reeva dipaksa menikahi seorang pria dewasa penerus grup naratama, kehidupan reeva berubah 180°, entah kehidupan bagaimana yang akan reeva jalani.
dukung karya saya yah 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh dua
"aku tidak suka tatapan suami kakakmu tadi!, ingin rasanya ku mencolok kedua matanya, seenaknya saja dia memandangi istri orang seperti itu" ujar birru dengan mata memerah, reeva yang duduk di sampingnya hanya bisa menghela nafasnya,
Birru, tadi. Pria itu menunjukkan ketidak sukaannya pada mas arka yang tak henti memandangi reeva takjub terpesona, terlihat rahangnya mengeras, matanya yang tajam ketika memberikan lirikan, sungguh siapapun tahu birru tadi dalam mode cemburu, suami yang posesif.
"kamu nggak boleh pulang ke rumah orangtuamu kalau tanpa aku, ingat itu!" perintah birru terasa seperti sebuah ultimatum yang tak bisa ditawar. Mata elangnya masih terlihat tajam, menatap jalanan yang lumayan padat.
"kamu cemburu?" tak tahan reeva bertanya, matanya memandang birru dan mengerjab-ngerjab lucu.
"tchhhh..cemburu! Aku?" birru berdecak kesal,
"serius kamu nanya begituan ke aku?"
"nggak, aku cuma heran aja, kenapa dari tadi kamu blingsatan tak karuan di sana, kupikir kamu cemburu" jelas reeva seraya menggelengkan kepalanya.
"aku juga heran, nggak mungkin juga kamu cemburu, lagian aku bukan tipenya kamukan?"
Birru melirik sekilas, ke arah reeva yang bicara dengan santainya. Jujur iapun heran akan dirinya saat ini, benarkah ia cemburu. Hal yang tak pernah ia lakukan seumur hidupnya adalah cemburu, apalagi hanya urusan perempuan. Tapi entah mengapa tadi, di pesta kakaknya reeva hatinya sangat memanas tak karuan. Ketika semua mata tadi, bukannya fokus melihat pengantin, malah hampir semua mata pria di sana memandangi istrinya dengan takjub. Birru sungguh tidak suka, apalagi suami rania yang menatap reeva seakan ingin menelan reeva bulat-bulat, ingin rasanya tadi birru mencolok mata pria itu.
"kamu jangan sering keluar rumah sendirian, mulai sekarang, kamu akan diantar pak lukman kemanapun, termasuk kuliah.."
"what?..." teriak reeva tidak terima,
"nggak bisa gitu dong, teman-temanku nanti akan curi—"
"persetan dengan teman-temanmu!" sambar birru cepat, wajahnya masih terlihat marah.
Reeva masih terlihat tidak terima, duduknya yang tidak lagi bersandar, ia menyamping menatap birru dengan tatapan protes,
"nggak ada protes reeva, itu perintah"
"aku nggak mau!" sahut reeva dengan suara lantangnya,
"kamu nggak bisa seenaknya gitu dong, aku bukan peliharaan kamu birru, atau mainan yang seenak hati kamu memperlakukannya"
"apa maksudmu?" birru terlihat sangat gusar, ia tak menyangka reeva tidak menyetujuinya.
"aku ini istrimu, bukan seperti wanita-wanita yang kamu bayar mahal di luar sana"
"ciiiit...." birru membanting setir mobil ke samping, ia mengerem secara mendadak, suara berdecit keras terdengar dari beradunya ban mobil itu ke aspal, menghasilkan asap yang lumayan mengepul.
Reeva memekik kecil, kepalanya hampir beradu dengan dashboard, dengan meraba dadanya yang berdebar tak karuan, reeva menoleh dan melotot ke arah birru yang menatapnya marah.
"kamu mau bunuh diri?" reeva mengomel kesal,
"sepertinya mulutmu itu perlu di beri pelajaran, belakangan ini kamu mulai nggak sopan" ucapan birru yang terdengar dingin, membuat reeva tercekat dan diam seribu bahasa, mata birru terlihat merah menahan marah, tanpa reeva sadari tiba-tiba tangan kokoh birru mencekal dagu reeva, reeva memekik kaget. Belum sempat reeva bicara, birru melumat bibir reeva kasar. Reeva kaget bukan kepalang, tubuhnya berontak tak terima, kedua tangannya mendorong tubuh birru menjauh, namun tubuh besar itu tak bergeming sama sekali. Reeva merasakan nafasnya mulai sesak, bibirnya yang di lumat birru mulai menimbulkan sensasi yang reeva tidak kenal, tangannya yang berontak tadi mulai melemah, reeva mulai menikmati sensasi aneh itu. Tepat saat ia hampir kehilangan kesadarannya akibat sensasi yang ternyata indah itu, birru melepaskan pagutannya pada bibir reeva yang membengkak.
Reeva bernafas lega, dadanya yang hampir pecah karena sesak dan sensasi tadi, kini berisi udara yang reeva raup sebanyaknya.
Matanya menengadah, menatap marah. dengan emosi yang menguasai hatinya reeva hampir menampar pipi birru, namun pria itu dengan cepat menangkap tangan reeva dan mencekalnya erat.
"lepaskan...lepaskan aku" teriak reeva setengah histeris, ujung matanya mulai basah. Hatinya sangat sakit, reeva merasa birru melecehkannya.
"maaf..." lirih suara birru menimpali suara reeva yang mulai terisak. Sungguh birru merasa bersalah, emosinya sesaat tadi memuncak, ketika reeva mengungkit kebiasaannya di luar.
"turunkan aku di sini, aku mau pulang sendiri" reeva semakin sesenggukan, dirinya benar-benar merasa terhina.
" maafkan aku reeva.." suara birru kembali terdengar lirih, rasa bersalah menyelimutinya, air mata reeva yang berlinang, bibir reeva yang membengkak, sungguh birru menyerapahi dirinya yang emosian ini.
"maafkan aku yah, kamu boleh maki aku, kamu boleh pukul aku sampai puas, silahkan" birru meletakkan tangan reeva tadi ke pipinya, matanya menatap reeva memohon ampunan. Reeva melengos jengah, ia menarik tangan dan membuang pandangannya ke samping melalui jendela kaca mobil, tubuhnya meringkuk.
Birru semakin merasa bersalah, diamnya reeva membuatnya semakin kebingungan.
"reeva..."
"jalan saja, aku pengen pulang!" pinta reeva dengan suara seraknya karena tangisnya belum sepenuhnya berhenti.
mereka tiba di rumah menjelang isya, birru tidak bergeming dari duduknya, reeva yang duduk di sisinya ternyata tertidur dengan tubuh yang meringkuk. Birru merasa iba, perlahan ia keluar dari mobil tanpa mengeluarkan suara, melangkah menuju ke arah pintu mobil sebelah reeva, perlahan ia mengangkat tubuh mungil reeva yang ternyata sangat ringan. Birru membopong tubuh reeva dengan tenang dan hati-hati menuju ke lantai dua, kepala gadis itu bersandar tepat di dada bidang birru, dengkuran halusnya terdengar kelelahan, reeva tertidur dengan nyenyaknya. Di anak tangga menuju ke lantai dua birru bertemu dengan buk normah yang akan turun, dengan matanya birru memerintahkan artnya itu untuk membuka pintu kamar reeva. Tergopoh wanita paruh baya itu membuka pintu kamar reeva.
Perlahan dan penuh kelembutan birru meletakkan tubuh mungil istrinya ke tempat tidur, ia menyalakan ac dan duduk di tempat tidur membuka sepatu reeva perlahan, sangat lembut dan hati-hati. Tangannya menarik bed cover yang berada di kaki reeva, menyelimuti tubuh mungil itu sampai sebatas dada. Birru duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur reeva, matanya mengamati wajah itu penuh rasa sayang, anak rambut yang jatuh di kening reeva juga birru rapikan ke belakang telinga. Birru melihat bibir reeva yang tadinya bengkak, sudah mulai kembali normal. Sungguh birru merasa bersalah, namun tadi saat ia melumat bibir reeva yang lembut, ada sensasi luar biasa yang birru rasakan. Dan sensasi itu belum pernah birru rasakan dengan wanita manapun, dada birru kembali berdegub cepat, debarannya terasa kencang hingga membuat birru meraba dadanya. Mata birru kembali menatap bibir reeva yang terbuka indah, ada sesuatu di hatinya yang memaksa birru untuk mengecup bibir reeva yang merekah itu. Susah payah birru menahan gejolak keinginan yang menggebu di hatinya itu, debaran dadanya kembali berdegub kencang, tak beraturan.
"ya tuhan..., apakah aku jatuh cinta pada gadis cilik ini?" gumam birru pelan.
Bersambung...