NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:411
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXI ULAR WALIKA

     Suara itu membuat kaget Sabdo, bahkan ia hampir lari. Sementara itu teman Sabdo berjalan merapat di belakangnya. Ternyata suara yang jatuh itu adalah buah nangka yang masak. Hati Sabdo dan kawannya itu merasa lega, Sabdo mengambil buah nangka itu lalu digepuk-gepuk dan ternyata sudah masak dan siap untuk dimakan. Sambil menikmati buah nangka itu, Sabdo memandang sekeliling, tidak ada apa-apa. Namun saat ia mengambil satu buah nangka lagi.

"Hmmmm...ternyata yang dapat kalian rupanya, padahal sudah dari kemarin, aku telah menantinya jatuh," kata kakek di belakang mereka.

Sabdo dan kawannya itu menoleh, dan alangkah kagetnya, ternyata suara itu datang dari kakek Palon yang beberapa waktu lalu sempat menolongnya , bahkan kakek itu pernah menjadi tukang warung yang hilang dalam sekejap.

"Ooooh...maafkan saya kakek Palon, bukan merebut nangka ini, tapi kebetulan waktu saya mencari ular pemakan manusia, saya bersama teman saya ini, mendapat nangka jatuh, kalau kakek mau, silahkan diambil kek," tutur Sabdo.

"Tidak apa ki sanak, itu rejekimu, lagian nangka itu tumbuh liar, jadi itu mutlak milikmu ki sanak," jawab kakek Palon.

"Jadi selama ini kamu sudah sampai ke daerah ini ki sanak?" tanya kakek Palon.

"Iya kek, terus kakek kemana saja selama ini, tahu-tahu kakek pergi begitu saja, untung ada Kundil membantu saya kek," jelas Sabdo.

"Ah...rupanya Kundil muncul juga membantumu, lantas sudah berapa sumur yang kau buat ki sanak," kata kakek Palon sambil bertanya.

"Ada tiga sumur kek, sumur Kasembadan, sumur Kanuragan dan sumur Kadigjayan,"papar Sabdo.

"Hmmmm....berarti kamu hampir separuh perjalanan ki sanak, ya sudah, siapa nama temanmu itu ki sanak," ujar kakek Palon.

"Saya Lengser kek, orang susah yang suka menyusahkan kek,"kata teman Sabdo ternyata namanya Lengser.

Akhirnya ketiga orang itu melanjutkan perjalanan yaitu memasuki hutan belantara. Dalam perjalanan mereka terus memasuki hutan itu dengan beberapa jurang yang ditemui, juga ngarai serta lembah yang diselimuti kabut juga asap-asap tipis. Langkah mereka terus berlanjut dan melangkah hingga dalam beberapa waktu setelah beristirahat dan bermalam setiap dalam perjalanan, kurang lebih satu bulan di dalam hutan itu, akhirnya mereka menemukan hamparan hijau yang luas, di sana banyak orang-orang sedang bekerja di sawah, juga bekerja di kebun-kebun tanaman buah.

Ketiga orang itu akhirnya menyelusuri jalan pematang sawah guna menuju perkampungan. Selama berjalan di antara sawah-sawah itu, banyak warga yang menyapanya, dan banyak juga yang mengajak makan bersama di gubuk-gubuk yang berada di sawah. Pada akhirnya senja pun datang, ketiga orang itu akhirnya mengikuti salah satu warga yang siap mengantar ketiganya bertemu dengan ketua adat mereka. Dalam perjalanan menuju rumah ketua adat, banyak warga yang sedang sibuk mengurus anggota keluarganya yang terserang penyakit aneh, yakni penyakit kulit yang berasal dari air danau di tepi hutan dan sebagai sumber mata air. Namun akhir-akhir ini , air danau tersebut manjadi petaka di kampung itu.

Sambil berjalan menuju rumah ketua adat.

"Jadi ini baru terjadi penyakit kulit semacam itu ki sanak ?"tanya kakek Palon pada warga yang mengantarnya.

"Benar Kek, padahal sudah lama memakai air danau itu, tapi tidak apa-apa, namun akhir-akhir ini air danau justru penyebabnya," jelas warga itu.

"Air sumur bagaimana di sini ?" tanya Sabdo.

"Air sumur justru tidak ada air ki sanak," jawab warga itu.

Akhirnya mereka sampai juga di rumah ketua adat kampung itu, dan setelah mengucapkan salam, mereka diterima dengan baik oleh Seta sebagai ketua adatnya.

"Merupakan suatu kehormatan bagi kami, bagi warga kami, bagi kampung kami, atas kedatangan diri tuan kakek Palon, siapa yang tidak mengenal kemasyhuran nama tuan, kami sangat bangga bisa bertemu langsung di kampung ini tuan," tutur Seta yang sudah mengenal nama kakek Palon.

Akhirnya malam itu, kakek Palon , Sabdo dan juga Lengser bermalam di rumah Seta, sementara warga di kampung itu, malam itu juga membuat tempat untuk ketiga tamunya itu, dengan harapan bisa mengatasi masalah di kampungnya.

Pagi harinya, sebelum matahari muncul, tiba-tiba terdengar orang lari sambil menjerit-jerit.

"Tolong....tolong....di danau ada ular besar...tolong," teriak orang itu.

Mendengar suara jeritan keras itu, Sabdo terbangun dan keluar rumah Seta dimana ia bermalam.

"Ada apa ki sanak, dimana ular besar itu ? " tanya Sabdo.

"Ampun ki sanak, tadi saya ke danau mau ambil air, tiba-tiba muncul ular besar ki sanak," kata orang itu sambil tubuhnya gemetar.

"Hmmmm...rupanya ular itu ke sini larinya, berarti kakek Palon memberi petunjuk saya untuk ke sini," gumam Sabdo. "Ya sudah nanti saya ingin melihatnya ke sana, sebentar ki sanak," kata Sabdo sambil mengambil alat dan sesuatu yang dibutuhkan.

Sementara itu Lengser terbangun juga dan ia pun ikut bersama Sabdo. Ketiga orang itu berjalan menuju danau diikuti oleh beberapa orang yang ingin tahu kejadian di danau itu.

Sesampainya di danau, mereka memandang danau tadi dengan penuh waspada dan cermat, kalau-kalau ular itu muncul mendadak.

Hingga jelang tengah hari, ternyata belum juga tampak kemunculan ular itu, membuat mereka akhirnya kembali ke kampung tadi.

"Nanti malam mungkin ia akan muncul ki sanak," kata Sabdo sambil berjalan.

"Jadi nanti malam kita kesini lagi ki sanak ?" tanya orang itu.

"Iya lah, kita akan melekan di danau itu, jangan lupa kopi sama makanan kecilnya ya," sambung Lengser sembari ketawa kecil.

"Kamu itu bisanya makanan saja," sahut Sabdo.

Mereka akhirnya memasuki kampung kembali dan di sana, di rumah Seta sebagai ketua adat sudah tampak Seta dan kakek Palon, serta beberapa warga, sambil menikmati makanan dan minuman, begitupun Sabdo , Lengser dan warga lain, setelah memberi salam, mereka lalu sama-sama duduk dan menikmati sajian tersebut.

"Ada ularnya ki sanak ?" tanya kakek Palon.

"Tidak muncul kek, sampai siang hari tidak ada tanda-tanda munculnya ular," jawab Sabdo diikuti anggukan kepala yang lain.

"Itu ular jelmaan ki sanak, ular itu bernama Hardha Walika, atau ular Walika, ia jelmaan dari musuh para sesepuh bumi, para nenek moyang bumi, dan akan memangsa manusia yang lupa daratan, rakus dan suka memperkaya diri, maka ia akan memangsanya, tetapi sekarang ini karena ular itu pernah disakiti oleh para pengabdinya hingga ia marah dan memangsa siapa saja," tutur kakek Palon.

"Hmmmm...berarti sudah menyimpang dari tujuan utamanya kek, jadi sekarang kita harus memusnahkan kek," usul Sabdo.

"Jangan,...bukan begitu caranya, tapi kita akan kembalikan misinya dia, kita akan nasehati dia, tentu saja lama juga, karena ia akan muncul saat bulan purnama penuh, jadi masih ada waktu 23 hari lagi, jangan buru-buru," ujar kakek Palon.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!