NovelToon NovelToon
BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Cintapertama / Spiritual / CEO Amnesia / TKP / Tamat
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sarifah31

Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.

Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.

Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 – Ganteng yang Terlalu Familiar

Di mana Wina kembali menjalani hari-hari normalnya, setidaknya, ia berusaha. Tapi kehidupan ternyata masih punya caranya sendiri untuk mengguncang ketenangan yang rapuh… terutama saat bayangan masa lalu hadir dalam rupa yang terlalu nyata.

***

Pagi di rumah berjalan pelan.

Aku bangun dengan kepala sedikit berat karena tidur terlalu larut. Sarapan seadanya—roti tawar dan teh manis. Sambil menunggu ojek online, aku duduk di teras rumah, jari-jari mengusap layar ponsel yang hanya menampilkan satu tulisan:

“Driver masih mencari rute tercepat.”

“Cepatlah,” gumamku sambil menahan degup cemas.

Waktu terus berjalan. Jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul 08.32. Sudah lewat dari waktu masuk. Panik makin menjadi.

Akhirnya ojek datang lima belas menit kemudian, dan kami melaju menembus kemacetan Jakarta yang tidak pernah benar-benar bersahabat.

Setibanya di gedung kantor, aku nyaris setengah lari menuju lobi. Nafasku tidak beraturan. Dalam hatiku sudah pasrah: aku akan kena semprot.

Namun yang menungguku di ruang lantai 3 adalah bukan bentakan—melainkan sosok yang dulu pernah memimpin ospek dengan wajah tegas: Kak Citra.

Ia duduk di balik meja kerjanya, menyilangkan kaki, menatapku dari balik kacamata tipisnya.

“Wina Agustina.”

Aku berdiri tegak. “Maaf, Kak. Saya… tadi ojeknya—”

“Tenang,” potongnya. “Saya tahu. Jalanan pagi ini kacau. Saya juga kena macet. Tapi lain kali, coba siapkan dua alternatif.”

Aku mengangguk. “Baik, Kak.”

“Dan jangan terburu-buru panik. Kamu bukan anak magang biasa. Kamu calon pengacara.”

Itu kalimat yang tak kuduga keluar dari mulutnya. Aku menunduk, tersenyum kecil. “Terima kasih, Kak.”

“Sekarang naik ke lantai enam. Ruang rapat barat. Hari ini mentor baru kita mulai bimbingan penuh.”

Hatiku berdegup lagi. Tapi bukan karena telat—karena satu nama itu: Febriansyah Fatur Fahrezi.

Ruang rapat barat cukup luas. Ada sekitar enam meja bundar, layar proyektor, dan coffee machine di sudut ruangan. Para pegawai baru sudah mulai berkumpul, membuka laptop, menyusun buku catatan.

Lalu pintu terbuka.

Seseorang masuk dengan aura yang langsung menyedot seluruh perhatian.

Dia.

Fatur.

Kali ini tidak memakai jas atau kemeja formal.

Ia mengenakan kaos distro putih lengan pendek dengan tulisan kecil di dada kiri: Unspoken. Celana bahan hitam, jam tangan sporty, dan—ya Tuhan—kacamata hitam yang ia lepas pelan sebelum duduk di depan ruangan.

Aku nyaris lupa cara bernapas.

Itu… Ale.

Tapi juga bukan.

Karena kali ini, dia hidup. Nafasnya nyata. Tindakannya tidak seperti bayangan yang datang lalu hilang. Bahkan cara dia duduk dengan tangan kiri menyangga dagu… persis seperti yang dulu kulihat saat Ale berdiri di sampingku—di kampus, di taman, di balik selasar.

Dia memindai seluruh ruangan. Matanya berhenti sebentar padaku.

Hanya sedetik.

Tapi cukup untuk membuat duniaku kembali runtuh.

“Selamat pagi,” katanya dengan suara jernih. “Hari ini kita mulai pembekalan dari awal. Tapi saya bukan tipe mentor yang suka kasih ceramah. Saya lebih suka ngobrol. Santai. Tapi kalau kalian meremehkan, ya… saya gigit balik.”

Semua tertawa kecil.

Tapi aku masih diam.

Di mataku, dia bukan hanya mentor.

Dia adalah teka-teki.

Bayang yang menjelma nyata.

Masa lalu… yang menolak pergi begitu saja.

****

Bab ini memperkuat hubungan Wina dengan Fatur (dan Ale yang hidup dalam dirinya). Nuansa misterius, ketegangan batin, dan kedekatan yang tak terelakkan makin terasa.

Penasaran dengan kelanjutannya, yuk kasih dukungan dengan tinggalkan jejak komen, like ataupun bintang kejora... 🌟 terima kasih!

1
Nurul An-nisa
iya ya, sampe sekarang belum ada alasan kenapa harus Wina
drpiupou
duh apa ada kemungkinan Fatur gidup
drpiupou
sedih banget omongan si Ale Ale ini
Sarifah Aini: Ale Ale rasa apa kak 😂
total 2 replies
drpiupou
apakah kamu akan memilih Ale?

ku harap kamu milih aku sih
Afriyeni Official
tetaplah di sisinya Wina, lambat Laun ia akan pulih dari lukanya yang tak terlihat.
Afriyeni Official
cuma Wina yang belum tahu kalau Fatur adalah Ale
bluemoon
sarapan dulu win lain kali
Aquarius97 🕊️
keren Thor 👋🏻 semangatt
Aquarius97 🕊️
huwaaaaa.... beneran kan Ale ternyata koma .. eh firasat ibunya Ale kuat banget yak
Aquarius97 🕊️
Alee... ahhhh jadi Ale.... masih hidup /Sob/
sjulerjn29
tu kan bener ceuk aku oge ale eta teh..🤭
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup
Iqueena
Yang jelas perasaanmu itu untuk Ale Win, karena dia yg pertama kamu liat, walau bukan sebagai manusia 🥹
Iqueena
Wahhhh, keren plot twist nya kak 👏🏻
Iqueena
Jadi Fatur itu Ale?
Xlyzy
Ale sebenarnya kamu ini manusia apa atau hantu si
Dewi Payang
Sampai kini aku tetap berharap Fathur adalah Ale.....
Ceyra Heelshire
kalau orang liat, bisa dikira gila sih
Drezzlle
Betul Wina
Dasyah🤍
aku doain yah moga moga Fatur benaran Ale
༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻
Ale km hrs bersyukur bertemu mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!