Cinta itu datang membawa sejuta keindahan, dan seribu kebahagiaan.
Namun sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama.
Cinta itu pula yang menorehkan luka.
Sebuah kisah gadis mudah berumur 23 tahun yang mencinta pria matang seumur ibunya.
Tania pikir, kisah cintanya akan semulus kisah cinta orang tuanya. Namun Tania salah, Cinta itu malah membuatnya terpuruk.
Dunia Tania hancur saat Julian yang tak lain adalah lelaki yang dicintainya tiba-tiba mengenalkan calon istri kehadapannya.
Hubungan yang sudah di bangun dua tahun tersebut itu pun harus berakhir.
Tanpa Tania tau, ada alasan kenapa Julian meninggalkannya dan memilih wanita lain.
Pria asal Spanyol itu menyimpan alasan tersendiri kenapa dia harus meninggalkan Tania.
Satu tahun berlalu, mereka di pertemukan kembali. Akan kah Tania tau apa yang di sembunyikan oleh Julian?
Mengandung bawang, mecin dan seperti tayangan ikan terbang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Tania terisak di pelukan papihnya. pikirannya kalut. Dia pun memikirkan hubungannya dengan Julian. Tania yakin, mamih dan papihnya tak merestui hubungannya dengan Julian. Terbukti, Julian tak mengangkat telepon darinya.
Tania melepaskan diri dari pelukan Bram dan memberanikan diri menatap papihnya.
"Papih, apa papih dan mamih tak merestui hubunganku dan Uncle Julian?" tanya Tania dengan sedikit ragu. Ini kali pertamanya Tania berbicara tentang hubungannya dengan Julian.
Bram menghela napas sejenak. "Kau tau, kan, papih dan mamih ingin yang terbaik untukmu. Maka dari itu kami memutuskan untuk tak merestui hubungan kalian."
Mendengar ucapan Bram, tangis Tania pecah. dia tak sanggup menahan air matanya.
"Papih, kenapa papih dan mamih tega kepadaku," ucap Tania lirih. Dia kembali menunduk sambil terisak.
Rasanya Bram tak tega melihat putri bungsunya menangis. Namun, dia pun mengingat permintaan istrinya.
"papih, akan menunggu mu diluar," ucap Bram. Dia pun bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan Tania.
Saat keluar dari ruangan Tania, Bram menghampiri Ahsam yang berdiri didekat lift.
"Tuan Bram!" sapa Ahsam.
Bram menepuk pundak Ahsam. "Terimakasih telah menjaga putriku. Kau bisa mempersiapkan pernikahan mu selepas saat kita kembali ke Indonesia." Bram tersenyum tulus. Dalam hatinya dia sangat berterimakasih pada Ahsam yang selama ini sudah menjaga Tania. Terlepas dari kejadian yang baru saja di alamin putrinya ketika berhadapan dengan Clara.
"Kau pulanglah duluan. Aku membawa mobil sendiri," ucap Bram lagi.
"Tapi, Tuan ...."
"Berkeliling lah disini dan nikmati waktu mu sebelum kita kembali ke Indonesia." Bram pun menekan tombol lift dan turun kebawah.
°°°
Hening
Hening
Hening
Hanya keheninganlah yang ada di dalam mobil. Sesekali Bram mencuri pandang kearah samping. Namun, Tania sama sekali tak bergeming terlihat jelas sesekali Tania menyeka air matanya.
"Ayo turun!" titah Bram saat mereka sudah berada di Mansion.
Tania menggeleng, "Papih, aku tidak mau turun," ucap Tania yang masih takut akan kemarahan Keinya.
"Kau takut pada mamih?"
Tania pun mengangguk lesu.
"Berjalanlah dibelakang punggung Papih, agar kau tak melihat kemarahan mamih." Bram pun keluar dari mobil dan membukakan pintu sebelahnya dan menuntun Tania untuk turun.
Mendengar suara Keinya yang sedang berada diruang keluarga. Tania semakin di mengeratkan pegangannya pada lengan Bram.
Keinya menggeleng melihat tingkah putrinya. Sedangkan Aska yang duduk di depan Keinya terlihat gelisah. Karena sebenarnya Keinya belum tau bahwa dirinya lah yang merencanakan semuanya. Untung saja Bram tak mengadukannya pada Keinya. Aska bukan takut pada putrinya. Namun, bisa di pastikan jika putrinya tau, dia akan kembali di ceramahi oleh putrinya dan itu adalah suatu bencana bagi Aska. Dari dulu dia paling malas untuk menerima ceramah. Tapi dia tak bisa berkutik jika Aysel yang menceramahinya.
"Kemarilah!" titah Keinya setelah lama Tania bersembunyi di belakang punggung Bram.
Tania menggeleng dibelakang, bahkan dia semakin mengeratkan wajahnya di punggung Bram.
"Kau mau mamih menyeretmu besok dan melarangmu untuk mengikuti Fashion Show." Keinya mengancam Tania karena Tania sama sekali tak bergeming.
Mau tak mau Tania pun melepaskan tangannya dari pegangan papihnya. Dia berjalan menunduk kearah Keinya.
Setelah duduk disisi Keinya. Keinya membawa Tania ke pelukannya. Keinya tau dan sadar betul bahwa Tania sedang takut kepadanya.
Sekuat apapun Tania menahan air matanya. Tetap saja dia tak bisa. Di pelukan Keinya dia kembali menumpahkan tangisannya.
"Maafkan, aku Mamih," lirih Tania sambil terisak.
Keinya membelai rambut Tania, membiarkan Tania puas menangis.
"Kenapa kau harus mempertaruhkan nyawamu sendiri. Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu. Mamih dan Papih tak akan sanggup jika melihatmu terluka."
Tania pun melepaskan diri dari pelukan mamihnya. Dan Keinya pun langsung menghapus air mata Tania.
"Maafkan aku Mamih, tapi ini semua rencana ...." Tania menghentikan ucapannya dan memandang kearah Aska. Keinya pun mengikuti arah pandang Tania.
Aska yang sedang ditatap oleh putri dan cucunya langsung menelan ludah. Dia pun bangkit dari duduknya dan tersenyum kikuk lalu dengan cepat meninggalkan ruang keluarga.
"Daddyyy!" teriak Keinya yang sudah tau semuanya..
Bram yang duduk disofa tunggal hanya menggeleng seraya tersenyum geli melihat tingkah absurd mertuanya.
"Sekarang bersihkan dirimu, kita makan malam!" titah Keinya. Tania pun mengangguk dan bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke kamarnya.
Tania berjalan gontai kedalam kamarnya
Setelah masuk kekamar, Tania mendudukan dirinya di sofa. Pikirannya hanya tertuju pada Julian. Lamunan Tania buyar saat ponsel didalam tasnya berdering. Dia terlihat bersemangat saat membuka pesan yang dikirim oleh Julian.
[Tania, Maafkan aku. Mamih mu benar, aku mungkin bukan yang lelaki baik untuk mu. Mari kita akhiri ini. Malam ini aku kembali.ke Swiss. Jaga dirimu kau pasti akan mendapat lelaki yang lebih baik dari ku] Tulis Julian dalam pesannya.
Membaca pesan itu, tangis Tania kembali pecah. Hatinya kembali hancur saat dia kembali terluka untuk yang kedua kalinya.
Dua hari kemudian.
Setelah Fashion show berakhir, Tania pun sudah iklas untuk kembali pulang ke Indonesia, dia juga sudah merelakan hubungannya dan Julian kandas. Dia sangat kecewa pada Julian yang tak mau berjuang dan lebih memilih untuk menyerah.
"Tania, Ayo!" ajak Vania saat Tania duduk diruang tunggu. Tania menghela napas sejenak. Dia berusaha menenangkan dirinya sebelum acara dimulai. Walau bagaimana pun, ini debut pertama kalinya menjadi seorang perancang.
Acara berjalan cukup lama, para model berlenggak-lenggok diatas Catwalk. Semua tamu menatap kagum pada rancangan Tania. Saat semua model sudah selesai berjalan diatas catwalk. Tibalah Aysel pemilik Rose Fashion naik ke panggung untuk memberi penutupan sekaligus memperkenalkan Tania.
Saat Aysel sudah selesai dengan acara penutupannya. Aysel pun memanggil Tania untuk naik keatas panggung. Baru saja Tania akan menghampiri Aysel, semua lampu mati. Semua tamu menjadi panik, Tania pun tak kalah panik, baru saja dia akan berteriak, lampu kembali menyala. Namun, hanya lampu sorot yang menyala. Dan lampu sorot itu menyorot kearah catwalk, Dalam kegelapan Tania bisa melihat seorang lelaki sedang berjalan di catwalk sambil membawa buket bunga. Lelaki itu berjalan bak seorang model papan atas, semua tamu memandang kagum pada lelaki tersebut. Tania menutup mulut saat menyadari siapa lelaki tersebut.
Aduh lapee, eh baper deng 😂😂
aku udah up panjang lho. jadi jangan bilang upnya sedikit ya.☺️☺️