NovelToon NovelToon
Kumpulan Kisah Misteri

Kumpulan Kisah Misteri

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Rumahhantu / Horror Thriller-Horror / Matabatin / Roh Supernatural
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: iqbal nasution

Kumpulan kisah misteri menceritakan tentang cerita legenda misteri dan horor yang terjadi di seluruh negeri berdasarkan cerita rakyat. Dalam kisah ini akan di ceritakan kejadian-kejadian mistis yang pernah terjadi di berbagai wilayah yang konon mwnjadi legenda di seluruh negeri bahkan banyak yang meyakini kisah ini benar-benar terjadi dan sebagian kisah masih menyimpan kutukan sampai sekarang, Di rangkai dalam kisah yang menyeramkan membuat para pembaca seperti merasakan petualangan horor yang menegangkan,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqbal nasution, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4c. Misteri Noni Belanda

Fajar menyingsing perlahan di balik pepohonan raksasa. Kabut tipis menggantung rendah, membuat suasana hutan terasa dingin dan sepi.

Wendy membuka mata, mengeliat pelan. Di sampingnya tidak ada siapa-siapa. Ia mengusap wajah, kemudian pergi ke tenda sebelah, ternyata di sana juga Nita hanya sendiri.  Mereka berdua mendapati sesuatu yang aneh—tenda terasa lebih sepi dari biasanya.

“Albert? Cindy? Irwan?” panggilnya pelan. Tak ada jawaban.

Nita terkejut, wajahnya masih pucat setelah kejadian semalam. “Mereka ke mana?” tanyanya bingung.

Wendy keluar tenda. Ia melihat bekas api unggun yang sudah mati, hanya menyisakan abu hitam. Namun di sekelilingnya… tak ada tanda-tanda keberadaan ketiga temannya. Tidak ada tas, tidak ada botol air, tidak ada jejak kaki yang jelas.

“Mungkin mereka jalan-jalan pagi,” gumam Wendy mencoba menenangkan diri.

Nita mengangguk ragu. “Ya… mungkin… tapi kenapa tidak bilang dulu?”

Matahari perlahan meninggi, sinarnya menembus sela pepohonan. Namun hingga jam mendekati siang, ketiganya tak kunjung kembali. Wendy mulai panik.

“Kita harus cari mereka, Nit. Aku nggak tenang kalau diam aja,” kata Wendy.

Mereka pun menyusuri jalur kecil di sekitar tenda, memanggil nama teman-teman mereka.

“Albert! Irwan! Cindy! Kalian di mana?!”

Namun suara mereka hanya menggema, dibalas oleh kicauan burung dan desir angin.

Saat mereka melewati semak lebat, Nita tiba-tiba berhenti. Wajahnya pucat pasi, matanya melebar.

“Wen… lihat itu…”

Di batang pohon besar, tergantung potongan kain putih yang berlumur darah. Ketika Wendy mendekat, ia tercekat—itu adalah kaos Albert, robek di bagian dada, masih basah oleh darah segar.

Nita menjerit histeris, memegang tangan Wendy erat-erat. “Ya Allah… apa yang terjadi sama mereka?!”

Wendy mencoba menenangkan, meski jantungnya berdetak kencang. “Kita harus kembali ke desa, Nit. Kita nggak bisa sendirian di sini. Ini udah nggak beres…”

Namun saat mereka berbalik hendak kembali ke tenda, terdengar suara langkah kaki dari dalam hutan. Berat, menyeret, seolah ada sesuatu yang mengikuti mereka.

“Albert… Irwan… Cindy…” suara lirih itu terdengar memanggil dari kejauhan, dengan nada datar dan aneh.

Wendy dan Nita saling berpandangan. Mereka tahu, suara itu bukan milik manusia lagi.

Dengan wajah pucat dan tubuh gemetar, Wendy dan Nita berlari sekuat tenaga menembus pepohonan Tahura. Nafas mereka tersengal, kaki penuh goresan ranting. Mereka tak berani menoleh, meski suara lirih yang memanggil nama mereka terus terdengar di belakang.

Setelah sekian lama, akhirnya mereka keluar dari batas hutan dan tiba di jalur tanah berbatu. Di ujung jalan, seorang pria berseragam hijau dengan senapan bahu berdiri terpaku melihat keduanya yang berantakan. Dialah penjaga hutan setempat.

“Astagfirullah… kalian dari mana? Kenapa bisa sampai begini?” serunya panik.

Wendy hampir tak bisa bicara. “Tolong… teman-teman kami… hilang… di dalam…”

Penjaga hutan itu segera membawa mereka ke desa terdekat. Tak lama, kabar menyebar, dan para penduduk bersama Teungku Syaiful, sesepuh desa, berkumpul untuk mendengarkan cerita keduanya.

Malam itu, di bawah cahaya lampu minyak di balai desa, Wendy dan Nita dengan suara bergetar menceritakan semuanya—mulai dari suara-suara aneh, sosok wanita Belanda, hingga hilangnya Albert, Cindy, dan Irwan.

Warga desa saling pandang, wajah mereka penuh kecemasan. Teungku Syaiful menghela napas berat, lalu berdiri dengan tongkat kayu di tangannya.

“Aku sudah memperingatkan pantangan,” katanya lirih. “Kalau ada yang berani melanggar, maka arwah itu akan bangkit dan menagih. Sejak dulu, Noni Belanda memang menunggu jiwa-jiwa yang kotor untuk dia cabut.”

Penjaga hutan menimpali, “Teungku, besok pagi kita harus masuk lagi. Setidaknya untuk mencari jasad mereka.”

Esok harinya, belasan penduduk desa bersama penjaga hutan melakukan pencarian. Mereka menyusuri jejak, berteriak memanggil, hingga menjelang sore. Namun hasilnya nihil. Tidak ada tubuh, tidak ada jejak darah, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya keheningan yang menelan semuanya.

Saat senja, pencarian dihentikan. Wendy dan Nita yang kelelahan akhirnya dibawa pulang ke rumah Teungku Syaiful.

Malam itu, di ruang tamu rumah panggung kayu, Teungku Syaiful duduk berhadapan dengan mereka. Suasana hening, hanya bunyi angin malam yang menerobos celah dinding.

“Anak-anak…” suara Teungku Syaiful berat. “Kalian berdua sudah selamat karena masih menjaga diri. Tapi ingat, arwah itu belum selesai. Dia akan tetap menuntut… sampai semua dosa terbayar.”

Wendy menelan ludah, suaranya gemetar. “Apa maksud Teungku? Apakah… teman-teman kami masih hidup?”

Teungku Syaiful menatap kosong ke lantai.

“Mungkin hidup… mungkin tidak. Tapi satu hal yang pasti: mereka sudah menjadi bagian dari dendam arwah Noni Belanda.”

Teungku Syaiful menarik napas panjang, matanya menatap jauh ke arah lampu minyak yang berkelip redup. Wendy dan Nita duduk kaku, menunggu kata-kata sesepuh itu.

“Anak-anak… dengarkan baik-baik. Arwah yang kalian lihat itu bukan sembarangan hantu. Ia adalah Cornelia Van der Meer, seorang perempuan muda asal Belanda.”

Suara Teungku Syaiful lirih, namun setiap katanya seperti membawa hawa dingin yang menyusup ke sumsum tulang.

“Pada masa penjajahan, Cornelia datang ke tanah ini bersama suaminya, Marco Van der Meer, seorang pejabat kolonial yang ditempatkan di Aceh Besar. Marco terkenal bengis, kejam, dan suka merampas tanah rakyat. Sementara Cornelia… di mata orang desa, ia tampak anggun, berkulit pucat, berambut pirang keemasan. Tapi dibalik kecantikannya, ia menyimpan nafsu gelap yang tak pernah padam.”

Teungku Syaiful menunduk, suaranya bergetar seakan melihat bayangan masa lalu.

“Konon, Cornelia sering memanggil pemuda-pemuda desa yang ditawan suaminya. Ia mempermainkan mereka, menjerat dengan rayuan, lalu membuang mereka setelah puas. Banyak yang hilang, banyak yang mati misterius. Hingga rakyat menyebutnya setan berwajah jelita.”

Nita menelan ludah, merinding dari ujung kaki hingga kepala.

“Lalu… apa yang terjadi padanya, Teungku?”

Teungku Syaiful menatap mereka lekat-lekat.

“Suatu malam, rakyat yang sudah tak tahan lagi akhirnya memberontak. Rumah besar tempat Cornelia tinggal—yang kini kalian kenal sebagai Rumah Scooby Doo—diserbu. Marco Van der Meer tewas ditembak tombak. Sedangkan Cornelia… diperlakukan lebih kejam. Ia diseret keluar, dituduh sebagai sumber laknat, lalu dikutuk sebelum tubuhnya dibakar.”

Wendy menutup mulutnya, nyaris menjerit.

“Ya Allah… jadi… arwahnya gentayangan karena itu?”

Teungku Syaiful mengangguk pelan.

“Sejak malam itu, Cornelia tak pernah pergi. Ia menunggu jiwa-jiwa yang berdosa—mereka yang mabuk, berzina, atau berbuat maksiat di tanah ini. Katanya, siapa pun yang melanggar pantangan di Tahura… akan menjadi milik Cornelia. Selamanya.”

Suasana hening sejenak, lalu Teungku Syaiful meneguk kopinya sebentar sambil menenangkan Nita dan Wendy.

Nita dan Wendy menarik napas pelan, menunggu kelanjutan cerita dari Teungku Syaiful.

Setelah suasana lebih tenang, Teungku Syaiful lalu bercerita tentang sejarah munculnya arwah Noni Belanda di kawasan Taman Hutan Raya Poucut Meurah Intan.

1
☕︎⃝❥🌑Mengare(—_—)⧗⃟ᷢʷ
Malam horor, saat banyak-banyak doa
dilafnp
nikmatin aja, dulu kan kamu mau nikahin berarti cintakan.. 😅
dilafnp
kelakuan lo lebih setan dari setan 😤
Jji Lju
lu gabakal mati sama si cewek itu, tapi mati karna aslam
Jji Lju
meski template, gw ga tau kenapa plot yg ini kerasa seru
Jji Lju
gibran jadi villain😂
Jji Lju
orang minta yg gede, lu gapeduli. anti mainstream
Jji Lju
pake lampu kuning lah
Jji Lju
y mak
Wida_Ast Jcy
jadi ceritanya dia itu manusia jg ya Thor. alasan arwah dia tak tenang kenapa thor
Wida_Ast Jcy
oala.... kamu tuh merengkel betul ya. gk bisa dibilangi
Mingyu gf😘
Merinding😭🙏
Mingyu gf😘
benar bulu bulu kuduk ku merinding nih😭
Mingyu gf😘
ngeri juga ya😭
Mingyu gf😘
nah mampus lo
Xia Ni Si☀
Pantes jadi arwah gentayangan😗 Dia cuma wanita yang ingin mendapatkan kasih sayang, tapi karena datang sebagai istri penjajah jadi kena imbasnya😔
ginevra
tapi kalau menikah nggak cukup cinta sih .. harus sekufu
Chimpanzini Banananini
serem bangett/Toasted//Toasted/
Hanik Andayani
hayoloh Gibran, ngat nyawa gibran😄
Hanik Andayani
astaghfirullah arwah halimah jadi tidak tenang, aku baca ini aku sempetin siang hari klo mlm bikin takut 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!