Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.
Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.
Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.
Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?
Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Dia Adalah Istriku
Jam kantor telah selesai, Ana masih melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Karena menurutnya nanggung, tinggal sedikit lagi.
"Apa masih banyak, Ana?" Tanya Rika.
"Bentar-bentar. Ini sedikit lagi, nanggung sekali." Jawab Ana yang masih fokus.
Sedangkan Sean, ia sudah menunggu sedari tadi di dalam mobil miliknya.
"Kenapa lama sekali orang ini?" Kesal Sean sambil melihat pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 08.30.
Sean pun memutuskan untuk keluar dari mobilnya
mencari Ana karena kantor mulai sepi.
"Huufft... sudah selesai. Besok tinggal menyelesaikan yang lainnya." Ana bernafas legal pekerjaannya sudah kelar.
"Uhh... senangnya. Aku juga sudah selesai. Ayo kita pulang, sepertinya sudah sangat sepi di luar." Ajak Rika.
Ana dan Rika keluar dari dalam ruangannya dengan perasaan gembira, karena pekerjaan mereka sudah selesai.
Mereka berjalan dengan saling bercanda, hingga mereka tidak sadar jika ada seseorang dengan sorot mata tajamnya memandang mereka berjalan.
Tanpa aba-aba, dia menarik pergelangan Ana begitu saja. Hingga sang empunya kaget di buatnya.
"Ehh.. eehh.." Ucap Ana saat pergelangannya di tarik begitu saja. Rika ikut merasa kaget karena Ana di seret begitu saja.
"Tuan... kenapa Anda bersikap kasar sekali pada teman saya." Pekik Rika melihat Ana di seret begitu saja.
Dia tetap menarik tangan Ana tanpa menjawab perkataan dari Rika
"Hey tuan, lepaskan tanganmu darinya." Teriak Rika lagi, hingga ia melupakan sikap hormatnya pada orang itu karena bersikap kasar pada Ana.
Mendengar teriakan Rika, ia pun berhenti dan memandang Rika dengan tajam.
"Dia adalah istriku. Kau tidak perlu berteriak padaku." Celetuk Sean pada Rika.
Yap... betul sekali, orang itu adalah Sean.
Rika melototkan matanya lebar-lebar mendengar pernyataan dari Sean.
"I-istri? Kapan kalian menikah?" Ucap Rika terbata lalu beralih memandang Ana.
"Apa itu benar, Ana?" Tanya Rika lagi.
Ana hanya menunduk tidak menjawab apa-apa.
Sean kembali menyeret lengan Ana tanpa menjawab pertanyaan dari Rika. Rika yang tertinggal pun hanya bisa melongo menatap kepergian dua insan itu.
Dia tidak menyangka, jika temannya sudah menikah.
Apa lagi dengan atasannya sendiri.
"Apa benar yang aku dengar barusan? Ana adalah istri tuan Sean? Kapan mereka menikah? Kenapa aku tidak tau? Kenapa Ana juga tidak pernah bercerita padaku?" Rika bermonolog dengan dirinya sendiri.
"Jangan-jangan, orang yang waktu itu mereka maksud adalah tuan Sean?" Rika kembali bertanya pada dirinya sendiri.
la pun berjalan cepat menuju luar gedung karena memang sudah sepi di gedung itu.
Sedangkan di sisi Sean, ia segera memaksa masuk Ana ke dalam mobilnya.
Ana hanya menurut saja apa yang dilakukan Sean. Ana tahu jika Sean tengah marah saat ini padanya.
Sean melajukan mobilnya membelah jalanan kota malam hari.
"Apa kau marah?" Tanya Ana pelan pada Sean. Sean diam tidak menjawab pertanyaan dari Ana.
Sean hanya fokus menatap lurus kedepan selama perjalanan. Hingga akhirnya, ia sampai di depan restaurant yang cukup terkenal milik keluarganya.
"Kenapa membawaku ke sini?"
"Apa kau tidak ingin makan?" Sean berkata dengan dinginnya. Sepertinya, ia merasa kesal karena menunggu Ana tadi.
Sean membawa Ana masuk menuju ruang VIP yang sudah ia pesan tadi. Karyawan di sana menyambut kedatangan Sean dengan ramah.
"Duduklah di sebelahku." Perintah Sean pada Ana. Ana pun mendudukkan dirinya di kursi yang berada di samping Sean.
"Maaf." Lirih Ana pelan.
"Tidak perlu." Jawab Sean. Wajahnya terlihat sangat dingin di mata Ana.
"Lain kali jika jam kantor sudah selesai, kau harus segera turun." Titah Sean
"Apa kau mengerti?" Lanjut Sean.
"Iya.. aku mengerti. Tidak aku ulangi lagi." Jawab Ana pada Sean.
Tak berselang lama, pelayan membawakan hidangan makanan untuk mereka berdua.
"Silahkan di nikmati, tuan, nyonya." Ujar salah satu
pelayan itu.
Setelah itu, ia meninggalkan ke dua sejoli itu untuk menikmati makan malam mereka.
"Suapi aku." Kata Sean. Ana mengambilkan salah. satu makanan yang tersedia dan menyuapkan pada Sean. Tentu saja Sean sangat senang saat ini, tapi ia menyembunyikan raut wajahnya.
Ana juga tidak merasa malu-malu lagi ataupun canggung jika Sean meminta untuk di suapi.
"Emm... sean. Kenapa tadi kau memberitahu Rika jika aku adalah istrimu?"
"Apa itu salah. Kau memanglah istriku, mereka akan tau siapa dirimu." Jawab Sean tegas.
"Tapi... bagaimana jika kabar ini menyebar ke semua karyawan?" Tanya Ana lagi.
"Biarkan itu terjadi. Agar mereka tidak berlaku buruk padamu." Tukas Sean, jelas saja ia tahu jika selama ini Ana mendapat cibiran ataupun tatapan sinis dari para karyawannya.
"Bagaimana jika mereka semakin membenciku?" Ana takut akan hal itu terjadi.
"Tidak akan ada yang berani membencimu. Mereka akan berhadapan denganku," belah Sean dengan tegasnya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun yang akan terjadi, Ana. Selama ada aku, semua akan baik-baik saja." Sambung Sean. Ana pun merasa terenyuh dengan jawaban yang di berikan oleh Sean. tidak ada orang yang menjaga dan melindunginya selama ini, yang ia dapatkan adalah perlakuan buruk yang tak berkesudahan dari keluarga bibinya.
"Aku adalah suamimu, kau harus menggantungkan aku dalam hidupmu." Imbuh Sean. Mata Ana mulai berkaca-kaca mendengar setiap jawaban dari Sean.
Sean yang melihat Ana tampak seperti ingin menangis itu pun bingung. "Kenapa? Apa kau tidak senang ?" Tanya Sean.
"Tidak... bukan itu. Justru aku terharu mendengar jawabanmu." Jawab Ana.
"Aku tau selama ini kau mendapat perlakuan buruk dari keluargamu. Untuk sekarang, itu tidak akan terjadi lagi padamu. Aku yang akan melindungimu." Terang Sean.
"Terima kasih, sudah melindungiku." Mata Ana semakin berkaca-kaca.
"Tidak perlu bersedih lagi. Sudahlah, kita lanjutkan makan malamnya. Aku tidak suka kau bersedih ataupun menangis." Ana pun mengangguk dan tersenyum sangat manis di depan Sean. mereka pun melanjutkan makan malam dengan khitmad.
Setelah makan malam mereka usai, Sean mengajak Ana untuk segera pulang.
Tanpa disadari Sean dan Ana. Ada sosok perempuan yang melihat mereka keluar dari restaurant tersebut. Sorot matanya sangat tajam, menunjukkan kebencian terhadap Ana.
"Kenapa bisa wanita itu bersama dengan Sean?" Gumamnya terbakar api cemburu.
"Tidak akan aku biarkan dia merebut Sean dariku. Sean adalah milikku. Tidak akan aku biarkan siapapun bisa mendapatkan Sean." Tekadnya dengan kuat.
Siapakah orang itu? Jika kalian menebak Jesica, memang benar itu adalah Jesica.
la sedang menikmati makan malam di restaurant yang sama dengan Sean saat ini. Dia tampak sangat tidak suka melihat wanita lain bersama dengan Sean.
la pun tidak tahu jika sebenarnya Sean sudah menikah, karena memang mereka menikah secara tertutup. Jesica memandang mereka berdua dengan perasaan yang berapi-api.
Tangannya mengepal sangat kuat hingga kuku-kukunya berubah menjadi putih.
***JANGAN LUPA UNTUK DI LIKE AND KOMEN YA GUYS
VOTE JUGA UNTUK DUKUNGAN KARYA INI.
TERIMA KASIH***