Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Geraldine segera memasukkan nomor pin unit apartemen Gerald. Dia memang sering menginap dan keluar masuk di sana, sehingga hapal dengan tempat tinggal kembarannya tersebut.
Geraldine beserta kedua orang tuanya langsung masuk ke dalam setelah pintu berhasil diayun. Suasana masih sangat sepi, belum terdengar ada tanda-tanda kehidupan.
“Ge?” panggil Mommy Gabby seraya mengetuk pintu kamar sang anak.
“Tak akan disahut, Mom. Kalau membangunkan Gerald harus diseret langsung.” Geraldine menepuk pundak wanita yang sudah melahirkannya supaya menyingkir dari hadapan pintu. Dan dia membuka kayu yang tak dikunci dari dalam itu.
Kepala Geraldine, Tuan dan Nyonya Giorgio bergeleng bersamaan saat mata mereka menangkap jelas kalau Gerald masih nyenyak sekali tidur.
Mereka bersamaan mengayunkan kaki semakin mendekati si calon mempelai pria yang belum melakukan persiapan apa pun untuk menikah.
“Gerald! Jam berapa ini?” omel Nyonya Giorgio seraya menarik selimut hingga tubuh sang putra tidak tertutup lagi.
“Aku masih ngantuk, Mom. Baru tidur jam lima pagi.” Gerald yang hanya memakai boxer saja tetap tidak mau membuka mata. Pria itu justru semakin memasukkan tangan ke balik bantal.
“Kau itu bagaimana! Aku ‘kan sudah katakan kalau Cathleen mendaftarkan pernikahan kalian dan jadwalnya adalah pagi ini.” Geraldine mengomel seraya menarik paksa bantal yang ditiduri oleh saudaranya itu.
“Ck! Kalian mengganggu sekali, besok ku ganti pasword apartemenku supaya tak ada yang bisa masuk tanpa seizinku,” gerutu Gerald. Ancamannya selalu saja seperti itu, tapi tak pernah sungguh dilakukan.
Tuan Giorgio yang melihat kelakuan putranya seperti tidak ada semangat untuk bertanggung jawab memenuhi apa yang sudah disanggupi oleh Gerald pun mulai memasang wajah tegas dengan mata melotot. “Gerald Gabriel Giorgio, bersiap sekarang juga atau ku seret paksa kau ke Badan Kependudukan!” sentaknya.
“Seret saja kalau bisa.” Gerald justru tidak takut dan semakin menantang.
Dan detik itu juga Mommy Gabby memukul kepala putranya dengan ponsel Gerald yang ada di atas nakas. “Itu Daddymu, beraninya kau menantangnya!” Dia masih saja memiliki sisi galak meskipun sudah beranak tiga yang umur sudah dewasa semua.
Gerald mengusap kepala dan segera merubah posisi menjadi duduk. “Iya, aku bangun.” Wajahnya terlihat kesal. Tidak menunjukkan rasa suka cita karena mau menikah.
Gerald mengayunkan kaki menuju kamar mandi, tapi sudah dilarang oleh sang Mommy.
“Tidak perlu mandi, terlalu lama menunggumu. Cathleen dan keluarganya sudah berada di Badan Kependudukan. Waktu kita untuk ke sana tidak tersisa banyak!” tegur Nyonya Giorgio seraya menarik tangan Gerald.
“Lima menit pun aku bisa sampai sana, Mom,” decak Gerald. Pagi ini dia tidak nyaman karena terganggu oleh acara menikah yang bukan merupakan keinginannya.
Mommy Gabby menarik tangan sang putra ke walk in closet untuk memilih pakaian. Diikuti oleh Geraldine.
“Kau cukup membersihkan wajah dengan tisu basah.” Geraldine mengulurkan tangan yang memegang benda tipis berwarna putih dan sedikit lembab. Mengusap seluruh wajah kembarannya sampai bersih.
Gerald menghela napas, pasrah saja kalau dua wanita yang merupakan anggota keluarga Giorgio sudah memaksa. Daripada ribut di pagi hari.
Mommy Gabby menyodorkan setelan jas pada Gerald. “Ganti ini, jangan lama-lama! Cathleen sudah menunggumu.”
“Hm.” Gerald hendak menurunkan boxer di depan seluruh keluarganya.
Dan langsung mendapatkan jitakan dari Daddy George. “Yang benar saja kau! Sudah sebesar ini mau berganti pakaian di depan keluargamu.”
Gerald berdecak, baru jam berapa sudah mendapatkan dua serangan di kepala dari orang tuanya. “Kalian yang seharusnya keluar, di sini memang tempatku berganti pakaian.” Dia tetap meloloskan boxer. Tidak peduli keluarganya yang mengomel.
...*****...
...Keluarga Antartika ni kerjaannya ngomel mulu. Tiati darah tinggi ngadepin Gerald...
😆😆😆😆😆😆
jgn semua lu embat