus menghadapi dunia yang belum siap, persaingan asing, politik industri, dan masa lalunya sendiri.
Bisakah seorang pria dari masa depan benar-benar mengubah sejarah… atau justru tenggelam untuk kedua kalinya?

Yuk ikutin perjalanan Kael bersama-sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Senin pagi minggu ketiga, Kael memutuskan untuk mulai merancang strategi jangka panjang untuk Studio Garasi. Cuti sudah selesai, dan meskipun hasil festival belum keluar, kehidupan harus terus berjalan, episode TV reguler masih harus diproduksi, klien masih harus dipertahankan, dan tim masih harus dibayar.

Ia duduk di meja kerjanya yang sudah mulai penuh dengan catatan baru, membuka buku akuntansi sederhana yang ia kelola sendiri karena mereka belum mampu mempekerjakan akuntan yang benar. Angka-angka di buku itu membuat dahinya berkerut dengan khawatir.

"Pemasukan dari TVRI dan SCTV stabil, tapi tidak cukup untuk berkembang. Merchandise lumayan tapi musiman, tidak bisa dijadikan sumber pendapatan utama. Kita butuh diversifikasi," gumamnya sambil mengetuk-ngetuk pensil di meja dengan ritme yang gelisah.

Pintu studio terbuka dengan bunyi berderit yang familiar. Rani masuk dengan tas ransel yang penuh dengan sketsa baru yang ia buat selama cuti, ide-ide untuk karakter dan cerita yang bisa mereka kembangkan menjadi serial berikutnya.

"Lu udah di sini dari pagi? Kael, lu baru aja cuti. Jangan langsung kecanduan kerja lagi," tegur Rani sambil duduk di sebelah Kael, matanya melirik ke buku akuntansi yang terbuka dengan kekhawatiran yang jelas.

"Gue gak kecanduan kerja. Gue cuma... merencanakan. Kita harus mikir ke depan, Ran. Hasil festival mungkin bagus, mungkin tidak. Tapi apapun hasilnya, kita harus punya rencana untuk mempertahankan studio ini dalam jangka panjang," jawab Kael sambil menutup buku akuntansi, tidak mau Rani khawatir tentang situasi keuangan yang sebenarnya cukup ketat.

Rani menatap Kael dengan tatapan yang lembut tapi serius. "Kael, gue menghargai bahwa lu selalu mikirin keberlanjutan. Tapi lu juga harus ingat bahwa lu bukan Superman. Lu gak bisa handle semuanya sendiri. Percaya sama kita untuk bantuin lu dengan perencanaan dan strategi juga, bukan cuma eksekusi."

Kael terdiam, menyadari bahwa Rani benar. Selama ini ia terlalu banyak menanggung beban sendiri, dari arahan kreatif sampai perencanaan keuangan, dari hubungan klien sampai manajemen tim.

Ia perlu mulai mempercayai timnya untuk menangani lebih banyak tanggung jawab, bukan hanya untuk meringankan bebannya tapi juga untuk memberdayakan mereka menjadi profesional yang lebih matang.

"Lu bener. Oke, gue mau usul sesuatu. Kita bikin struktur manajemen yang lebih jelas. Gue tetap sebagai direktur kreatif dan pemimpin keseluruhan. Dimas tangani departemen animasi. Lu tangani arahan seni dan pengembangan visual. Budi tangani departemen audio. Dan kita rekrut satu orang untuk tangani pengembangan bisnis dan hubungan klien, karena gue harus akuin, gue gak terlalu jago di area itu," usul Kael sambil mulai menulis bagan organisasi di kertas kosong, menggambar kotak-kotak dengan panah yang menghubungkan peran-peran berbeda.

Rani mengangguk sambil melihat sketsa bagan organisasi yang Kael buat. "Ide bagus. Tapi untuk rekrut orang baru untuk pengembangan bisnis, kita butuh budget ekstra. Lu yakin kita sanggup?"

"Kita bisa mulai dengan paruh waktu atau berbasis komisi. Cari orang yang terampil tapi mau berkembang bersama kita. Seseorang yang percaya pada visi kita dan oke dengan kompensasi yang awalnya sederhana tapi dengan potensi untuk naik seiring studio berkembang," jawab Kael sambil terus menulis catatan tentang deskripsi pekerjaan dan kualifikasi yang mereka cari.

Siang itu, rapat diadakan untuk membahas restrukturisasi organisasi dan rencana rekrutmen. Semua orang hadir dengan notepad masing-masing, siap untuk memberikan ide dan masukan.

"Oke guys, kita perlu restrukturisasi manajemen biar lebih efisien dan bisa berkembang. Gue usul struktur ini," jelas Kael sambil menunjukkan diagram yang ia gambar di whiteboard besar yang baru mereka beli pakai sebagian pemasukan dari penjualan merchandise, tangannya bergerak dengan percaya diri menunjuk ke kotak-kotak berbeda dan menjelaskan peran masing-masing.

Dimas menatap diagram itu dengan ekspresi yang penuh pertimbangan. "Gue setuju dengan arah ini. Tapi gue mau tambahin, kita juga perlu tim kontrol kualitas yang independen dari tim produksi. Seseorang yang khusus fokus untuk review pekerjaan dan pastiin konsistensi di semua proyek."

"Poin bagus. Siapa yang lu pikir cocok untuk peran itu?" tanya Kael sambil menambahkan kotak baru di diagram dengan label "Kontrol Kualitas."

"Agus. Dia punya mata untuk detail yang luar biasa dan dia cukup diplomatis untuk kasih masukan tanpa bikin orang defensif," jawab Dimas sambil menatap Agus yang langsung kelihatan kaget dengan nominasi ini.

"Gue? Mas Dimas yakin? Gue baru gabung beberapa bulan. Masih banyak yang harus gue pelajarin," ucap Agus dengan rendah hati tapi ada percikan minat di matanya yang menunjukkan dia sebenarnya tertarik dengan tantangan ini.

"Justru karena lu masih segar. Lu masih punya perspektif yang objektif tanpa terlalu terikat dengan cara lama kita. Itu berharga untuk kontrol kualitas," Kael mendukung nominasi Dimas dengan alasan yang kuat, membuat Agus perlahan mengangguk dengan penerimaan dan tekad.

Rapat berlanjut dengan diskusi tentang strategi rekrutmen untuk posisi pengembangan bisnis. Mereka memutuskan untuk memasang lowongan pekerjaan di kampus ekonomi dan bisnis, mencari lulusan baru yang punya antusiasme tinggi dan mau belajar sambil bekerja meskipun studio mereka masih kecil dan sumber daya terbatas.

"Kita juga bisa manfaatin jaringan kita. Tanya ke Bu Ratna dan Pak Hendra apakah mereka kenal orang yang cocok untuk peran ini," usul Rani sambil mencatat poin-poin yang perlu ditindaklanjuti setelah rapat.

"Cemerlang. Ran, lu bisa handle kontak ke mereka? Lu punya hubungan yang baik dengan keduanya," pinta Kael sambil memberikan tugas dengan tanggung jawab yang jelas, mempraktikkan pendelegasian yang baru saja mereka diskusikan.

Sore itu, Kael duduk sendiri di rooftop kecil studio yang jarang dipakai, tempat yang berdebu dan penuh dengan kardus-kardus bekas tapi punya pemandangan yang lumayan ke arah matahari terbenam Jakarta yang warnanya dramatis dengan gradasi jingga, merah muda, dan ungu yang berpadu indah meskipun di balik polusi udara yang tebal.

Ia menyalakan rokok lagi, kebiasaan yang ia coba untuk berhenti tapi selalu kembali ketika stres atau tenggelam dalam pikiran. Asap mengepul pelan ke udara yang mulai mendingin seiring matahari mulai turun ke cakrawala.

"Di kehidupan sebelumnya, di titik ini gue udah terlalu sombong. Mikir gue bisa tangani semuanya sendiri, mikir gue paling tau apa yang terbaik untuk studio. Dan itu adalah awal dari akhir, ketika gue berhenti mendengarkan, berhenti percaya, dan mulai mengontrol semuanya dengan tangan besi yang mencekik," refleksi Kael dalam hati, menatap ujung rokok yang membara dengan cahaya yang hipnotis.

Pintu rooftop terbuka dengan bunyi berkarat. Rani muncul dengan dua cangkir kopi dari warung sebelah, langkahnya hati-hati menghindari kardus-kardus yang berserakan.

"Gue tau lu pasti di sini. Lu selalu ke rooftop kalau lagi mikir kebanyakan," ucap Rani sambil duduk di sebelah Kael, menyerahkan satu cangkir kopi yang uapnya terlihat jelas di udara sore yang mulai dingin.

"Lu udah tau kebiasaan gue ya? Sedikit menyeramkan tapi juga entah kenapa menenangkan," jawab Kael sambil tertawa kecil, menerima kopi dengan rasa terima kasih dan langsung menyeruput yang bikin lidahnya sedikit terbakar karena terlalu panas tapi dia tidak peduli.

Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman untuk beberapa menit, hanya menikmati pemandangan dan kehangatan dari kopi di tangan mereka. Tidak perlu banyak kata-kata, kadang kehadiran saja sudah cukup untuk membuat seseorang merasa tidak sendirian.

"Kael, gue mau tanya sesuatu. Dan gue mau jawaban yang jujur," ucap Rani tiba-tiba dengan nada yang serius, memecah keheningan yang nyaman tadi dengan pernyataan yang bikin Kael langsung sedikit gelisah.

"Tanya aja. Gue selalu jujur sama lu," jawab Kael sambil berbalik untuk menghadapi Rani dengan benar, matanya menatap dengan penuh perhatian meskipun jantungnya mulai berdetak lebih cepat dengan antisipasi.

"Kenapa lu pilih gue untuk jadi bagian dari perjalanan ini? Waktu awal-awal, lu bisa rekrut siapa aja yang lebih berpengalaman, lebih terampil. Tapi lu pilih gue, anak kuliah yang masih belajar dan gak punya portofolio yang mengesankan. Kenapa?" tanya Rani dengan kerentanan yang jarang terlihat darinya, matanya menatap Kael dengan campuran rasa ingin tahu dan ketidakamanan yang tersembunyi di balik pertanyaan itu.

Kael terdiam, mempertimbangkan bagaimana menjawab dengan jujur tapi tidak terlalu mengungkapkan perasaan yang lebih dalam yang ia masih coba pahami sendiri.

"Karena gue melihat sesuatu di lu, Ran. Bukan keahlian atau pengalaman, itu bisa dipelajari. Tapi semangat, dedikasi, dan cinta yang tulus untuk bidang ini. Lu tidak hanya mau jadi animator yang baik, lu mau menciptakan sesuatu yang bermakna, yang bisa menyentuh hati orang. Dan itu langka."

"Itu istimewa. Lu juga punya kerendahan hati untuk terus belajar dan keterbukaan untuk menerima masukan. Kualitas-kualitas itu adalah fondasi untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, dan gue tau bahwa kalau gue investasi waktu untuk mengajari lu, lu akan jadi luar biasa. Dan gue gak salah, lu udah membuktikan itu berkali-kali selama lima bulan ini," jawab Kael dengan ketulusan yang membuat setiap kata terasa berat dengan makna, suaranya lembut tapi tegas dengan keyakinan.

Rani terdiam dengan mata yang mulai berkaca-kaca dengan air mata yang ia coba tahan. "Makasih, Kael. Makasih udah percaya sama gue ketika gue masih belum percaya sama diri gue sendiri. Lu gak akan pernah tau betapa besar dampak lu di hidup gue, bukan cuma secara profesional tapi juga secara pribadi. Lu ngajarin gue untuk berani, untuk ambil risiko, untuk percaya bahwa gue bisa mencapai hal-hal yang tadinya gue pikir mustahil."

Kael merasa dadanya sesak dengan emosi. Tangannya bergerak hampir otomatis untuk meraih dan memegang tangan Rani yang dingin karena udara sore, meremas lembut sebagai tanda kenyamanan dan koneksi.

"Lu pantas dapat semua kesuksesan yang lu raih, Ran. Jangan pernah raguin diri lu sendiri. Lu adalah salah satu orang terkuat dan paling berbakat yang pernah gue kenal," ucap Kael dengan suara yang sedikit serak karena emosi yang ia coba jaga agar tetap terkendali.

Mereka duduk seperti itu, tangan bergandengan, menonton matahari terbenam yang perlahan memudar menjadi senja, dengan lampu-lampu kota mulai berkedip menyala satu per satu menciptakan permadani iluminasi yang indah meskipun kacau. Tidak ada kata-kata yang dipertukarkan lagi, tapi dalam keheningan itu, ada pemahaman yang lebih dalam, pemahaman bahwa apapun yang mereka rasakan untuk satu sama lain, entah itu persahabatan murni atau sesuatu yang lebih, itu berharga dan layak untuk dilindungi.

Dan di rooftop kecil yang berdebu itu, dengan latar belakang kota Jakarta yang tak pernah benar-benar tidur, dua jiwa muda menemukan kenyamanan dalam kehadiran satu sama lain, kenyamanan yang langka dan berharga di dunia yang sering terlalu cepat, terlalu berisik, dan terlalu menuntut.

1
Syahrian
🙏
Syahrian
😍🙏
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍🙏
Revan
💪💪
Syahrian
Lanjut thor
Kila~: siap mang💪
total 1 replies
pembaca gabut
thorr lagi Thor asik ini 😭
±ηιтσ: Baca karyaku juga kak
judulnya "Kebangkitan Sima Yi"/Hey/
total 2 replies
pembaca gabut
asli gue baca ni novel campur aduk perasaan gue antara kagum dan takut kalo kael dan tim gagal atau ada permasalahan internal
Syahrian
Lanjut thor👍👍
Revan
💪💪💪
Revan
💪💪
Syahrian
Tanggung thor updatenya🙏💪👍
Kila~: udah up 3 chapter tadi bang/Hey/
total 1 replies
Syahrian
🙏👍👍
Kila~: makasii~/Smile/
total 1 replies
Syahrian
👍🙏
Syahrian
😍
Syahrian
👍
Syahrian
Lanjut 👍😍
Kila~: sudah up 2 chapter nih
total 1 replies
Syahrian
Lanjuut🙏
Kila~: besok up 3 chapter 😁
total 1 replies
Syahrian
Mantap💪🙏
Kila~: terimakasih bang/Rose/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!