NovelToon NovelToon
Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:633
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Biar Aku Saja

"Itu bohong, itu tidak mungkin. Kalian hanya menenangkan aku saja kan, kalian berbohong!"

"Gue gak bohong, lu kenapa bisa-bisanya gak percaya sama Daniel. Berapa lama lu sama dia, harusnya lu tahu sejauh mana perasaan Daniel ke lu!"

"Dia memang cinta sama gue, tapi bukan untuk nikah dan punya anak."

"Udah tahu kayak gitu, kenapa lu mau disentuh sampai hamil kaya gini?"

Sesaat Nabilla memejamkan matanya, kenapa mereka jadi ribut, sudah bagus tadi Erik gak ada nyatanya sekarang Erik ada malah ribut. Jika seperti itu mungkin Tyas akan merasa disudutkan, bagaimana bisa Tyas berpikir dengan benar jika seperti itu.

Nabilla meminta Erik di luar saja, atau kalau perlu Erik pulang duluan saja biar Nabilla pulang pakai taxi nanti. Erik menurut saja dan memilih pergi, kenapa Tyas memperumit hidupnya sendiri jika sudah tahu sejak awal seperti itu keadaannya.

"Iya gue memang bodoh Billa."

"Nggak Tyas."

"Gue memang bego, harusnya gue bisa menjaga diri gue sendiri."

"Sudah jangan terus menyesali, Tyas sekarang kamu fokus saja dengan kesehatan kamu. Nantinya Daniel membuktikan ucapannya atau tidak, kita bisa pikirkan lagi ya."

Kenapa rasanya Tyas sangat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Erik tadi, ingatan Tyas masih bagus untuk mengingat bagaimana Daniel susah payah menjelaskan jika ia belum siap dengan pernikahan. Jika itu terjadi apa benar Tyas akan bahagia, kenapa saat ini hanya segudang keraguan yang ada di hati Tyas.

Tak henti Nabilla meyakinkan Tyas jika banyak jalan untuk bisa menjalani keadaan saat ini, Tyas tidak perlu khawatir apa lagi takut. Begitu banyak orang yang akan memperdulikannya, sekali pun itu bukan Daniel tapi Tyas dan anaknya nanti tidak akan mungkin kekurangan kasih sayang dan perhatian.

"Billa, aku mau pulang."

"Kamu bisa pulang kalau sudah sehat, makanya aku bilang kamu hanya harus fokus pada kesehatan kamu sekarang. Jangan berpikir terlalu jauh Tyas, siapa pun tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok lusa dan kita hanya harus menjalani hari ini saja."

Dokter akhirnya datang karena sudah masuk waktu pemeriksaan, Nabilla akhirnya mundur memberi ruang untuk dokter dan suster itu. Melihat Tyas yang berbaring dengan sedikit ketengan cukup membuat Nabilla lega, semoga saja seterusnya Tyas akan bisa tenang tanpa harus mengamuk lagi.

Ting....

Ponsel Nabilla berdenting tanda ada pesan masuk, segera Nabilla membukanya karena itu pesan dari Erik. Suaminya itu mengajak untuk pulang saja karena orang tua Tyas sudah datang, akhirnya bertambah lagi kelegaan Nabilla karena orang tua Tyas akan menemani putrinya sekarang.

"Bagaimana Dokter?" Tanya Nabilla.

"Belum ada perubahan, hasilnya masih sama."

Nabilla mengangguk paham, biarkan saja mungkin setelah ini keadaan akan mulai membaik. Jika bukan Nabilla sudah pasti orang tuanya akan bisa meyakinkan Tyas jika Tyas akan baik-baik saja, keadaan baik Tyas itu akan kembali meski ada tau tidak adanya Daniel.

"Permisi." Ucap Lidya.

Nabilla sempat menoleh dan mencium tangan Lidya juga Lucky, setelahnya Nabilla kembali pada Tyas. Tak mau buang waktu Nabilla segera pamit dan pergi meninggalkan mereka semua, semoga saja orang tuanya itu bisa memberi pengertian Tyas dengan lebih baik lagi.

Sampai di luar Nabilla melihat Erik yang berdiri bersandar di samping pintu, lelaki itu masih sibuk dengan ponselnya namun seketika berubah ketika melihat Nabilla. Erik menunjukan senyuman manisnya karena akhirnya Nabilla keluar, rasanya bosan sekali menunggu di luar seorang diri.

"Sudah selesai, biasa kita urus urusan kita sekarang Istri ku?"

Nabilla tampak mengulum senyum seraya mengangguk pasti, segera Erik meraih tangan istrinya itu dan membawanya pergi. Erik sudah menuruti keinginan Nabilla jadi sekarang sudah cukup, mereka juga memiliki kehidupan sendiri.

"Kita mau kemana?" Tanya Nabilla setelah mobil melaju.

"Ke rumah kamu kan, katanya mau bawa barang kamu."

"Kita jadi tinggal di rumah kamu?"

"Kalau kamu mau, ayo. Kalau gak mau ya udah gak-apa, tapi Mami maunya kamu tinggal disana biar kalau Papi lagi gak ada jadinya gak sendirian."

Sebenarnya tidak masalah tinggal dimana pun selagi itu bisa membuat Nabilla merasa nyaman, hanya saja Nabilla merasa sayang jika rumahnya ditinggalkan. Rumah kecil itu adalah perjuangan Nabilla selama bertahun-tahun, rumah kecil itu yang memberi kenyamanan tidur Nabilla dan hidup Nabilla.

"Kalau kita tinggal di rumah aku aja gimana, ya kecil sih tapi kan cukup buat berdua."

"Boleh, ayo aja."

"Tapi nanti orang tua kamu keberatan, anaknya harus tinggal di rumah sempit seperti rumah aku."

Erik justru tersenyum mendengarnya, bukankah Nabilla yang bilang jika rumahnya cukup untuk berdua. Lagi pula orang tuanya tidak pernah repot jika memang Erik sendiri suka, tapi sayangnya Erik sudah memiliki rencana lain untuk mereka berdua.

Sesaat Erik menatap Nabilla yang sepertinya sedang berpikir, entah apa yang sedang wanitanya itu pikirkan saat ini. Apa kehidupan barunya atau justru masih memikirkan sahabatnya itu, Erik menggeleng dan memilih fokus menyetir.

"Erik."

"Hem?"

"Nanti kalau pada akhirnya Daniel tidak mau tanggung jawab, terus Tyas dan keluarganya tidak mau terima bayi itu. Boleh kalau kita saja yang rawat?"

Seketika itu Erik menginjak remnya hingga nyaris ditabrak pengemudi di belakangnya, Nabilla jelas saja syok dengan itu beruntung masih selamat. Erik kembali menatap Nabilla tanpa perduli klakson yang berisik di luar sana, kalimat macam apa itu bagaimana bisa Nabilla berpikir seperti itu.

"Aku hanya gak mau anak itu di abaikan begitu saja, dia tidak tahu apa-apa."

"Daniel akan bertanggung jawab, Nabilla kita sudah menikah kita bisa punya anak sendiri."

"Ya iya, tapi kan maksudnya-"

"Aku gak mau!" Tegas Erik.

Nabilla diam bahkan Erik mengucapkan itu tanpa ada keraguan sedikit pun, sekilas Nabilla tersenyum dan mengangguk saja. Buat apa Erik memutuskan untuk menikah jika akhirnya harus mengurusi anak orang lain, bahkan anak itu masih memiliki keluarga lengkap.

Nabilla berpaling memilih melihat jalanan di depannya, mungkin Nabilla juga yang salah melontarkan kalimat seperti itu. Erik benar mereka sudah menikah dan bisa memiliki anak sendiri, untuk apa repot mengurusi anak orang lain.

"Nabilla."

"Hem, ayo jalan lagi."

"Maksud aku itu bukan gak perduli, aku tahu kamu perduli tapi seharusnya kita berusaha dulu untuk membuat mereka perduli. Gak masuk akal kan kalau anak itu masih memiliki keluarga lengkap, tapi justru kita yang urus."

"Iya maaf, aku salah bicara. Lupakan saja aku tidak akan katakan itu lagi."

Erik mengangguk dan kembali melajukan mobilnya, bagaimana pun juga Erik masih percaya jika Daniel bisa bertanggung jawab. Erik yakin semua teman-temannya itu adalah lelaki yang bisa diandalkan dalam segala hal, jadi sebaiknya Erik percaya saja pada lelaki itu.

Berulang kali Erik melirik Nabilla yang tampak diam saja, apa wanitanya itu marah sekarang, rasanya apa yang dikatakan Erik sudah benar. Mobilnya kembali terhenti ketika sudah sampai di tempat Nabilla, keduanya masih sama-sama terdiam meski lokasi tujuan mereka sudah tercapai.

"Bill." Panggil Erik ragu.

"Apa?"

"Kita turun?"

Nabilla mengangguk lantas keluar lebih dulu, Erik terlihat membuntut saja di belakang. Keduanya memasuki rumah yang kosong tanpa penghuni, entah kemana keluarga Nabilla karena mereka tidak ada sekarang.

"Nabilla." Tahan Erik ketika Nabilla melewatinya.

"Boleh kalau mulai sekarang kita fokus pada hubungan kita, aku sadar kita menikah bahkan tanpa rasa cinta. Tapi sekarang kita sudah menikah, bukankah seharusnya kita mulai berusaha untuk menumbuhkan cinta itu?"

Nabilla mengangguk, mungkin seiring berjalan waktu yang selalu membuat mereka bersama akan mendatangkan cinta itu. Nabilla tidak akan menutup diri untuk Erik, setelah memutuskan menerima pernikahan itu Nabilla sudah memutuskan semuanya dengan benar.

"Boleh aku peluk kamu?"

"Hem?"

"Aku selalu ragu kalau mau peluk kamu takut kamunya gak terima, jadi sekarang aku izin dulu dan mungkin satu kali izin untuk selamanya."

Nabilla tersenyum dan kembali mengangguk, begitu saja Erik mendekap tubuhnya hangat. Perlahan tapi pasti Nabilla juga membalas pelukan itu, mungkin dengan seperti ini akan membuat mereka semakin dekat dan menghilangkan jarak yang masih terbentang di hati keduanya.

"Kalau kamu tidak mau ikut aku, tidak masalah kita tinggal di sini saja. Nanti aku bisa jelaskan sama Mami di rumah."

"Tidak, aku akan ikut kamu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!