NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Hera, dengan langkah ringannya, sedang menyapu halaman, mengibaskan debu dari halaman depan hingga ke halaman belakang kos kosan itu.

Namun kelihatannya hari ini, ada yang berbeda dari penampilan Hera, dia yang biasa berpakaian rumahan sederhana. Hari ini, dia memakai pakaian yang cukup cantik dan seksi, terlihat sedikit menantang, sebuah perubahan yang mempesona.

Tak lama setelah Hera mulai sibuk menyapu, tiba-tiba pintu kamar kos yang baru dihuni oleh Kakek Surya tiba-tiba terbuka. Terlihat lelaki tua yang sudah keriput itu muncul dengan langkah yang masih berat.

Matanya tampak sayu, kelihatan dia masih sangat ngantuk, karena dia memang begadang kemarin malam, karena melayani keinginan Ratna semalam yang membawa lelaki ini hingga larut malam, hampir lewat tengah malam.

Setelah tadi sempat merasakan segarnya air yang membasahi wajahnya di kamar mandi, Kakek Surya melangkah keluar dan duduk di teras.

Saat kakek Surya baru duduk, dia melihat Hera sedang sibuk menyapu halaman. Kakek Surya lalu melihat ke arah Hera yang tengah asyik dengan kesibukannya itu.

Dan sesekali, pandangannya teralihkan ke sosok Hera, ternyata mendapat balasan dari Hera.

Beberapa kali, tatapan mereka bertemu. Detik-detik pertemuan mata itu bukan hanya sebuah pertukaran pandangan biasa, tetapi suatu dialog diam yang penuh dengan tanya dan rasa penasaran.

Atmosfer itu tampak menggantung, penuh dengan pertanyaan yang tak terucapkan, masing-masing diliputi perasaan yang begitu intens dan sulit diuraikan.

Namun Kakek Surya mencoba menyembunyikan niat tak senonohnya dengan tatapan dibuat biasa-biasa saja.

Kakek Surya ingin mengerjai Hera, karena perempuan itu telah lama memandangnya sebelah mata, dan tak segan-segan menghinanya.

Saat Kakek Surya dan Hera sesekali berbalas tatapan itu, sambil Hera tetap menyapu, tak jauh dari kamar kos Ratna. Saat itulah, tiba-tiba Joko keluar dari kamar kosnya, dengan penampilan yang sudah rapi, dengan jaket dan celana jeans, yang kelihatannya Joko akan pergi jauh.

"Mas Joko, mau ke mana Mas?" tanya Hera dengan rasa penasaran.

"Eh, Mbak Hera… lagi nyapu ya? Iya nie Mbak, aku mau balik kampung. Kakak aku akan mengadakan syukuran di kampung," jawab Joko dengan nada santai.

"Oh, pulang kampung toh. Berapa lama, Mas?" tanya Hera ingin basa-basi.

"Cuma dua hari, Mbak, atau mungkin besok juga saya akan balik. Tapi kampung saya kan jauh, Mbak, kalau bolak-balik akan capek di jalan," jelas Joko sambil tersenyum.

Belum sempat Hera menjawab, tiba-tiba Ratna muncul. Dia langsung menghampiri suaminya dengan raut wajah penuh kasih, dan memeluk Joko, melepas kepergian suaminya.

"Hati-hati di jalan, Mas. Jangan ngebut ya," ujarnya saat masih memeluk Joko erat-erat. Hera memperhatikan setiap detail dengan mata yang tidak berkedip.

Dengan penuh kasih, Joko langsung mengecup kening Ratna.

"Tentu, sayang. Aku akan ingat pesanmu ini," kata Joko lembut.

"Emang Mbak Ratna tak ikut ya?" tanya Hera tiba-tiba.

"Tidak, Mbak, istriku sedang tidak enak badan," jawab Joko, terlihat sedikit kecewa, karena istrinya tak ikut pulang kampung.

"Iya benar, Mbak, aku merasa tak enak badan dari kemarin malam. Mungkin kecapean," jawab Ratna dengan suara lembut, juga senyum samar di bibir istri Joko itu.

"Iya Mbak, makanya Ratna tak ikut. Karena perjalanan kami cukup jauh. Aku khawatir, ini akan memperburuk keadaannya, Mbak," sahut Joko menimpali. Sambil kedua matanya tidak lepas memperhatikan istrinya, Ratna, mencari tanda-tanda ketidaknyamanan atau sakit yang diderita istrinya itu.

"Apa sebaiknya aku batalkan pulang kampung saja ya, takutnya nanti kamu jatuh sakit." Lanjut Joko, terlihat sangat khawatir pada Ratna.

Ratna hanya mengangguk pelan, kemudian berkata dengan suara serak, "Tidak Mas, aku hanya merasa sedikit tidak enak badan. Mas pergilah, jangan khawatirkan aku."

Meski berusaha terlihat baik-baik saja, ada sedikit kegetiran di sudut matanya yang tidak luput dari perhatian Joko.

"Hati-hati di jalan, Mas," pesan Ratna dengan nada mendayu lembut.

Sebelum Joko menaiki sepeda motornya, setelah Joko di atas motor, dia lalu menatap Hera, dan berkata, "Mari, Mbak."

Hera hanya mengangguk saja, merespons ucapan Joko. Setelah Joko pergi, Hera terus mengamat-amati Ratna.

"Kalau merasa tak enak, sebaiknya periksakan diri ke dokter, Mbak," saran Hera, dengan nada penuh kepedulian, seakan bisa merasakan apa yang dirasakan Ratna.

"Terima kasih, Mbak," ucap Ratna, suaranya melemah, "saya hanya ingin istirahat saja."

Lanjut Ratna, sebelum berbalik lalu dengan langkah gontai masuk kembali ke kamar kos. Hera hanya bisa mengangguk, merenung sesaat sebelum melanjutkan menyapu. Hera sepertinya sangat berharap agar segalanya baik-baik saja.

Kejadian itu tak luput dari perhatian mata Kakek Surya, yang sejak tadi masih duduk di teras kos-kosan yang baru ditempatinya itu. Namun Kakek Surya memilih untuk tidak ambil pusing, akan apa yang dibicarakan dua perempuan itu.

Dari tempat duduknya sekarang, kakek Surya bisa melihat setiap orang yang keluar masuk kos-kosan, para penghuni tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Namun tak lama kemudian, Ratna kembali muncul dari kamarnya dengan langkah anggun, mengenakan pakaian yang jauh lebih menarik dari pakaian rumahan yang ia pakai sebelumnya.

"Mau ke dokter, ya, Mbak?" tanya Hera dengan rasa penasaran saat melihat perubahan penampilan Ratna.

"Tidak, Mbak. Saya hanya ingin cari makan sebentar. Tadi saya tidak masak karena merasa tidak enak badan," jawab Ratna dengan suara lemah.

Hera hanya bisa mengangguk, matanya terus mengikuti sosok Ratna yang tampak begitu mempesona, seakan-akan tidak ada tanda-tanda sakit yang terlihat darinya.

"Apa Mbak Ratna benar tak enak badan ya," gerutunya sendiri, setelah Ratna cukup jauh melangkah. Namun Hera, dengan sikap acuh tak acuh, terus menyapu halaman kos-kosan yang cukup luas itu. Ia tahu bahwa tugas ini akan memakan waktu.

Namun perhatian Hera segera teralih ketika melihat Ratna yang secara tak terduga berhenti tepat di depan Kakek Surya. Genggaman pada sapunya pun melonggar, matanya terpaku pada Ratna yang nampaknya sedang mengobrol dengan kakek pencari rumput itu.

Tak lama kemudian, Kakek Surya masuk dan menutup pintu. Adegan itu membuat detak jantung Hera meningkat; ada perasaan tak menentu, pikirannya dipenuhi tanya.

Walau kakek keriput itu telah menghilang ke dalam kamar, terlihat Ratna masih berdiri di sana, terpaku, seakan sedang menunggu sesuatu, membuat Hera merasa penasaran untuk memperhatikan itu.

"Hai, Mas," sapa Ratna sambil melangkah mendekat ke arah Kakek Surya yang sedang duduk sendiri di teras kos-kosannya. Tampak terpancar kegembiraan di wajahnya.

"Eh, iya Mbak. Mau ke mana? Kelihatannya sudah sangat rapi dan cantik……," puji Kakek Surya dengan mata berbinar, lalu dia cepat-cepat menutup mulutnya, seolah menyadari bahwa pujian kata "Cantik" yang meluncur begitu saja dari bibirnya, tanpa sadar.

Mendengar kata 'cantik' dari lelaki tua yang kulitnya sudah keriput itu, tetap membuat pipi Ratna memerah, tersipu oleh sanjungan tak terduga lelaki pencari rumput itu.

"Terima kasih, Mas. Apakah Mas sudah makan?" tanya Ratna, mencoba mengalihkan pembicaraan dari pujian yang membuatnya malu namun bahagia.

"Belum, rencananya sebentar lagi akan makan di warung Eti," jawab Kakek Surya.

"Kalau gitu, kita cari makan sama-sama yuk, biar nanti aku yang traktir. Biar Mas punya energi untuk…," lanjut Ratna, namun kalimatnya tiba-tiba berhenti dan segera menutup mulutnya, menyadari ada kata-kata yang terlontar terlalu mengarah. Senyum malu menghias wajahnya.

Kakek Surya yang mendengar itu sempat tertegun, terpesona. Keduanya terdiam sejenak, hanyut dalam momen yang tak terlupakan itu, di mana hati dan rasa terbuka dalam diam.

"Mas Joko ke mana?" tanya Kakek Surya dengan nada mencari tahu, sambil mengalihkan pembicaraan dari topik sebelumnya yang sudah mulai hangat.

"Mas, itu jangan dibahas dulu. Mari kita cari makan, nanti kita lanjutkan ngobrolnya di warung Bu Eti," sahut Ratna, mencoba mengalihkan suasana.

Dengan gesit, Kakek Surya berkata, "Tunggu sebentar, saya mau ganti pakaian dulu."

Kakek Surya kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke dalam rumah. Sebelum benar-benar masuk ke dalam, matanya sempat menoleh pada Hera yang tampak tertegun, diam mematung tak bergeming, terlihat masih memegang sapu.

Bersambung.

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!