NovelToon NovelToon
Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Gadis Jalanan Pewaris Mahkota

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.

Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.

Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.

Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."

Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.

Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.

Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Taktik Adam

Kantor Pusat Maxim Corporation – Pagi Hari

Cahaya matahari menembus dinding kaca gedung lantai 29, menerangi ruangan kantor Javier Maxim yang luas dan elegan. Meja kerjanya terbuat dari kayu ek mengilap, rapi, dengan susunan map dan dokumen yang sudah dikelompokkan menurut urutan rapat.

Javier berdiri di depan jendela besar, menatap keluar. Pemandangan kota terbentang luas, tapi pikirannya tidak ada di sana.

Tok, tok, tok.

Pintu terbuka dan Bastian masuk, membawa tablet dan beberapa dokumen tambahan.

“Ini laporan keuangan terakhir dari divisi investasi, Bos,” ujarnya sambil menyerahkan file. “Dan catatan untuk rapat dewan jam sepuluh nanti.”

Javier mengangguk pelan, lalu berjalan ke meja. Ia membuka map satu per satu, membaca sekilas, dan memberi tanda kecil dengan pulpen merahnya.

“Bagaimana respons dewan setelah pengumuman pernikahan saya kemarin?” tanya Javier.

Bastian sempat terdiam sejenak sebelum menjawab hati-hati, “Beragam, Bos. Sebagian terkejut, sebagian... terlihat cemas.”

“Cemas?” alis Javier terangkat.

“Ya. Terutama karena identitas Ibu Lisa yang belum banyak diketahui publik. Dan... ada bisik-bisik dari kubu Adam, mereka mempertanyakan keputusan Bapak menikah tanpa memberi pemberitahuan ke dewan.” jelas Bastian.

Javier mencibir pelan. “Dewan tidak berhak mencampuri kehidupan pribadiku. Tapi aku sudah menduga ini.”

Bastian menunduk. “Saya setuju, Pak. Tapi saya juga perlu menyampaikan satu hal lagi.”

“Apa itu?”

“Pak Adam pagi ini mengirim surat internal ke departemen hukum. Ia meminta tinjauan ulang terhadap validitas status pernikahan Bapak... dalam konteks wasiat pendiri keluarga Maxim.”

Javier berhenti menulis. Sorot matanya mengeras.

“Dia mainkan kartu itu?”

“Sepertinya, Bos. Dan dari informasi yang saya dapat, dia juga diam-diam menemui beberapa anggota dewan yang dulu setia pada mendiang Ayah Bos." Jelas Bastian.

Javier meremas penanya. Dadanya bergemuruh—bukan karena takut, tapi karena kecewa. Ia tahu, cepat atau lambat Adam akan mencoba merebut kursi puncak Maxim. Tapi ia tidak menyangka langkah itu secepat ini.

“Teruskan pantauanmu, Bast. Aku tidak akan tinggal diam,” ucapnya dingin.

Bastian mengangguk. “Tentu, Bos."

Javier memutar kursi kerjanya, kembali menghadap jendela. Pandangannya menembus gedung-gedung tinggi, namun pikirannya jauh ke dalam masa lalu, ambisi tersembunyi yang kini mulai mencuat ke permukaan.

“Adam terlalu percaya diri,” gumamnya pelan.

Bastian masih berdiri tegak, menunggu perintah. Javier melirik sekilas, lalu berkata,

“Siapkan laporan pergerakan saham Maxim dalam dua minggu terakhir. Aku ingin tahu apakah ada indikasi manipulasi atau penekanan pasar dari dalam.”

Bastian mencatat cepat. “Akan saya minta tim audit investigasi mendalaminya, Bos.”

“Dan satu lagi periksa dengan siapa saja Adam bertemu secara privat dalam tiga bulan terakhir. Gunakan nama pihak ketiga kalau perlu. Jangan sampai dia tahu kita sedang membuntutinya.”

Wajah Javier mengeras. Tatapannya tajam, seperti elang mengintai mangsa.

“Kalau dia berani menggugat pernikahanku... berarti dia siap perang terbuka.”

Bastian ragu sejenak, lalu bertanya, “Apa kita perlu siapkan langkah hukum juga, Pak? Untuk berjaga-jaga?”

Javier mengangguk pelan.

“Suruh Departemen Hukum kumpulkan semua bukti pendukung tentang pernikahanku dengan Lisa. Termasuk dokumentasi legal, saksi, dan bukti pembayaran maskawin. Aku ingin semuanya sempurna. Jangan beri mereka celah.”

Bastian mencatat cepat. Tapi lalu, Javier menambahkan.

“Dan cari tahu... siapa yang memberi Adam salinan wasiat asli. Dokumen itu hanya disimpan oleh kuasa hukum utama keluarga. Jika dia punya akses... berarti ada pengkhianat di lingkaran dalam.”

Bastian tampak tegang. Ia sadar, situasinya jauh lebih serius dari kelihatannya.

“Siap, Bos. Saya akan kerjakan semua hari ini.”

Javier berdiri, memasukkan beberapa dokumen ke dalam tas kerja kulitnya.

“Kalau Adam mau memainkan permainan ini,” katanya lirih namun tajam, “Aku akan pastikan dia tidak hanya kalah... tapi juga dikeluarkan dari papan permainan.” ucap Javier penuh penegasan.

'Adam mencari lawan yang salah.' pikirnya. Javier tahu jika Adam hanya pion untuk memenuhi ambisi ibunya, Angelina. Nenek sihir itu sejak dulu hanya ingin menguasai harta Maxim. Entah apa yang membuat Ayah nya jatuh cinta dulu terhadap wanita itu.

Bastian menatap Javier kagum sekaligus waspada. Ini bukan hanya soal perusahaan, bukan hanya soal kursi Maxim. Ini soal harga diri, warisan, dan pengkhianatan darah.

...----------------...

Ruang Rapat Kecil, Lantai 17 – Siang Hari

Gedung Maxim Corporation tampak tenang dari luar, namun di dalamnya sedang terjadi pergerakan yang perlahan menggeser fondasi kekuasaan.

Adam duduk bersandar di kursi hitam kulit, jas biru gelapnya tampak rapi dan wangi parfum maskulin menyebar samar di ruangan itu. Di depannya duduk seorang pria berusia 60-an, berambut perak dan berkacamata tipis—Tuan Herman, salah satu anggota dewan senior yang paling lama menjabat sejak era ayah Javier.

“Terima kasih sudah meluangkan waktu, Tuan Herman,” ujar Adam dengan nada sopan tapi penuh intensi. “Saya tahu Anda pria sibuk.”

Tuan Herman hanya mengangguk kecil. “Aku penasaran dengan isi suratmu tadi pagi. Kau bilang ada hal penting soal perusahaan.”

Adam menyilangkan kaki, tangannya bersatu di pangkuan.

“Seperti yang Anda tahu, pernikahan kak Javier dilakukan mendadak. Tanpa restu dewan, tanpa konsultasi... bahkan tanpa latar belakang istri yang jelas.”

“Pernikahan adalah urusan pribadi, Adam,” balas Herman hati-hati. “Selama tidak melanggar hukum atau memengaruhi bisnis...”

“Tapi bagaimana jika ternyata pernikahan itu melanggar klausul dalam wasiat pendiri Maxim?” potong Adam tajam.

Tuan Herman menatapnya lebih serius.

“Ada ketentuan yang menyebutkan, jika pewaris utama belum menikah hingga usia 32 tahun, maka kendali penuh dan saham mayoritas akan dialihkan pada pewaris cadangan, yaitu saya.”

Adam menyandarkan tubuhnya lebih dekat. “Dan kini... banyak yang bertanya-tanya. Apakah pernikahan ini sah, atau hanya strategi untuk mempertahankan posisi?” Adam terus memengaruhi Tuan Herman supaya bisa berpihak padanya.

Tuan Herman menatap dalam ke mata Adam. “Apa yang kau inginkan dariku, Adam?”

Adam tersenyum kecil.

“Sederhana. Saya ingin dukungan Anda untuk meminta audit legal terhadap status pernikahan Javier. Bila ada celah kita bisa ajukan sidang dewan luar biasa. Anda sebagai senior, saya sebagai pewaris sah berikutnya.”

Tuan Herman tidak langsung menjawab. Ia membuka kacamatanya, lalu berkata pelan.

“Apa ini demi perusahaan atau ambisi pribadimu?” tanya Tuan Herman yang tidak ingin gegabah.

Adam menjawab tanpa ragu, “Demi keduanya. Javier terlalu lama memegang kendali. Dan sekarang... dia lemah.”

Senyap sesaat. Hanya suara jam dinding berdetak.

Akhirnya, Tuan Herman berkata, “Aku akan pertimbangkan. Tapi ingat, Adam. Dalam permainan seperti ini, siapa yang menyentuh api harus siap terbakar.”

Adam berdiri. “Saya siap, Pak. Karena saya tidak datang untuk bermain, saya datang untuk mengambil alih.” ucap Adam tegas sembari tersenyum kecil menatap pria paruh baya itu dengan percaya diri.

...----------------...

1
Reaz
/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/
yuniati sri
saya sangat mengapresiasi tulisan anda sangat berkesan
yuniati sri: lanjut thor, semangat 45
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!