Kembali Ke Masa Lalu

"Aaaggggrrrr... aaaaaarrrggghhhh... " Sania terus berteriak-teriak penuh kemarahan, kini wajah nya semakin memburuk, benar-benar tak indah untuk di pandang.

"Sania berhenti" teriak Abra tak suka melihat tingkat putrinya yang selalu lepas kendali.

"Ayah... " Sania tentu kaget, karna dia harus kepergok ayah nya di saat marah-marah tak jelas.

"Apa yang kamu lakukan Sania? apa dengan begini wajah mu akan sembuh??" Abra benar-benar muak dengan kemarahan putrinya itu yang selalu meledak kapan saja.

Selama ini Abra juga tau kelakuan putri nya seperti apa, tapi Abra berpura-pura tak tau karna tak mau perduli.

Abra hanya perduli pada dirinya sendiri, apalagi sekarang dia juga mulai kelelahan dengan semua tugas-tugas nya yang semakin menumpuk.

"Maafkan aku Ayah.. " Sania takut ayah nya itu marah besar.

"Sudahlah.. jangan terlalu banyak bertingkah ini.. segera obati wajah mu.. minum lah penawar racun ini, sebelum tidur dan yang ini di oleskan ke wajah mu " Abra melemparkan dua macam penawar racun itu pada Sania, setelah itu dia segera berlalu pergi meninggalkan Sania seorang diri di kamar nya, Abra terlalu malas jika harus berlama-lama berada di kamar putri nya.

"Hahahaha.. akhirnya.. akhirnya.. aku akan sembuh kembali" Sania begitu kegirangan karna akhirnya dia akan sembuh seperti semula.

"Selamat tinggal wajah buruk ku selamat tinggal.. aku.. aku akan cantik kembali" Sania seperti orang gila, dia tertawa terbahak-bahak seorang diri, dia berteriak-teriak di kamar nya, dia sudah berpuas diri dengan kesembuhan yang akan terjadi nanti.

………………………………

"Tuan.. Nona Sania telah mendapatkan penawar racun itu, apa aku harus merubah nya?" Ciko ingin memuaskan Tuan nya, tentu saja Ciko akan menawarkan yang terbaik.

"Tidak perlu.. biarkan dia berbahagia terlebih dahulu, masih banyak kesempatan untuk membuat nya kembali terluka" Ciara merindukan hari-hari dimana dia harus berakting menjadi bodoh di depan Sania.

"Tuan kau ini ada-ada saja.. bagaimana jika dia kembali berbuat jahat kepada Tuan?" tentu saja Ciko mengkhawatirkan Tuan nya itu, dia tak ingin Tuan nya kenapa-napa.

"Bukankah ada kamu yang akan mengingat ku.. jadi untuk apa kamu merasa takut" Ciara berpikir jika rasa takut Ciko itu agak aneh, karna selama ini Ciko selalu bersikap santai.

Bukan kah selama ini dia yang selalu memperingati nya, lalu kenapa sekarang Ciko tampak gelisah.

"Tuan.. Nona Sania akan semakin gencar untuk mencelakai anda" Ciko tak ingin tuan nya itu kenapa-napa.

"Tenanglah Ciko.. aku yakin akan kehidupan ku kali ini, lagi pula Tuhan telah berbaik hati memberikan ku kehidupan kembali.. jadi sudah dapat di pastikan akan ada orang yang selalu melindungi ku, entah itu siapa.. yang pasti aku akan selalu baik-baik saja" tak tau kenapa Ciara merasa yakin akan hal tersebut, karna Ciara merasa dia selalu ada yang mengawasi, orang yang mengawasi nya itu bukan orang jahat, karna orang itu tidak pernah menyerang nya.

Jadi sudah dapat di pastikan, bahwa orang tersebut berada di pihak nya, dan Ciara yakin orang itu akan membantu nya di saat dirinya kesulitan.

……………………………………………

"Hahahahaha..... wajah ku.. wajah ku akhirnya kembali" tawa bahagia itu memecah kesunyian di pagi hari.

Sania mengikuti arahan ayah nya, sebelum tidur dia mengoleskan salep dan meminum penawar racun yang di bawakan sang ayah.

dan hasil nya begitu memuaskan, seketika di saat pagi wajah Sania kembali ke semula, tak ada bisul, tak ada keropeng, wajahnya kembali mulus seperti sebelum dia terkena racun penghancur wajah.

"Aku sudah rindu dengan Kakak tercinta ku.. baiklah sebaiknya aku siap-siap dan segera pergi menemui nya pasti akan menyenangkan melihat wajah konyol nya yang terkejut melihat kesembuhan ku" Sania memang sombong, padahal kecantikan Ciara sangat jauh melebihi kecantikan wajah nya, tapi dia dengan berbangga hati mau memamerkan kecantikan nya yang tak seberapa itu kepada Ciara.

"Kalian.. panggil kan Ibu untuk datang kesini" perintah Sania pada satu pelayan kecil yang sedari tadi diam di pojokan.

"Baik Nona.. " pelayan tersebut langsung menyanggupi perintah Sania karna dia begitu takut pada Tuan nya itu.

"Tidak perlu.. aku sudah ada disini.. kau pergi lah, biar anak ku menjadi urusan ku" Mariana yang baru hadir di kamar Sania langsung mengusir semua pelayan yang ada di kamar Sania.

"Ibu.. kamu sudah datang? lihatlah.. wajahku bahkan lebih cantik dari sebelum aku terkena racun sialan itu" Sania memamerkan wajah nya kepada sang ibu.

"Kamu benar Sania.. wajah mu kini lebih halus dari sebelum nya.. dan luka menyeramkan itu telah hilang tanpa sisa" Mariana menyukai wajah anak nya yang baru sembuh, kini wajah Sania benar-benar ada perubahan.

"Ibu.. kita harus berterimakasih pada pemberi penawar racun ini, berkat dia aku sembuh kembali.. aku ingin mengenal dekat orang itu" Sania langsung berpikir cepat, akan sangat menguntungkan baginya bila dia berteman dengan orang hebat.

"Ibu setuju dengan mu.. orang-orang hebat seperti penolong mu, harus ada di antara kita, karna nantinya akan sangat menguntungkan" Mariana juga mempunyai pikiran yang sama seperti putri nya.

Masalah menghitung untung rugi, mereka selalu dapat di andalkan.. karna mereka adalah orang-orang yang tak mau merugi, jadi apapun itu jika bisa menguntungkan mereka pasti ingin segera memiliki nya.

"Kalau begitu Ibu tanyakan tentang orang itu kepada Ayah.. aku ingin memberikan orang itu hadiah sebagai ucapan terimakasih" Sania begitu sangat bersemangat, tak sabar untuk segera bertemu dengan penolong nya.

"Iya nanti akan Ibu tanyakan pada Ayah mu" meski ragu Mariana tetap menyanggupi keinginan Sania.

"cepat lah bersiap.. sebaiknya kita pergi merayakan kesembuhan mu" Mariana sudah merindukan bersenang-senang karna hampir sebulan penuh dia mengurung diri di dalam rumah.

Dia terlalu malu untuk keluar.. sebab rumor tentang Sania yang mempunyai penyakit aneh tersebar luas di luaran sana.

Dan ini Sania telah sembuh, jadi Mariana ingin menepis rumor tersebut hingga hilang tak membekas dan tak di bahas lagi di luaran sana.

"Untuk apa kita keluar?" Sania belum mengerti dengan rencana sang ibu.

"Nanti kamu akan tau.. lagi pula kita sudah hampir sebulan tak pernah keluar dari kediaman, Ibu merasa bosan dan rindu bersenang-senang" sebagai wanita bangsawan, biasanya Mariana akan sering keluar rumah untuk beberapa acara.

Tapi semenjak wajah Sania hancur dan rumor beredar, Mariana tak berani keluar, dia pun menolak semua undangan yang datang ke rumah nya.

"Baiklah aku akan bersiap-siap.. dengan wajah baru ku yang cantik ini.. aku yakin akan ada banyak orang yang terpikat akan kecantikan ku" Sania begitu percaya diri dengan tampilan wajahnya yang baru.

"Ya.. Ibu pun yakin akan hal itu" Mariana juga ikut percaya diri seperti Sania.

"Apakah wanita bodoh itu akan di ajak?" Sania ingin Ciara di ajak juga.

"Tentu, karna dia akan menjadi bahan hiburan utama untuk kita" Mariana menyeringai membayangkan kebahagiaan nya nanti di luar sana.

Yah... bersambung.