Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Sofia sudah selesai mandi. Saat dia keluar dari kamar mandi, Gio sudah tidak ada si kamarnya. Sofia berjalan tertatih menuju meja rias dan memakai skincare di wajahnya. Setelah selesai melakukan perawatan wajah, Sofia bangkit dari duduknya dan hendak menuju ke tempat tidur sebelum akhirnya dia mendengar suara ketukan pintu.
"Non Sofia, sopnya sudah matang." Ternyata pembantu Sofia yang berada di depan kamarnya.
"Iya Bi. Aku akan ke ruang makan" teriak Sofia.
Setelah mendengar jawaban Sofia, pembantu itu meninggalkan kamar Sofia dan menuju ruang makan untuk menyiapkan makanan untuk majikannya.
Sementara Sofia keluar dari kamar. Dia menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan bodyguardnya.
"Nona mencari saya." Sofia langsung terperanjat kaget bahkan saking kagetnya mendengar suara Gio yang berat, tubuhnya sampai oleng.
Gio dengan cepat menahan tubuh Sofia dengan tangan kekarnya. Sofia refleks mencengekeram lengan Gio untuk berpegangan. Pandangan keduanya saling bertemu. Dan berlangsung sampai beberapa menit. Gio menatap Sofia begitu dalam sampai jantung wanita itu sudah jungkir balik di dalam.
"Aduh kamu bikin kaget aja" kata Sofia menegakkan tubuhnya.
Sofia menarik napas panjang dan pura-pura membenarkan rambutnya agar tidak terlihat gugup.
"Maaf. Saya tidak bermaksud membuat anda kaget" ucap Gio tulus.
Tolong dong, nada bicaranya nggak usah bikin baper segala, jerit Sofia.
"Aku mau makan" tandas Sofia.
Tiba-tiba Gio mengulurkan tangannya ke arah Sofia sambil tersenyum.
"Apa?" tanya Sofia.
"Saya bantu anda berjalan supaya tidak jatuh" ujar Gio.
Kill me now, God, teriak Sofia.
Dengan sedikit rasa ragu, Sofia menerima uluran tangan Gio. Dan sekarang Sofia berpegangan pada lengan Gio sebagai tumpuannya berjalan. Mereka berdua pun melangkah menuju ruang makan. Gio mempersilahkan Sofia duduk terlebih dahulu.
Pembantu Sofia tersenyum sekilas melihat kedekatan dua orang itu. Selama ini dia tidak pernah melihat majikannya dekat dengan pria. Karena Sofia lebih suka menyibukkan diri dengan kuliah dan pekerjaannya sebagai model.
Gio ikut duduk di sebalah Sofia. Dia mengambilkan Sofia nasi dan lauknya. Begitupun dengan Gio, yang mengambil untuk dirinya sendiri.
"Bagaimana masakan bibi?" tanya Sofia.
"Enak" jawab Gio singkat.
"Mas Danar bisa saja" kata pembantu itu malu-malu.
"Lah ngapain bibi malu coba" sela Sofia.
"Soalnya dipuji orang ganteng kan saya jadi malu"jelasnya.
Sofia menganga dengan mata membulat mendengar jawaban absurd pembantunya yang genitnya pasti ketularan mamahnya. Gio hanya terkekeh pelan mendengar perkataan pembantu Sofia itu.
*****
Feri dan Desi sedang berada di kantor perusahaan mereka. Saat ini Feri sedang mondar mandir di ruang meeting dengan wajah tegang. Dan Desi nampak kesal dengan masalah yang sednag terjadi di perusahaannya.
"Okka, kenapa kamu nggak bilang sama ayah sih?" ucap Feri.
"Aku berusaha mengatasi masalah ini sendiri, Yah" balas Okka.
"Tapi ini berpengaruh sama proses peluncuran produk terbaru kita" jata Feri.
"Maaf, Yah" lirih Okka.
"Gio sudah tahu masalah ini?" sela Desi.
"Belum, Bun" jawab Okka.
"Kenapa kamu nggak kasih tahu dia?" tanya Desi.
Okka terdiam beberapa saat. Dia tertunduk tak berani menatap Desi. Walaupun dia bukan ibu kandungnya dan hanya merawat dia. Tapi Okka sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri.
"Jawab Okka" tegas Desi.
"Aku nggak kasih tahu Gio, Bun" jawab Okka dengan suara serendah mungkin.
"Kenapa?" tanya Desi lagi.
Okka diam tak menjawab. Dia sudah janji pada Gio kalau dia akan menghandle perusahaan dan melindungi dia.
Desi beranjak dari kursi yang dia duduki dan menghampiri Okka, "Kenapa kamu diam lagi? Apa karena Sofia? Gio lebih memilih menjadi bodyguard wanita itu daripada mengurus perusahaannya sendiri? Begitu? Apa dia tidak tahu karena kebodohan dia, produk terbaru perusahaan kita tidak akan mendapat izin resmi dari BPOM. Kamu harus tahu itu," teriak Desi.
Feri menatap istrinya dengan seksama. Dia belum pernah melihat Desi semarah ini apalagi hanya karena masalah perusahaan. Desi tidak pernah mau ikut campur dengan urusan perusahaan. Pasti alasan kemarahannya tidak hanya karena perusahaan.
"Dengar Okka, bunda nggak setuju kalau Gio bersama Sofia. Kamu tahu kan reputasi Sofia di depan publik. Dia seorang selebritis yang sering terkena gosip. Itu akan merusak citra perusahaan. Harusnya kamu bisa berpikir sejauh itu" lanjut Desi.
"Bunda, jangan memarahi Okka. Ini bukan salah dia" tegur Feri.
"Tidak salah? Dia membiarkan Gio mengabaikan perusahaan. Seharusnya Okka bisa mengingatkan Gio akan tanggung jawabnya. Coba ayah bayangin, kalau ayah nggak turun tangan perusahaan ini akan mengalami kerugian besar" jelas Desi marah-marah.
"Okka, telepon Gio sekarang dan suruh di ke kantor secepatnya" perintah Feri.
"Baik ayah" jawab Okka.
Okka pun menelepon Gio sesuai perintah Feri.
*****
Gio sedang membawa Sofia menuju taman belakang rumah. Dia mendudukkan Sofia pada ayunan kayu yang menghadap ke arah kolam renang.
"Ya ampun, aku sampai lupa. Aku harus telepon designer untuk meminta gaun malam yang akan aku pakai untuk acara anniversary DC Models" kata Sofia meraih HP miliknya yang tergeletak di sebelahnya.
Sofia yang akan menelepon tapi justru HP Gio yang berbunyi. Gio agak gelagapan karena terkejut dengan suara HP-nya. Dia mengambil HP-nya itu dan agak menjauh dari Sofia ketika melihat nama Okka yang ada di layar ID.
"Halo."
"Yo, ke kantor sekarang juga. Ada masalah penting. Dan ada ayah sama bunda di kantor."
"Hah? Apa?"
"Cepetan!"
Okka langsung memutuskan teleponnya sebelum memberi Gio kesempatan untuk berbicara. Gio nampak bingung dengan perkataan Okka. Tapi dia tidak perlu menkadi cenayang untuk menebak masalah besar apa yang terjadi. Jika ayah dan bundanya sampai ke kantor pasti ada masalah besar.
Gio berjalan menghampiri Sofia. Dia berniat meminta izin agar diperbolehkan pergi.
"Maaf Nona" ucap Gio.
Sofia menatap Gio dengan seksama. Dia melihat kecemasan di matanya walaupun wajahnya tenang-tenang saja.
"Ya."
"Saya meminta izin untuk ke kantor Herm's Group. Ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan" jelas Gio.
"Hhmm" lirih Sofia.
"Terima kasih" kata Gio lalu pergi meninggalkan Sofia setelah mendapat izin darinya.
Sofia hanya bisa memandangi kepergian Gio hingga punggungnya lenyap tak terlihat lagi. Ada rasa penasaran dan rasa sedih ketika Gio memutuskan untuk pergi. Karena tidak biasanya bodyguardnya pergi. Ah, kenapa Sofia jadi merasa kehilangan atas ketidakberadaan dia. Pria itu kan hanya bodyguard bukan siapa-siapa baginya.
Pembantu Sofia datang ke taman membawa jus jeruk dan cemilan untuk Sofia. Dia melihat Sofia melamun sampai tak menyadari kedatangannya.
"Non Sofia" panggil pembantu itu.
Sofia belum mendengar panggilan pertama dari pembantunya.
Pembantu itu menyentuh bahu Sofia dan sambil menyebut namanya, "Nona Sofia," panggilnya sekali lagi.
"Ah iya Danar" celetuk Sofia terperanjat kaget.
Pembantu itu bingung saat Sofia menyebut nama samaran Gio, "Saya bibi, Non. Bukannya Mas Danar," jelas pembantu itu.
"Hah? Maaf, Bi. Aku nggak fokus" kata Sofia.
"Non Sofia jangan mikirin Mas Danar terus. Nanti suka loh" ledek pembantu itu.
"Ih bibi ngawur ngomongnya" elak Sofia.
Pembantu itu meletakkan jus jeruk dan camilan di meja sebelum akhirnya meninggalkan Sofia.