NovelToon NovelToon
Once Mine

Once Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Romansa / Slice of Life / Dark Romance
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Just_Loa

Sara Elowen, pemilik butik eksklusif di Paris, hidup dalam ketenangan semu setelah meninggalkan suaminya-pria yang hanya ia nikahi karena perjanjian.

Nicko Armano Velmier bukan pria biasa. Ia adalah pewaris dingin dari keluarga penguasa industri, pria yang tak pernah benar-benar hadir... sampai malam itu.

Di apartemen yang seharusnya aman, suara langkah itu kembali.
Dan Sara tahu-masa lalu yang ia kubur perlahan datang mengetuk pintu.

Sebuah pernikahan kontrak, rahasia yang lebih dalam dari sekadar kesepakatan, dan cinta yang mungkin... tak pernah mati.

"Apa ini hanya soal kontrak... atau ada hal lain yang belum kau katakan?"

Dark romance. Obsesif. Rahasia. Dan dua jiwa yang terikat oleh takdir yang tak pernah mereka pilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just_Loa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aftermath

Embun masih menempel di kaca saat Sara berdiri diam di depan cermin kamar mandi.

Ia belum mengeringkan tubuhnya. Rambutnya masih basah, menetes perlahan ke bahu, lalu turun ke kulitnya yang pucat. Tapi ia tak bergerak. Hanya menatap.

Bekas-bekas itu jelas terlihat.

Sisa ciuman yang membekas di tulang selangka, sedikit merah di dada, dan jejak keunguan di bahu. Ada gigitan kecil di leher, lebih terasa seperti sentuhan lembut, dan cengkeraman ringan di pergelangan tangan yang masih jelas. Semua itu baru saja terjadi.

Sara mengatupkan rahangnya. Perutnya mual.

Ia mengingatnya.

Bagaimana ia mendorong Nicko. Menepis tangannya. Menggigit bibir sendiri agar tidak menangis. Ia sudah bilang "jangan" berulang kali. Dengan suara bergetar, dengan tubuh yang terus menghindar. Tapi tak ada gunanya.

Pria itu tetap mendekat. Tetap menyentuh. Dengan mata gelap yang tak bisa ditebak, dan nafas berat seperti tak kenal kata "cukup."

Dan yang membuat segalanya terasa makin buruk. Tubuhnya merespon.

Bukan karena menginginkannya, melainkan karena takut, tertekan, dan pikirannya kacau. Tubuhnya tak lagi mampu membedakan antara bertahan atau menyerah. Napasnya memburu, detak jantungnya berpacu. Dan yang paling menyakitkan, ia sempat terdiam terlalu lama, tak mampu bergerak, hanya menahan air mata yang nyaris tumpah.

Itu yang membuatnya muak pada dirinya sendiri.

Ia merasa kotor, dan sangat lelah.

Melawan Nicko terasa seperti berteriak di ruangan kosong. Tak ada yang dengar maupun peduli.

Sara meraih lehernya perlahan. Bekas itu masih terasa perih. Seperti peringatan bahwa ini bukan mimpi buruk... tapi kenyataan, dan terjadi lagi.

"Aku sudah mencoba," bisiknya pelan.

"Aku benar-benar sudah berusaha..."

Tapi itu tidak cukup.

Matanya memanas. Ia menunduk, memeluk tubuhnya sendiri. Tangannya gemetar. Ingin hilang dan lenyap dari tubuhnya sendiri.

Ia menarik handuk, membungkus tubuhnya seadanya, lalu berjalan ke kamar.

Nicko sudah pergi.

Sara mengenakan piyama tanpa banyak berpikir. Jemarinya kaku saat mengancingkan bagian atasnya. Ia duduk di tepi ranjang. Diam beberapa saat. Lalu menarik laci kecil di sisi tempat tidur.

Kotak itu masih di sana. Obat penenang.

Ia menatapnya lama.

Tubuhnya sudah bergantung pada obat itu, dan efeknya kian menipis. Ia seharusnya berhenti, ia tahu itu.

Tapi malam ini?

Malam ini tak akan memberinya ampun.

Bahkan jika ia memejamkan mata pun, suara itu akan datang. Nafas berat itu. Tatapan kosong itu. Sentuhan yang terlalu kasar untuk disebut keinginan dan terlalu dingin untuk disebut cinta.

Tangannya gemetar saat mengambil satu tablet. Ia menelannya cepat dengan air di gelas yang selalu ada dimeja itu.

Lalu ia kembali berbaring. Menggulung tubuhnya. Membelakangi ruangan. Menarik selimut tinggi-tinggi meski tubuhnya sudah berkeringat dingin. Ia berusaha memejamkan mata. Mengabaikan bayangan yang terus berkelebat. Mengabaikan rasa marah pada dirinya sendiri. Mengabaikan kenyataan bahwa ia ingin kabur, tapi tak tahu harus ke mana.

Dan obat itu mulai bekerja perlahan. Tapi rasa bersalahnya tidak ikut pergi.

Yang tersisa hanyalah rasa perih di tubuh, dan kenyataan bahwa besok ia masih harus bertemu pria yang sama, yang membuatnya takut, tapi juga terikat.

----------------

Pintu kamar berderit pelan saat ia mendorongnya melangkah masuk.

Pandangan Nicko langsung tertuju pada meja kecil di samping tempat tidur. Botol pil terbuka, kotaknya tergeletak miring. Ia menoleh ke ranjang.

Gadis itu tertidur, tubuhnya meringkuk di satu sisi. Dari cara Sara terbaring, ia tahu persis apa yang sedang terjadi. Ia sudah terlalu sering melihatnya seperti ini untuk bisa keliru. Ia berdiri beberapa detik di sisi ranjang, menatapnya dalam diam.

Bukan rasa bersalah yang mengisi pikirannya, melainkan ketidak terimaan.

Masih juga tak mau menerimaku?

Padahal kau sudah kuberi semuanya. Bahkan tubuhmu pun, sudah mengenalku.

Ia menghela napas pelan, membuka satu per satu kancing kemeja yang masih menempel. Gerakannya lambat, seperti kebiasaan lama. Begitu kemeja itu lepas, ia menyampirkannya di kursi. Di sisi kiri dadanya, satu tato kecil terlihat samar dalam cahaya malam.

Sudah lama ia menuliskannya di sana. Bukan untuk dilihat siapa pun. Tapi untuk diingat.

Ia naik ke ranjang perlahan, tanpa membangunkannya. Kali ini, ia memilih berbaring di sisi yang sama dengan Sara. Menyusup ke balik selimut, membiarkan suhu tubuhnya menyentuh dingin tubuh gadis itu.

Lengan kirinya melingkari pinggang Sara dari belakang, menarik tubuh mungil itu mendekat. Tidak ada reaksi. Mungkin tidak sadar, atau terlalu lelah untuk sadar.

Ia diam beberapa saat, memandang leher ramping Sara dan punggungnya yang tegang. Napasnya masih tidak stabil, tapi sedikit lebih hangat. Tangannya bergerak sedikit, mengelus sisi lengan Sara yang dingin, bukan untuk menenangkan, tapi untuk memastikan ia ada di sana.

"Aku cuma ingin kau terbiasa," bisiknya pelan.

Tidak ada jawaban, tapi memang bukan itu yang ia cari. Yang ia inginkan hanya satu, membuat Sara terbiasa dengan kehadirannya. Sedikit demi sedikit, hingga sentuhannya menjadi hal yang tak lagi asing.

Tak bisa ia pungkiri, caranya salah dan ia memaksa, tapi ia tidak bisa jauh. Tidak bisa jika tak menyentuhnya. Bayangan kehilangan itu pernah terjadi sekali, dan ia tak akan membiarkannya terulang, meski kini gadis itu masih berada di genggamannya.

Baginya, selama ia terus berada di samping Sara, pada akhirnya penolakan itu akan pudar.

Dan malam ini, meski hanya karena pil tidur, Sara tertidur di dalam pelukannya.

Itu sudah cukup.

----------------

Sinar matahari tipis masuk melalui celah tirai, membuat kamar yang semula gelap perlahan terlihat lebih terang dan hangat.

Nicko membuka mata sebelum Sara. Ia merasakan gerakan kecil di dadanya.

Tangan mungil itu menempel di dadanya, hangat dan ringan, bergerak pelan mengikuti napasnya. Dari belakang, lengan besar Nicko masih melingkari pinggangnya, menjaga mereka tetap berdekatan.

Ia menunduk sedikit. Mata Sara mulai terbuka, pandangannya fokus perlahan, lalu mengeras. Nicko bisa merasakan tubuhnya menegang. Jemarinya yang semula tenang kini mengepal pelan.

Di matanya, Sara melihat tato kecil di dada kirinya. Namanya.

Nicko melihat perubahan di wajahnya, napasnya memburu, matanya menghindar, dan seketika tubuhnya kaku.

Ia tahu gadis itu sudah sadar sepenuhnya.

Senyum kecil muncul di bibirnya. Bukan senyum hangat, tapi senyum tipis milik seseorang yang tahu apa yang sedang terjadi, dan menikmatinya.

Nicko mendekatkan wajahnya ke telinga Sara, suaranya rendah, seperti gumaman.

"I'm sorry, baby. You drive me insane last night."

Sara tidak menjawab. Tubuhnya tetap tegang. Ia mencoba sedikit menjauh, gerakannya kecil dan hati-hati, namun Nicko justru menariknya lebih dekat, merapatkan jarak di antara mereka.

Hening beberapa saat. Ia bisa merasakan Sara tetap kaku, dan kali ini ketegangannya jelas.

Perlahan, Nicko menarik diri. Ia menyibak selimut, lalu duduk di tepi ranjang tanpa banyak suara. Tangannya meraih kemeja dari sandaran kursi, tidak dipakai, hanya digenggam di satu tangan.

Ia berdiri, membelakangi Sara, lalu melangkah perlahan ke arah pintu.

Sesaat sebelum keluar, ia menoleh. Gadis itu masih terbungkus selimut, wajahnya menghadap ke sisi lain, napasnya terlalu teratur untuk disebut tidur.

Nicko diam beberapa detik, seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi tak ada kata yang keluar.

Senyum kecil kembali muncul. Bukan senyum puas, tapi keyakinan. Keyakinan bahwa ia sudah meninggalkan bekas.

Tanpa berkata apa pun, ia keluar dari kamar. Meninggalkan aroma sabun dan sisa kehangatan tubuhnya yang masih tertinggal di udara.

Nicko turun ke lantai bawah tanpa terburu-buru. Rumah masih sunyi, hanya terdengar bunyi langkahnya di lantai marmer. Tidak ada Sofia, tidak ada siapa pun.

Ia masuk ke dapur, membuka kulkas, lalu mengambil segelas air dingin. Beberapa teguk langsung menghapus rasa kering di tenggorokan.

Gelas itu masih tergenggam di tangannya ketika ia menyandarkan punggung pada dinding. Sejenak ia memejamkan mata, lalu sudut bibirnya terangkat tipis, sebuah senyum yang hampir tak terlihat.

Setiap kali ia berada di dekat Sara, keheningan di antara mereka menggerakkan sesuatu yang lama terkubur dalam dirinya. Hidupnya yang dulu terasa kosong kini berubah, ada perasaan yang membuatnya ingin terus mengulang momen itu.

1
Mar Lina
apakah Nico
akan melakukan nya lagi dengan Sura
dan pada akhirnya sura berkata jujur karena minuman minuman itu...
hanya author yg tau
lanjut thor ceritanya
Mar Lina
akhirnya
pelan" akan terobati...
kasihan Nick selalu bermain solo
karena ingin menyembuhkan Sara...
lanjut thor ceritanya
Mar Lina
semoga
Sara bisa tenang
berada di sisi Nick
bisa jadi obat untuk trauma nya
yg menyakiti akan menyembuhkan
lanjut thor ceritanya
Just_Loa: hehe syap ka..
total 1 replies
Just_Loa
Thank youuu🥹 ❤️lanjut terus ya, ceritanya bakal makin dalem, gelap, tapi juga bikin nagih 😁
Vlink Bataragunadi 👑
ih aku makin penasaran sama masa lalu mereka
Vlink Bataragunadi 👑
berati bener ya, Sara kynya punya trauma.... apakah trauma itu ada hubungannya dengan Nicko?
Vlink Bataragunadi 👑
othor keren bangets mendeskripsikan suasananya, aku jadi ikut merasakan, ni pernikahan garing bet woooiiii/Cry//Facepalm//Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
ya ampun, lempeng amaaat, gmn orang-orang ga curiga
Vlink Bataragunadi 👑
ommo.... semuanya terlalu formal, terlalu datar, terlalu teratur bagaimana Adrian mau percaya
Vlink Bataragunadi 👑
tp kenapa Sara ga inget ya
Vlink Bataragunadi 👑
ih keren kata2nya/Cry/
Vlink Bataragunadi 👑
aduh ini keluarga cemara bangettt/Sob//Sob//Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
tuh kaaan..... ada apa ya?
Vlink Bataragunadi 👑
ni kynya ada cerita masa lalu di antara mereka ya, tp Sara ga inget
Vlink Bataragunadi 👑
Nicko.... tidak ada emosi, tidak ada desakan, tidak ada ancaman tp justru yg seperti ini yg lebih mengancam....
Vlink Bataragunadi 👑
sejauh ini aku suka, thor/Kiss//Good/
Just_Loa: hehe makasih banyak kak udah suka sejauh ini 🤭 semoga makin betah bacanya 🧡
total 1 replies
Jumi
hai k aku mampir
Just_Loa: trmkasih sdh mmpir kak,smga suka dg crtanya ☺️
total 1 replies
Mar Lina
ku kira sara bakal menyerah
tetapi masih mengikuti keegoisannya...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya lagi
Just_Loa: Betul, Sara emang keras kepala 😅. Update-nya bakal segera datang, stay tuned!”
total 1 replies
Just_Loa
siap kk trmksih sdh mmpir,smga suka dg crtanya ya ☺️
Jumi
hai k aku mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!