Tang Qiyue adalah seorang pembunuh bayaran nomer satu, dijuluki "Bayangan Merah" di dunia gelap. Di puncak kariernya, dia dikhianati oleh orang yang paling dia percayai dan tewas dalam sebuah misi. Saat membuka mata, dia terbangun dalam tubuh seorang gadis desa lemah bernama Lin Yue di Tiongkok tahun 1980.
Lin Yue dikenal sebagai gadis bodoh dan lemah yang sering menjadi bulan-bulanan penduduk desa. Namun setelah arwah Tang Qiyue masuk ke tubuhnya, semuanya berubah. Dengan kecerdasannya,kemampuan bertarungnya, dan insting tajamnya, dia mulai membalikkan hidup Lin Yue.
Namun, desa tempat Lin Yue tinggal tidak sesederhana yang dia bayangkan. Di balik kehidupan sederhana dan era yang tertinggal, ada rahasia besar yang melibatkan keluarga militer, penyelundundupan barang, hingga identitas Lin Yue yang ternyata bukan gadis biasa.
Saat Tang Qiyue mulai membuka tabir masalalu Lin Yue, dia tanpa sadar menarik perhatian seorang pria dingin seorang komandan militer muda, Shen Liuhan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayucanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Warisan yang Tak Terlihat
Tahun-tahun berlalu dengan tenang di desa itu. Lin Yue perlahan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari komunitas. Ia bukan lagi gadis misterius yang dicurigai oleh orang-orang, melainkan ibu yang dihormati, tetangga yang dipercaya, dan istri seorang pria gagah yang dicintai banyak orang. Kehadirannya membawa warna bagi desa yang sebelumnya tenang namun monoton.
Namun, tanpa disadari ia meninggalkan warisan yang tak terlihat.
Shen Yuhan tumbuh menjadi pemuda dengan ketajaman dan naluri yang tak biasa. Meskipun ia tidak pernah diajarkan teknik bertarung secara langsung, tubuhnya dengan alami memahami gerakan-gerakan yang pernah menjadi bagian dari hidup Lin Yue. Kepekaan terhadap bahaya, kemampuan membaca arah angin, hingga insting untuk bergerak di saat yang tepat semua itu muncul tanpa ia sadari.
Suatu hari, saat Yuhan berusia sepuluh tahun, ia sedang bermain di kebun belakang rumah. Ia mengejar seekor kupu-kupu, berlari di antara semak belukar. Tiba-tiba, seekor ular berbisa melompat dari balik rumput, menyergap tanpa suara. Namun sebelum taringnya menyentuh kulit, Yuhan sudah bergerak ke samping dengan lincah, menghindar seperti seorang petarung terlatih.
Shen Liuhan yang melihat kejadian itu langsung berlari menghampirinya.
"Bagaimana kau tahu harus menghindar seperti itu?" tanyanya, masih menahan rasa heran.
Yuhan mengangkat bahunya polos. "Entahlah, Ayah tubuhku seperti tahu sendiri. Rasanya.... seperti aku pernah melakukannya sebelumnya."
Lin Yue yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan tersenyum samar, tatapan matanya penuh arti. Ia tahu, meski ia tidak pernah mengajarkan secara lisan, darahnya tetap mengalir dalam tubuh Yuhan. Naluri bertahan hidup, kewaspadaan, dan ketangkasan itu adalah warisan tak kasat mata yang sudah ia tinggalkan.
Malam itu, setelah makan malam yang hangat, Lin Yue duduk bersama Shen Liuhan di bawah langit berbintang. Angin malam bertiup pelan, membawa aroma tanah dan dedaunan.
"Sepertinya Yuhan mewarisi lebih dari yang aku kira," gumam Shen Liuhan sambil menyeruput tehnya.
Lin Yue mengangguk, tatapannya jauh ke langit."Dia tidak boleh tahu tentang masa laluku. Aku ingin dia tumbuh tanpa bayang-bayang darah. Aku ingin dia mengenal dunia sebagai tempat yang damai."
"Tapi dia harus tahu bagaimana melindungi dirinya," balas Shen Liuhan lembut. "Dunia ini, bahkan yang kita anggap damai, kadang tetap menyimpan bahaya."
Lin Yue terdiam sejenak, memikirkan kata-kata suaminya.
"Aku tidak ingin dia hidup dalam ketakutan. Tapi aku juga tidak ingin dia lemah." ia menoleh, menatap Shen Liuhan dengan mata yang mantap."Aku akan mengajarinya. Bukan sebagai pembunuh tapi menjadi pelindung."
Shen Liuhan tersenyum, menggenggam tangan istrinya. "Aku tahu kau akan menjadi guru terbaik untuknya."
Hari-hari berikutnya, Lin Yue mulai secara halus melatih Yuhan. Ia mengajarkan dasar-dasar bertahan, membaca situasi, dan mengenali bahaya. Ia menyisipkan pelajaran melalui permainan, mengajak Yuhan berlari di hutan kecil, mengajari dia mendengar suara-suara alam, dan memahami perubahan gerakan di sekelilingnya.
Ia tidak pernah menceritakan siapa dirinya di masa lalu, tapi Yuhan menerima semua ajaran itu dengan antusias.
"Ibu, kenapa kita harus tahu semua ini?" tanyanya suatu hari ketika mereka sedang berlatih di halaman belakang.
"Karena dunia tidak selalu ramah, Nak... Tapi kita bisa belajar untuk berdiri tegak dan melindungi apa yang berharga," jawab Lin Yue.
Bagi Yuhan, ibunya adalah sosok yang kuat dan penuh kasih. Ia tidak tahu bahwa di balik senyum lembut itu, tersimpan sejarah panjang seorang pembunuh bayaran dari masa depan.
Lin Yue menyimpan rahasianya rapat-rapat. Ia tidak ingin masa lalu mengganggu masa depan putranya.
Baginya, warisan terbaik yang bisa ia berikan adalah kemampuan untuk melindungi, bukan untuk membunuh.
Pada suatu sore menjelang senja, Yuhan bertanya dengan polosnya, "Ibu, kenapa ibu begitu pandai menghindar dan memegang pisau?"
Lin Yue tersenyum, membelai rambut putranya."Ibu pernah belajar banyak hal saat muda. Tapi yang terpenting ibu belajar satu hal, melindungi orang yang ibu cintai adalah yang paling berharga."
Yuhan mengangguk, menyimpan kata-kata itu dalam hati kecilnya. Dalam dirinya, darah seorang bayangan merah mungkin tetap mengalir, tapi dengan arah yang berbeda.
Kini, warisan Lin Yue bukan lagi tentang kematian, melainkan tentang kehidupan dan perlindungan. Ia telah menciptakan jalan baru bagi generasi setelahnya.
Dan di bawah langit desa yang damai, di antara pohon-pohon tua dan rumah-rumah yang hangat, tumbuh seorang anak laki-laki dengan jiwa pelindung.
Warisan yang tak terlihat, namun begitu kuat tertanam dalam hati, dalam darah, dan dalam cinta yang tak pernah hilang.