NovelToon NovelToon
CEO KEJAM SUAMIKU

CEO KEJAM SUAMIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Kontras Takdir / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: CrystalCascade

Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.

seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.

Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.

hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.

apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .

Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22. ACA SAKIt

Assalamualaikum semuanya ✨

Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋

"Pagi itu, udara masih terasa dingin saat matahari belum naik sepenuhnya. Di kamar yang sunyi, Aldo membuka mata lebih awal dari biasanya. Seperti kemarin, kekhawatiran masih menyelimuti hatinya. Ia segera duduk di sisi ranjang, meraba dahi Aca yang masih terbaring lemah. Panasnya belum juga turun.

Dengan nada lembut tapi tegas, Aldo membangunkan Aca.

"Aca bangun, kita harus ke dokter. Panas nya nggak turun-turun dari malam tadi"

Aca membuka matanya, menatap suaminya yang tampak cemas. Ia menggeleng pelan.

"Aca masih bisa tahan kk, kita Nggak usah ke dokter"

Namun Aldo tahu Aca hanya sedang keras kepala. Ia memegang tangan Aca erat-erat, seolah meyakinkannya.

"Saya nggak bisa lihat kamu kayak gini terus. Kita harus ke dokter. Sekarang "

Setelah bujuk rayu dan sedikit paksaan, akhirnya Aca menyerah. Dengan tubuh lemah, ia dibantu Aldo menuju rumah sakit.

Aca masuk ke ruang rawat VIP dan dipasang infus, Aldo segera menghubungi dua orang penting yaitu bunda dan mama mertuanya.

Tak lama kemudian, kedua ibu mereka tiba. Wajah mereka cemas saat melihat Aca terbaring lemah di ranjang. Mereka langsung duduk di sisi tempat tidur, memegang tangan Aca, mengusap rambutnya, dan berdoa dalam hati agar Aca segera pulih.

Sementara itu, Aldo duduk di sofa dekat jendela. Ponselnya di tangan, matanya fokus ke layar sesekali ia membuka pesan masuk, membalas email, dan memantau pekerjaannya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama "Dimas" muncul di layar. Dengan berat hati, Aldo mengangkatnya.

"Halo, Dim."

Suara dari seberang langsung terdengar tajam.

"Kenapa lo nggak ke kantor? Hari ini ada rapat penting, dan semua orang nunggu lo!"

Aldo menghela napas, mencoba menahan emosinya.

"Istri saya sakit. Dia dirawat di rumah sakit. Saya nggak bisa tinggalin dia sekarang"

Namun Dimas tak mengendurkan nada suaranya.

"Itu bukan alasan, Al! Rapat hari ini membahas kelangsungan proyek besar! Lo CEO, tanggung jawab lo"

"Saya tahu" potong Aldo. "Tapi saat ini, yang lebih penting dari pekerjaan saya adalah Aca. Dia istriku, dan dia sedang sakit. Saya nggak akan tinggalin dia"

Sunyi sesaat. Dimas terdiam di seberang. Mungkin ia sadar, tak semua hal bisa diselesaikan dengan logika bisnis.

Aldo mematikan telepon pelan-pelan. Ia menatap Aca yang masih tertidur lemah. Wajahnya pucat, namun ada ketenangan di sana.

Setelah Aca tertidur pulas, napasnya perlahan dan tenang, suasana di ruang rawat menjadi lebih hening. Bunda dan mama mertuanya saling pandang sejenak, lalu bangkit dari sisi tempat tidur dan berjalan ke arah sofa tempat Aldo duduk. Mereka tak ingin mengganggu tidur Aca, membiarkannya beristirahat dengan damai.

Ketiganya duduk berdampingan. Tak ada yang bicara untuk beberapa saat. Hanya suara detak jam dinding dan alat medis yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Aldo membuka suara.

"Bunda kemana ayah dan papa? Kenapa tidak ikut datang ke sini?"

Ibunya tersenyum tipis. "Ayah dan papa mertuamu sedang ada rapat penting pagi ini. Mereka titip salam untuk Aca, dan janji akan menyusul ke sini setelah urusan selesai"

Aldo mengangguk pelan. Ia tahu ayah dan papa mertuanya itu memang sibuk, apalagi kalau urusannya soal bisnis.

"Kalau begitu kamu sendiri kenapa nggak ikut rapat, Aldo?" tanya Bunda nya tiba-tiba, menatapnya lembut. "Hari ini juga kan ada rapat penting, kan?"

Aldo menghela napas. Ia menoleh pelan ke arah Bunda dan mertuanya.

"Aldo nggak peduli dengan rapat itu bun, Yang terpenting sekarang adalah Aca. Aca sedang sakit, dan Aldo harus ada di sini"

Bunda tersenyum lebar, begitu juga mama mertuanya. Keduanya saling pandang dan mengangguk pelan.

"Bunda bangga padamu, Aldo. Kamu sudah menjaga Aca dengan baik"

Ucapan itu menghentak sesuatu dalam diri Aldo. Senyumnya menghilang perlahan, berganti dengan tatapan kosong ke lantai. Ada beban yang tiba-tiba muncul di dadanya. Kata-kata sang Bunda nya seperti menamparnya secara halus.

Ia sadar selama ini, ia belum benar-benar menjaga Aca. Bahkan di awal pernikahan mereka, ia sering menyakitinya secara sikap, ucapan, dan perbuatan. Tapi sekarang, melihat Aca terbaring lemah begitu, hatinya seolah dihantam rasa bersalah yang tak bisa ia hindari.

Ia menunduk dalam diam.

Melihat ekspresinya, mama mertuanya menggenggam tangannya pelan. "Mama minta sama Aldo jaga in Aca ya karena cuman Aca yang mama punya"

Aldo mengangguk pelan, lalu berdiri. "Aldo mau beliin Bunda dan Mama makanan. Kalian pasti belum sarapan, kan?"

"Tidak usah repot-repot, Al"

"Biar Aldo yang urus. Kalian tunggu di sini, ya"

Tanpa menunggu jawaban, Aldo keluar dari ruangan. Ia berjalan cepat ke luar rumah sakit, dan pergi menuju ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan dan cemilan.

Beberapa menit kemudian, ia kembali ke ruangan dengan bungkusan di tangan. Ia meletakkan semuanya di meja kecil dekat sofa dan membantu membuka satu per satu. Mereka pun makan bersama, sambil sesekali berbicara ringan tentang keluarga, tentang kenangan masa kecil Aca, dan sesekali tawa kecil mengisi ruangan.

Hingga akhirnya.

"Kk Aldo"

Sebuah suara lirih memanggilnya dari arah tempat tidur.

Mereka semua menoleh serentak. Aca telah terbangun. Matanya masih terlihat lemah, tapi ada senyum tipis di bibirnya.

Aldo segera menghampiri, wajahnya berubah penuh kelembutan. Ia duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan Aca.

"Aca sudah bangun syukurlah."

Aca menatapnya lama. "Kk kok ada di sini, kk nggak ke kantor?"

Aldo tersenyum. "Saya milih jagain kamu. Kamu lebih penting dari rapat saya"

Aldo masih menggenggam tangan Aca saat menjawabnya dengan penuh keyakinan. "Kamu lebih penting dari semuanya, Ca. Saya nggak akan tenang kerja kalau kamu di sini sendirian."

Aca mengerjapkan mata pelan, seakan tak percaya dengan sikap Aldo yang begitu hangat.

"Kk... makasih," lirih Aca, suaranya parau.

Aldo membalas dengan mengusap lembut pipi Aca yang masih sedikit panas. "Nggak usah banyak mikir dulu. Fokus sembuh, ya. Saya di sini"

Bunda dan mama Aca mereka saling tatap, mata mereka berkaca-kaca. Ada rasa haru sekaligus lega melihat hubungan Aca dan Aldo yang mulai terasa lebih hangat, lebih utuh. Mungkin, sakit ini memang cara Tuhan menyentuh hati mereka yang sempat tidak bisa di satukan.

Aldo membiarkan Aca bersama mama dan bundanya untuk menghabiskan waktu mengobrol bersama.

Aldo mengambil jaketnya dan keluar sebentar ke koridor rumah sakit. Kali ini bukan untuk membeli makanan atau menjawab telepon, tapi untuk menenangkan diri. Ia bersandar di dinding lorong yang sepi, menatap langit yang mulai cerah melalui jendela kaca besar.

Dalam hatinya, ada pergolakan. Ia tahu keputusan untuk absen dari rapat akan menimbulkan konsekuensi besar. Mungkin ia akan kehilangan kepercayaan dari rekan-rekannya, mungkin akan ada pertanyaan dan penilaian sinis.

Seketika, ponselnya kembali bergetar. Kali ini bukan dari Dimas, melainkan dari nomor sang ayah.

"Halo, yah" sapanya pelan.

Suara sang ayah terdengar tegas tapi tenang. "Ayah udah dengar soal Aca. Gimana keadaannya?"

"Masih lemah, Pa. Tapi dokter bilang sudah ditangani dengan baik. Sekarang sedang istirahat."

"Bagus, ayah dengar kamu nggak ikut rapat pagi ini?"

Aldo diam sejenak. "Iya yah, Aldo pilih jaga Aca dulu. Maaf kalau keputusan Aldo bikin ayah kecewa"

Namun sang ayah tidak marah. Justru terdengar hembusan napas panjang dari seberang. "Ayah tidak kecewa. Ayah justru bangga karena anak ayah lebih memilih menjaga istrinya. Prioritasmu sekarang bukan hanya pekerjaan saja tapi juga istrimu juga, ayah sekarang tidak akan marah lagi jika pekerjaan bukan kamu yang turun tangan lagi, apa gunanya asisten kamu jika iya tidak bisa membantu pekerjaan dahulukan istrimu baru pekerjaan"

Aldo terdiam. Kata-kata itu seperti beban yang dilepaskan dari pundaknya.

"Terima kasih, ayah"

Setelah telepon ditutup, Aldo kembali masuk ke kamar. Ia melihat Aca masih tidur, bunda dan mama mertuanya duduk sambil berbincang.

Sore pun menjelang. Setelah suasana lebih stabil dan Aca sudah diberi obat oleh perawat, mama mertuanya duduk di sisi ranjang, membelai rambut Aca dengan lembut.

"Aca, kalau ada apa-apa, langsung telepon mama ya. Jangan dipendam sendiri" bisiknya, penuh kasih.

Aca mengangguk pelan. "Iya Ma"

Melihat kondisi Aca sudah sedikit membaik, bunda dan mama mertuanya akhirnya berpamitan.

"Kami pulang dulu ya, Aca. Kalau ada apa-apa segera telepon mama" ucap mereka sambil mencium kening Aca.

"Aldo terdiam. Kata-kata itu seperti beban yang dilepaskan dari pundaknya.

"Terima kasih, ayah"

Setelah telepon ditutup, Aldo kembali masuk ke kamar. Ia melihat Aca masih tidur, bunda dan mama mertuanya duduk sambil berbincang.

Sore pun menjelang. Setelah suasana lebih stabil dan Aca sudah diberi obat oleh perawat, mama mertuanya duduk di sisi ranjang, membelai rambut Aca dengan lembut.

"Aca, kalau ada apa-apa, langsung telepon mama ya. Jangan dipendam sendiri" bisiknya, penuh kasih.

Aca mengangguk pelan. "Iya Ma"

Melihat kondisi Aca sudah sedikit membaik, bunda dan mama mertuanya akhirnya berpamitan.

"Kami pulang dulu ya, Aca. Kalau ada apa-apa segera telepon mama" ucap mereka sambil mencium kening Aca.

Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋

> Please vote, follow, dan komen ya...

Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:

“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔

Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠

1
slebewwws
kenapa setiap bab slasu ada pengulangan
Blu Lovfres
aku baru masuk baca ,tpi ada penyiksaan waduh jdi penasaran gimana, kelanjutan nya,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!