NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Tuan Muda

Mengandung Benih Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: rafizqi

Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.

Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.

Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.

Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 - Hanya pewaris

Kedatangan Kirana ke rumah besar Wilantara membawa keheningan canggung. Para pelayan hanya menunduk, sebagian berani melirik dengan cepat, lalu kembali sibuk. Alvaro berjalan mantap di depan, sementara Kirana menyusul dengan Arya dalam gendongan.

Di ruang utama, Pak Herman duduk di kursi panjang dengan wajah kaku. Pandangannya langsung tertuju pada Kirana—dingin, tanpa sedikit pun sambutan hangat. Di sampingnya, Nyonya Lili berdiri anggun, tangan bersedekap, menatap Kirana dari ujung kepala hingga kaki dengan sorot merendahkan.

“Jadi kau kembali lagi ke rumah ini,” suara Lili pelan tapi penuh penekanan.

Kirana menunduk sopan, mencoba menahan gejolak dalam dirinya. Ia tidak ingin menciptakan keributan.

"Dia istriku. Dan ini anak kami. Tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi.” Jawab Alvaro dingin.

Pak Herman hanya menghela napas panjang, memilih untuk tidak ikut campur, meski matanya tak lepas dari bayi mungil yang berada di gendongan Kirana.

"Cih,...hanya istri sementara" celetuk Lili tajam. Kemudian pergi melewati Kirana.

Kirana hanya menghembus nafas kasar, menahan gejolak didadanya.

Tak lama, mereka semua masuk ke kamar utama. Kirana menidurkan Arya di ranjang kecil yang disiapkan pelayan dengan tergesa. Ruangan itu hening sampai akhirnya pintu diketuk dan terbuka. Nyonya Lili melangkah masuk tanpa diminta.

Kirana segera berdiri, sedikit kaku. “Ma…”

Tatapan Nyonya Lili tajam menelusuri sosok Kirana, lalu beralih pada bayi di ranjang. Ada ketidakrelaan di wajahnya, bercampur rasa penasaran.

"Kau mungkin berhasil kembali ke rumah ini, Kirana,” ucapnya dingin.

 “Tapi jangan pernah mengira aku akan menerima kehadiranmu. Kau tetap bukan siapa-siapa di mata keluarga ini.”

Kirana menunduk, menerima kata-kata itu tanpa membantah.

Namun, sejenak kemudian, Nyonya Lili melangkah mendekat ke ranjang bayi. Matanya melembut saat menatap Arya yang tertidur pulas, wajah mungilnya mirip sekali dengan Alvaro kecil.

“Tapi…” suaranya merendah.

Nyonya Lili kembali melangkah maju, langkah sepatunya berderap di lantai marmer. Ia berhenti tepat di depan Kirana.

“Anak ini…” suaranya melembut sejenak namun menekan.

“dialah darah sah keluarga Wilantara. Pewaris yang tak terbantahkan.” Ia menoleh pada Kirana dengan sorot mata menusuk.

“Tapi kau, Kirana, jangan salah paham. Kau bukan siapa-siapa di mata keluarga ini.”

Kirana menggenggam erat tangan mungil Arya., seperti naluri alami seorang ibu yang sedang melindungi. “Saya ibunya,” suaranya bergetar tapi jelas.

Senyum tipis Nyonya Lili muncul, dingin dan penuh ancaman. “Justru itu masalahnya. Kau hanyalah jalan agar anak ini lahir. Setelah itu, kau tidak punya hak. Bayi ini adalah milik keluarga besar Wilantara. Kau tidak berhak membawanya pergi kapan pun kau mau.”

Kirana menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Perkataan itu bagai pisau yang menoreh dadanya. Ia tahu sejak awal dirinya tak pernah benar-benar diterima, tapi mendengar langsung ancaman itu membuatnya semakin sadar: yang mereka inginkan hanyalah Arya.

“Jika kau pintar,” lanjut Nyonya Lili sambil meliriknya penuh peringatan, “tetaplah di sini. Tutup mulutmu, jangan banyak menuntut. Karena kalau kau mencoba membawa bayi itu menjauh… aku pastikan kau akan kehilangan segalanya.”

Kirana berdiri membeku, matanya panas menahan air mata. Ia ingin membalas kata-kata itu, tapi tangisan kecil Arya yang baru terbangun membuatnya lebih memilih memeluk anaknya erat-erat.

Tangisan kecil Arya masih terdengar lirih ketika ketukan pintu samar terdengar. Tak menunggu jawaban, pintu kamar terbuka, dan sosok Alvaro masuk dengan wajah terkejut mendapati ibu tirinya ada disana.

Alvaro baru saja masuk, Namun, yang langsung tertangkap matanya adalah suasana kamar yang kaku. Kirana berdiri memeluk Arya erat-erat, wajahnya pucat dan matanya sedikit basah, sementara Nyonya Lili berdiri di depannya dengan senyum tipis yang terlalu dipaksakan.

Alvaro berhenti di ambang pintu, keningnya berkerut. “Ada apa ini?” tanyanya, suaranya datar tapi penuh tanda tanya.

Kirana cepat-cepat menggeleng, berusaha menenangkan diri. “Tidak… tidak ada apa-apa,” jawabnya singkat, walau suaranya terdengar bergetar. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya agar Alvaro tidak melihat sisa air mata yang masih tertinggal di sudut mata.

Nyonya Lili melangkah anggun ke samping, lalu tersenyum ke arah Alvaro seolah tidak terjadi apa-apa.

“Aku hanya datang melihat bayi itu. Dia sehat… dan menggemaskan,” katanya tenang, seperti seorang ibu tiri penuh perhatian.

 “Kau pasti bangga, Alvaro.” tegasnya lagi.

Alvaro memandangi keduanya bergantian. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres—tatapan Kirana terlalu cemas, sementara senyum ibunya terlihat terlalu manis untuk sebuah kunjungan singkat.

Namun Alvaro memilih tidak memperpanjang. Ia menghampiri ranjang, menatap bayi kecilnya yang kini tenang di pelukan ibunya. Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyentuh pipi Arya dengan jemari gemetar. Sorot matanya melunak seketika.

“Kau baik-baik saja?” tanya Alvaro, kali ini pada Kirana, dengan suara yang lebih lembut.

Kirana hanya mengangguk pelan, tak sanggup berkata banyak. Ia takut bila ucapannya membuka luka yang baru saja ditorehkan Nyonya Lili.

Alvaro menatapnya lebih lama, seakan mencari jawaban dari sorot matanya. Tapi sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Nyonya Lili sudah mendahului dengan suara hangat yang penuh kepalsuan.

“Baiklah, aku akan pergi dulu. Kalian pasti butuh waktu berdua.” ucapnya dengan wajah yang manis.

Alvaro hanya mengangguk, meski matanya masih menyipit curiga. Begitu pintu tertutup, ia kembali menoleh pada Kirana.

“Kau yakin tidak ada apa-apa?” suaranya terdengar dalam, seolah tak mudah percaya.

Kirana menunduk, memeluk Arya lebih erat lagi.

“Aku hanya… lelah,” ucap Kirana.

Namun,....Alvaro diam. Hatinya mengeras—ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Kirana. Ia menatap Kirana dalam, lalu beralih menatap punggung ibu tirinya yang pergi dengan hati penuh tanya.

.

.

.

Bersambung.

1
Ma Em
Kirana kamu jgn lemah Kirana hrs berani lawan mereka yg merendahkan kamu kalau Kirana lemah siapa yg mau melindungi Arya dari orang2 yg tdk menyukainya , Kirana hrs bangkit tegas dlm bertindak dan berani dlm mengambil keputusan 💪💪💪
Ma Em
Clarissa kamu cuma tunangan sedangkan Kirana adalah istri sah Alvaro siapa yg paling berhak tinggal bersama Alvaro , dasar ulat bulu yg tdk tau malu .
Ma Em
Syukurlah Kirana bertemu dgn Bram , semoga Bram bisa melindungi Kirana dari niat jahat Clarisa .
Ma Em
Kirana kamu jgn percaya dgn omongan beracun Clarisa dia hanya akan memecah belah hubungan mu dgn Alvaro, jgn terlalu polos dan bodoh karena bisa dihasut sama wanita ular seperti Clarisa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!