NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA CEO TUA

MENGEJAR CINTA CEO TUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pelakor jahat
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Kania, gadis yang hidupnya berubah seketika di hari pernikahannya.
Ayah dan ibu tirinya secara tiba-tiba membatalkan pernikahan yang telah lama direncanakan, menggantikan posisi Kania dengan adik tiri yang licik. Namun, penderitaan belum berhenti di situ. Herman, ayah kandungnya, terhasut oleh Leni—adik Elizabet, ibu tirinya—dan dengan tega mengusir Kania dari rumah.

Terlunta di jalanan, dihujani cobaan yang tak berkesudahan, Kania bertemu dengan seorang pria tua kaya raya yang dingin dan penuh luka karena pengkhianatan wanita di masa lalu.

Meski disakiti dan diperlakukan kejam, Kania tak menyerah. Dengan segala upaya, ia berjuang untuk mendapatkan hati pria itu—meski harus menanggung luka dan sakit hati berkali-kali.

Akankah Kania berhasil menembus dinding hati pria dingin itu? Atau akankah penderitaannya bertambah dalam?

Ikuti kisah penuh emosi, duka, dan romansa yang menguras air mata—hanya di Novel Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22. WARRIOR GRUB

Kania kembali ke ruangan pemasaran sambil membawa map yang diberikan tuan Bram.

Kania memperhatikan para karyawan yang tengah sibuk, berharap menemukan seseorang yang bisa di ajak kerja sama, hingga tatapannya tertuju pada seorang gadis berkacamata yang sejak tadi sibuk bekerja tanpa banyak bicara.

Kania berjalan mendekat, menatap gadis itu penuh harap. Ia benar-benar ingin gadIs itu menjadi rekannya, agar beban tugas pertamanya tidak ia pikul sendirian.

Sebelum duduk, Kania sempat menyapa gadis itu. Namun, gadis berkacamata itu hanya menoleh sekilas, lalu kembali memalingkan wajahnya ke layar komputer.

"Apa saya boleh duduk." ucap Kania pelan.

Gadis itu tersenyum, Kania menarik kursi kosong yang ada di samping gadis itu lalu duduk.

Kania memperkenalkan diri, sama seperti tadi gadis itu hanya tersenyum, Dari sikapnya, Kania bisa merasakan bahwa gadis itu bukan tipe orang yang mudah membuka diri apalagi ingin mengenal orang lebih jauh.

"Mawar, bolehkah aku bicara sebentar?”

Gadis itu langsung menoleh, menatap Kania.

"Darimana kamu tahu namaku?

Kania menunjuk papan nama yang tersemat di dada gadis Itu.

Kania kemudian bercerita kalau dirinya baru saja diberi tugas langsung dari Tuan Bram. Kalau Mawar mau ikut bersamanya, mereka bisa kerja bersama. Jika ini berhasil maka peluang untuk di promosikan dan naik pangkat terbuka lebar.

Mawar menarik nafas dalam, sepertinya gadis itu tidak tertarik dengan apa yang barusan Kania tawarkan.

Mawar menatap layar komputernya sebelum kembali menoleh sekilas pada Kania. Ekspresinya datar, tanpa antusiasme. Dari sorot matanya jelas tergambar, ia sama sekali tidak tertarik dengan tawaran yang baru saja Kania sampaikan.

Kania perlahan meraih tangan Mawar, menatapnya penuh harap. Dari kedua matanya, jelas tergambar betapa ia ingin Mawar menemaninya dalam tugas itu.

Mawar menarik napas panjang, seolah menimbang kata-kata yang akan ia keluarkan. Dengan suara lirih namun tegas, ia menjelaskan alasannya pada Kania. Sudah berkali-kali ia terlibat dalam proyek serupa, dan semuanya berakhir gagal. Rasa kecewa yang menumpuk membuatnya putus asa. Ia bahkan sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam proyek apa pun di perusahaan itu.

Kania tidak berhenti sampai di situ. Ia menggenggam tangan Mawar lebih erat, sorot matanya penuh keyakinan. Dengan suara lembut, kania berusaha meyakinkan gadis itu.

kalau proyek kali ini berbeda, kania yakin mereka tidak akan gagal, mereka bisa mendapatkan tanda tangan dari Pak Hendra, direktur utama WARRIOR Grup. Kalau mereka berhasil, bukan hanya untuknya, tapi juga untuk Mawar.

Begitu nama Pak Hendra, Direktur Utama WARRIOR Group, disebut, seketika seluruh karyawan menghentikan aktivitas mereka. Tawa mereka pecah, menyoroti Kania dan Mawar dengan sorot mata yang penuh ejekan.

“Kalian berdua memang pasangannya cocok,” ucap seorang perempuan paruh baya yang paling senior di ruangan itu, suaranya tajam menusuk.

“Satu lugu, satu lagi bodoh.”

Perempuan itu menatap Kania dan Mawar penuh sindiran, lalu melanjutkan ucapannya.

“Dengar baik-baik. Pak Hendra, direktur utama WARRIOR Grup, tidak semudah itu menandatangani sebuah proyek. Dia peminum kelas kakap. Kalau kalian bisa mengalahkannya di meja minum, tanda tangan itu pasti kalian dapat. Tapi kalau kalian tumbang sebelum gelas yang ia sodorkan habis… maka bersiap-siaplah jadi mangsanya.”

Perempuan itu tersenyum miring. “Kami saja, para senior di sini, tak pernah sanggup menghadapi Pak Hendra. Apalagi kalian, cecunguk- cecunguk baru.”

Kembali tawa menggelegar dalam ruangan melihat kebodohan Kania dan Mawar.

“Siapa bilang kami tidak bisa mendapatkan tanda tangan itu? Ayo, Kania! Kita pergi sekarang dan buktikan pada mereka kalau kita mampu. Saat itu, mulut-mulut pecundang ini akan tertutup rapat!”

Mawar berdiri dan segera menarik tangan Kania, membawanya keluar dari ruangan menuju halaman parkir. Di sana, deretan mobil mewah berjejer rapi, masing-masing memancarkan kilau kemewahan yang jelas menunjukkan harga fantastisnya.

Wajar saja jika perusahaan Marlin Grup menjadi incaran para pelamar kerja. Selain fasilitas yang memadai, gaji karyawan di sana pun tidak main-main. Bayangkan saja, Mawar meskipun tergolong karyawan level bawah, dia sudah memiliki mobil mewah hasil kerja kerasnya selama bergabung di Marlin Grup. Hal itu jelas menjadi bukti betapa menguntungkannya bekerja di perusahaan itu.

Mobil melaju meninggalkan gedung megah MARLIN Grup, menembus hiruk-pikuk kota menuju kantor WARRIOR Grup. Perjalanan diperkirakan memakan waktu sekitar tiga puluh menit dari posisi mereka saat ini untuk tiba disana.

Mawar berhenti sejenak memarkirkan kendaraan di samping trotoar lalu berlari kecil menuju toko kecil ujung sana. Tidak lama kemudian Mawar datang dan kembali menghidupkan mesin mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Mawar membuka cerita tentang suka dukanya selama bekerja di MARLIN Grup. Beberapa kali ia mendapat proyek penting, namun selalu berakhir gagal. Bukan karena kurang kemampuan, melainkan karena kerap dihalangi dan dijadikan kambing hitam oleh Ibu Megawati, wanita yang tadi menghina dan memandang remeh mereka.

Setiap kali proyek berhasil, ibu Megawati-lah yang menuai pujian dan keuntungan, sementara Mawar yang harus menanggung semua akibat jika gagal. Itulah sebabnya Mawar memutuskan untuk tidak lagi mau menanggung risiko pada proyek sebesar dan sepenting apa pun itu.

Tak terasa, perjalanan mereka pun berakhir saat mobil terparkir di halaman perusahaan WARRIOR Grup. Meski tidak sebesar dan seterkenal MARLIN Grup, WARRIOR Grup tetaplah perusahaan yang patut diperhitungkan.

WARRIOR Grup merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri dan konstruksi, dengan fokus pada proyek-proyek menengah ke bawah. Dan Untuk pertama kali, MARLIN Grup menjalin kerja sama dengan WARRIOR Grup, kemungkinan karena proyek tersebut tergolong kecil bagi skala MARLIN Grup.

Kania dan Mawar melangkah masuk ke dalam gedung WARRIOR Grup, menyusuri lorong hingga tiba di meja resepsionis. Mereka langsung menanyakan di mana ruangan Pak Hendra berada, berharap bisa segera memulai tugas penting yang diberikan tuan Bram.

Dua pegawai wanita yang sedang bertugas di sana menatap Kania dan Mawar dari ujung kepala sampai ujung kaki secara bergantian. Keduanya seperti tak percaya kalau Kania dan Mawar utusan dari perusahan MARLIN grup.

Tanpa banyak bicara, Kania langsung menyerahkan sebuah map yang telah dibawanya sejak tadi. Begitu map terbuka, kedua pegawai itu akhirnya percaya kalau kedua perempuan yang berdiri di hadapannya itu benar-benar utusan dari perusahaan raksasa MARLIN Grup.

Salah satu pegawai itu kemudian mengantar Kania dan Mawar menuju lift. Lift pun membawa mereka ke lantai tiga. Saat pintu lift terbuka, ketiganya melangkah keluar dan berjalan menuju ruang Pak Hendra.

Tiga ketukan terdengar di daun pintu, diikuti suara pria paruh baya dari dalam ruangan yang mempersilakan mereka masuk.

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria tua duduk di depan meja bundar, meneguk minumannya dengan tenang. Di atas meja, beberapa gelas sloki tersusun rapi. Dari aromanya saja, sudah jelas itu sake, minuman khas Jepang.

Pak Hendra mempersilakan keduanya masuk, sementara pegawai perempuan yang sebelumnya menemani mereka kembali ke meja resepsionis.

Aroma yang keluar dari gelas itu sudah cukup membuat Kania mual, apalagi meneguk isinya.

1
Trivenalaila
suka jln ceritanya, klu bisa dilanjutkan yaaa🙏🙏
Akos: akan lanjut terus KK sabar ya
total 1 replies
Ahn Mo Ne
apakah ini lagi hiatus.??
Akos: setiap hari update kk,
total 1 replies
Muna Junaidi
Hadir thor
Ayu Sasih
next ditunggu kelanjutannya kak ❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!