Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"
Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.
Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.
Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Suara pukulan beradu dengan pukulan lain memenuhi ruang pelatihan yang penuh keringat dan aroma getah karet matras. Bella, dengan kuncir kuda yang mulai basah oleh keringat, menatap tajam ke arah Denny yang berdiri di depannya.
"Ingat, fokus pada titik vital ini," ucap Denny sambil menunjuk dada sebelah kiri.
Bella mengangguk, tubuhnya mengepal, lalu dengan tenaga penuh melayangkan pukulan ke arah sasaran yang ditandai. Setelah itu, ia beralih ke tendangan, mengayunkan kakinya dengan ritme yang mulai stabil, mencoba meniru gerakan yang diajarkan Denny. Setiap kali kakinya menapak, suara dentuman keras menggaung, menandakan kekuatan yang mulai tumbuh. Sesekali dia menghindar, melompat gesit ke samping dengan napas yang memburu, mata berbinar penuh tekad.
Denny mengamati dengan seksama, sesekali mengoreksi posisi tangan dan kaki Bella. "Jangan lupa, pertahanan itu sama pentingnya dengan serangan," katanya tegas.
Bella mengangguk lagi, menahan lelah yang mulai menggerogoti otot-ototnya, tapi semangatnya tetap membara. Masa kecil Bella yang dulu dipenuhi kemanjaan dan kelembutan kini berubah drastis. Pipi yang dulu halus dan lembut kini mulai menampakkan guratan ketegasan. Setiap tetes keringat yang mengalir adalah saksi bisu perjuangannya menata masa depan yang lebih baik melalui kejuaraan free boxing ini. Tak ada lagi ruang untuk ragu, hanya ada tekad baja yang mengalir deras dalam setiap gerakannya.
Setelah dua jam berlatih tanpa henti, keringat deras membasahi dahi dan lengan Bella, menetes satu per satu seolah menjadi saksi bisu perjuangannya. Napasnya terengah-engah, namun matanya tetap menyala penuh tekad. Ketika latihan usai, Adel segera melangkah mendekat, wajahnya masih bercucuran keringat, namun senyum hangat terpancar.
Adel mengulurkan botol minuman ke arah Bella, suara serak namun penuh semangat terdengar, “Pukulanmu sudah lumayan bagus. Kamu harus semangat untuk mengalahkan lawanmu.” ucap Adel memberikan semangat kepada sahabatnya.
Bella menerima botol itu dengan tangan gemetar, tatapannya terfokus tapi ada kilatan kebimbangan yang berusaha ia sembunyikan. Ia meneguk air perlahan, membiarkan dinginnya mengalir menenangkan tubuh yang lelah. Hatinya bergolak, antara rasa takut kalah dan tekad membara yang tak mau padam. Adel menepuk bahu Bella dengan lembut, seolah memberi kekuatan yang tak terlihat.
“Ingat, setiap tetes keringat ini bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang kamu impikan.” Desakan itu menancap dalam-dalam, mengusir keraguan yang masih merayap di benaknya.
Bella mengangguk pelan, menarik napas panjang, dan menegakkan badan. Matanya kini membara, siap menghadapi tantangan yang menunggu di ring tempat di mana semua perjuangannya akan diuji.
"Untuk hari ini sudah cukup, lusa kita bertemu lagi" ucap Deny.
"Baik, terima kasih" ucap Bella.
Setelah mengganti pakaiannya Bella dan Adel memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Mereka tidak pulang ke kosan, melainkan langsung ke tempat kerja.
"Kamu tidak capek Bel? Kita masih punya waktu dua jam untuk istirahat" ucap Adel.
"Kita istirahat di restoran aja Del, kalau ke kosan nanti yang ada ketiduran kita" ucap Bella.
Adel mengangguk membenarkan ucapan Bella, dia pun bergegas melajukan motornya menuju ke restoran. Di sana terlihat Rifky sudah datang menunggu Bella.
"Kamu ngapain di sini Ky." tanya Bella heran, pasalnya hampir setiap hari Rifky mengikutinya.
"Aku mau memberikan ini untukmu, pasti kamu belum makan siang kan" ucap Rifky sambil memberikan bingkisan makanan kepada Bella.
Bella dengan senang hati menerima bingkisan tersebut, tidak ada kata jaim di dalam kamus wanita itu.
"Terima kasih Ky, sering-sering aja seperti ini. Biar aku tidak perlu membeli makanan" ucap Bella bercanda.
"Tenang saja princess, aku akan selalu memberikanmu makanan, supaya pipimu ini chubby seperti dulu" ucap Rifky sambil mencubit pipi tirus Bella.
"Sudah jadian aja jangan lama-lama" ucap Adel menggelengkan kepalanya dan memilih pergi meninggalkan pasangan absurd itu.
"Yee....sirik aja kamu Del" seru Bella.
Dari kejauhan seseorang mengepalkan tangannya melihat kebersamaan mereka berdua, dia terlihat marah. Tidak suka dengan perlakuan Rifky kepada Bella.
"Awas aja aku akan mengadukanmu ke papa" ucapnya.
up lagi thor