NovelToon NovelToon
PEDANG GENI

PEDANG GENI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Persahabatan / Raja Tentara/Dewa Perang / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

PEDANG GENI. seorang pemuda yang bernama Ranu baya ingin membasmi iblis di muka bumi ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

Sesaat kemudian tubuhnya menghilang dan muncul di depan istana Raja Condrokolo.

Penjaga pintu gerbang istana yang melihat Ranu langsung memberi hormat.

"Tolong antarkan aku menemui rajamu!" ucap Ranu.

"Baik, Tuan. Silahkan masuk!"

Setelah pintu gerbang terbuka, Prajurit itu berjalan terlebih dahulu dan diikuti Ranu di belakangnya.

Raja Condrokolo yang sedang berada di aula istana bersama beberapa pejabat kerajaan, bisa merasakan kehadiran Ranu di istananya. Dengan tergopoh-gopoh dia langsung berjalan keluar dari aula.

Pejabat kerajaan yang ada di tempat itu merasa heran juga karena tiba-tiba penguasa kerajaan Kalingga itu menghentikan ucapannya dan bergegas meninggalkan aula.

"Kenapa kau tidak bilang dulu kalau mau datang ke istanaku ini, Ranu. Kalau aku tahu kau datang, aku bisa menyiapkan pesta penyambutan untukmu,"

sapa Raja Condrokolo ketika Ranu sudah berada di depan aula istana.

Ranu tersenyum tipis, "Aku ada urusan penting, Paduka. Makanya aku mendadak datangnya," jawabnya.

"Sepenting apa hingga kau datang ke sini sendiri? Kau bisa memanggilku untuk datang." Raja kerajaan jin di Alas Purwo itu merasa tidak enak hati.

"Bisakah kita masuk dulu ke aula. Nanti kita bicarakan di dalam saja, Paduka?" Meskipun sudah ditaklukannya, Ranu tetap memberi rasa hormat kepada Raja Condrokolo

"Baiklah, mari silahkan masuk aula.?".Raja Kolocokro dan Ranu bergegas masuk ke dalam

Kedatangan Ranu tentu saja membuat para pejabat kerajaan mahfum dengan apa yang dilakukan rajanya tadi.

Mereka pun serentak berdiri memberi hormat kepada sosok manusia yang bisa menaklukkan Raja Condrokolo tersebut.

"Katakan apa yang membuatmu datang sendiri ke sini?" tanya Raja Condrokolo setelah Ranu duduk di sebuah kursi yang terdapat ukiran dari emas.

"Kalau boleh, aku mau meminta bantuan kekuatan,Paduka?"

Raja Condrokolo tentu saja kaget dengan permintaan Ranu. Dengan adanya Geni yang selalu mendampinginya, tentunya Ranu tidak butuh bantuan lagi darinya.

"Bantuan kekuatan bagaimana yang kau butuhkan?"tanya Raja condrokolo.

Ranu kemudian menceritakan semuanya dengan detail tanpa dia tutupi lagi. Termasuk juga tentang Racun Utara yang menjadi penasihat raja kota Wentira. Kecuali tentang pusaka Golok Tirta Aji tentunya.

"Aku tahu tentang kota Wentira itu, Ranu. Kota itu bukan bagian dari kerajaanku, karena mereka memang bukan dari bangsa jin. Tapi jika memang kau ingin bantuan pasukanku, maka aku akan memimpin langsung pasukanku ke sana! 100 ribu pasukanku siap untuk berangkat saat ini juga jika kau menginginkannya."

Ranu tersenyum gembira, setidaknya satu bantuan sudah dia dapatkan. Tinggal meminta bantuan dari ibu angkatnya, Dewi Anjani.

"Tidak sekarang, Paduka. Nanti rencananya aku mau menyusup ke sana dulu untuk mengamati situasi. Jika memang perang adalah jalan satu-satunya, mau tidak mau aku harus mengambilnya."

"Tapi yang aku dengar, kota itu dikutuk dan disegel oleh para Dewa. Kami dari bangsa jin tidak akan bisa melewati segel itu, kecuali jika kau bisa membuka segel itu!"

"Aku akan mencari caranya untuk membuka segel itu, Paduka. Nanti aku akan memberi kabar berikutnya!"

Raja Condrokolo memandang para pejabatnya. "Kalian sudah mendengar apa permintaan sahabatku ini, kan? Segera siapkan pasukan sekarang juga!"

"Kami laksanakan perintah Paduka." jawab pejabat kerajaan jin itu serempak. Satu persatu dari para pejabat kerajaan itupun keluar meninggalkan aula.

"Apa Tuan Geni tidak membantumu?" tanya Raja Condrokolo untuk mencari jawaban atas rasa penasarannya.

Ranu tersenyum karena dia bisa membaca arah pembicaraan penguasa kerajaan Kalingga tersebut.

"Geni akan selalu membantuku, Paduka. Nanti aku akan melawan Racun Utara, sedangkan Paduka melawan Raja Dharmacakra!"

"Baiklah, aku sudah paham maksudmu," sahut Raja Condrokolo.

"Aku minta ijin pamit dulu, Paduka. Aku mau menemui ibu Dewi Anjani dulu."kata Ranu

"Baiklah, titip salamku kepada ibumu. Nanti segera kabari kalau kau sudah siap!"

"Baik, Paduka. Aku berangkat sekarang!"

Ranu mengangguk dan kemudian menekan titik cakranya. Dalam beberapa detik saja, dia sudah kembali ke gubuk Wanandra.

"Bagaimana, Ranu, apakah Raja Condrokolo mau membantumu?"tanya Wanandra sesaat setelah Ranu kembali.

Ranu mengangguk. "Beliau sudah menyiapkan 100 ribu pasukan. Tinggal selisih 40 ribu pasukan lagi yang aku butuhkan, Kek. Dan ini aku mau meminta bantuan ibu Dewi Anjani dulu," jawabnya.

"Jadi kau mau pergi lagi?" tanya Mahesa.

"Hahaha, tidak perlu. Aku akan memanggil beliau kemari!"

Ranu berkonsentrasi sejenak. Dalam hati dia memanggil nama ibu angkatnya itu dan juga nama kakek buyutnya, Joko Thole.

Suasana dalam hutan Karaenta yang awalnya tenang, tiba-tiba menderu angin yang besar setelah Ranu memanggil ibu angkatnya.

Sesaat kemudian, sebuah kereta yang mewah dan ditarik 4 kuda berwarna putih berhenti di depan gubuk kecil tersebut.

Setelah itu Dewi Anjani terlihat turun dengan begitu anggunnya. Wajahnya yang sangat cantik bersinar bagai bulan purnama.

"Beliau sudah datang," ucap Ranu. Dia berdiri dan berjalan keluar dari gubuk kecil itu.

"Anakku, Ranu!" Dewi Anjani tersenyum lebar melihat anak angkatnya itu.

"Ibu, maafkan aku yang harus memanggil Ibu kemari!"

Dewi Anjani langsung memeluk anak angkatnya itu, "Kenapa kau harus minta maaf? Bukankah ibu pernah bilang, jika kau ingin meminta bantuan atau kepingin bertemu ibu, setiap saat kau bisa memanggil ibu."

Ranu tersenyum kecil, "Mari kita masuk ke dalam dulu. Tapi mohon maaf, keadaannya jauh berbeda dengan di istana," balasnya.

"Gusti Ratu, mohon maaf tidak bisa memberi sambutan yang layak," ucap Wanandra tiba-tiba. Dia mengikuti Ranu yang keluar menyambut Dewi Anjani.

Dewi Anjani tersenyum mendengar ucapan Wanandra, "Aku tidak mempermasalahkan tentang itu selama aku bisa bertemu anakku ini," ucapnya seraya mengelus rambut Ranu dengan lembut.

Ranu serasa diperlakukan oleh ibu kandungnya sendiri.Sifat keibuan yang ditunjukkan Dewi Anjani membuatnya larut dalam keharuan.

"Mari kita masuk ke dalam dulu, Bu, ada yang perlu aku bicarakan dengan Ibu."

Sesampainya di dalam gubuk, Ranu mulai bercerita tentang tujuannya memanggil ibu angkatnya tersebut jauh-jauh datang ke daratan Celebes.

Dewi Anjani mengangguk memahami setiap perkataan Ranu, " Kau butuh berapa pasukan, Anakku?"

"Saat ini aku masih kekurangan 40 ribu lagi, Bu. Tapi kalau ada 20 ribu saja sudah cukup," jawab Ranu

"Baiklah, tapi bukan ibu sendiri yang akan memimpin pasukan itu. Masa iya cantik begini harus ikut perang?" Dewi Anjani tersenyum simpul.

"Lalu siapa yang akan ibu perintah untuk memimpin pasukan itu?"

"Kau akan tahu sendiri nanti. Yang pasti kau sudah mengenalnya! Namanya Suropati."

Ranu Penasaran dengan sosok yang akan memimpin pasukan dari ibu angkatnya tersebut. Seingatnya, di daratan Meneng ataupun di gunung Rinjani dia tidak mengenal sosok yang bernama Suropati.

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
Was pray
ya jelas dicurigai kan kamu dan suropati jelas2 orang asing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!