Menjadi anak haram bukanlah kemauan Melia, jika dia bisa memilih takdir, mungkin akan lebih memilih hidup dalam keluarga yang utuh tanpa masalah.
Melia Zain, karena kebaikan hatinya menolong seseorang di satu malam membuat dirinya kehilangan kesucian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Melia membisu, "Apa ada hal lain lagi?" tanya Melia kemudian mulai membereskan bekal yang ada di meja Kevin kemudian memasukkannya ke dalam termos.
Ia sangat kesal, hingga bergerak cepat dan menaruh kotak demi kotak terburu-buru.
"Jika tidak ada hal lain lagi, aku akan pergi. Maaf," ucap Melia setelah membereskan semua bekal makan siang darinya untuk Kevin.
🍁🍁🍁
"Apa ada hal lain lagi?" tanya Melia untuk kedua kalinya, sejujurnya dalam hati ia masih begitu ingin berada disini. Melihat wajah tampan Kevin adalah mood boster baginya. Meski berulang kali lelaki itu terus menerus membuatnya kesal.
"Oh ya, ada hal serius yang ingin aku bicarakan," ucap Kevin mengisyaratkan agar Melia tak begitu jauh darinya. Melia meletakkan kembali termos bekalnya, menaruhnya di sofa dan mendekat ke arah Kevin.
"Kamu masih bekerja shift malam?" tanya Kevin dengan raut wajah datarnya. kedua tangan ia gunakan untuk menompang dagu seolah sedang mengintrogasi Melia.
"Iya, karena itu satu-satunya pekerjaan yang bisa menghasilkan uang banyak." jawab Melia apa adanya. Kevin tak habis pikir atas apa yang ada di otak Melia. Berdehem sebentar kemudian menatap sinis.
"Apa tidak ada pekerjaan lain, yang lebih baik?" Kevin masih berusaha mengontrol emosinya. Ia dan Melia memiliki sifat yang sama-sama keras kepala.
"Aku sudah pernah mencarinya, tapi tidak ada gaji yang menjanjikan selain pekerjaan shift malamku itu."
Mendengar penuturan Melia membuat Kevin semakin geram, bagaimana bisa ia setenang itu bekerja di bar? Kevin tidak tau jikalau sebenarnya Melia adalah seorang ketua pengawal.
Begitu mudahnya dia bilang pekerjaannya bisa menjanjikan uang banyak, apa hanya segitu harga dari dirinya? dan malah masih bersikap tenang menghadapiku, apa ia tidak tau jika aku sangat tidak suka milikku disentuh orang lain.
"Kau harus berhenti bekerja, aku tidak suka kau bekerja disana tiap malam apalagi nanti setelah jadi istriku," ucap Kevin dengan sorot mata tajam.
Melia mendelik, tatap mata itu tersirat amarah dan ketidaksukaan.
"Apa salahnya, toh aku bekerja untuk menghidupi diriku sendiri."
"Jangan keras kepala, kau apa tidak bisa menurut denganku kali ini?" kesal Kevin, ia hanya ingin Melia berhenti bekerja dari bar itu. Terlebih Melia wanita, sangat bahaya berada di sana. Oh apakah itu sebuah larangan, atau sebenarnya Kevin hanya ingin membuat Melia kesal.
"Kau yang keras kepala, kau memaksaku berhenti. Alasan apa yang membuatmu meminta seperti itu?"
Hening.
Kevin mendekus kesal, berdebat dengan Melia tak akan ada habisnya. Kepalanya pusing, kemudian ia meraih gelas dan menandaskan minumnya dengan amarah yang membuncah.
"Mel, menjadi istriku tentu aku punya aturan nantinya, aku memintamu berhenti kerja malam di bar itu apa susahnya?"
"Apa? dia memintaku berhenti. Apa karena dia sering kesana, bergonta ganti wanita setiap malam, apa tidak cukup pelajaran yang kuberikan waktu itu. Padahal aku sudah berusaha merusak asetnya, seharusnya dia yang sadar diri bukan?" batin Melia.
"Tidak bis..."
Ceklek, suara pintu ruangan Kevin terbuka, menampilkan wanita cantik dengan tampilan modisnya melangkah masuk. Perdebatan itu terhenti sementara Melia mundur beberapa langkah.
Dia adalah Larasati Wenas, gadis cantik berkulit seputih susu, rambutnya tergerai panjang hitam. Hidungnya mancung, bentuk wanita yang sangat sempurna. Dress navy branded merk C keluaran terbaru, diatas lutut sangat cocok dengan warna kulitnya. Melia terpaku, memperhatikan dengan seksama gadis yang sangat familiar tersebut.
Laras yang feminim dan terlihat lebih dewasa dari segi penampilan ketimbang Melia.
"Kevin, kenapa kamu tega sama aku?" ucap gadis itu, mendekat ke arah Kevin dan tak menyadari keberadaan Melia disana.
"Tega, apa maksudmu?" desis Kevin, ia merasa kesal karena lagi dan lagi Laras mengganggunya.
"Alan bisa-bisanya membiarkan ja lang ini masuk dan membuatku kesal." batin Kevin mengepalkan tangan.
"Jangan memarahi Alan, aku sendiri yang memaksa masuk ke sini." Seolah tahu apa yang ada di fikiran Kevin, Laras pun menyela.
"Hmm, terus apa yang membuatmu begitu berani datang kesini?" Kevin menaik turunkan alisnya, menatap dingin ke arah Laras. Dari situlah Melia berpikir, apa iya laki-laki yang waktu itu bermain dengan perempuan di toilet bar adalah dirinya? tapi kalau bukan dirinya lantas siapa? laki-laki itu benar mirip dengan Kevin.
Melia mencebik, dirinya jadi berfikir apakah karena keberadaannya jadi Kevin bersikap seperti itu pada Laras? mungkin saja kan.
"Kev, kenapa sih kamu itu susah banget, aku menyukaimu sudah sepuluh tahun, apa tidak ada sedikit pun rasa atau hati kamu buatku? kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini," ucap Laras dengan raut wajah di sedih-sedihkan.
Hya, dulu Laras remaja begitu menyukai sosok Kevin Reyhan Louis. Sosoknya yang begitu dingin membuat Laras sangat terobsesi padanya. Sayang, ia hanya terobsesi tanpa pernah menjaga diri hingga Kevin selalu menatapnya muak.
"Kenapa? apa kamu masih perlu jawaban?" Jawab Kevin, Laras sungguh merasa malu, tapi ia sudah bertekad sedari berangkat ke kantor tadi untuk menggoda Kevin dan ia harus berhasil. Rumor yang mengatakan tentang Kevin seharusnya membuat Laras mudah untuk melangkah.
"Kev, apa kau sungguh tidak bisa menerimaku, aku cantik, modis dan tentunya kamu tidak akan pernah malu jika bersanding denganku." Laras tampak memohon, ia berusaha menyentuh tangan Kevin namun dengan cepat laki-laki itu menepis tangan Laras.
"Jauhkan tangan kotormu itu," desis Kevin kemudian menajamkan pandangannya.
"Kevin!!!" Laras meninggikan suaranya, entah keberanian dari mana.
Kevin mendekus, melirik ke arah Melia yang sepertinya justru asyik memperhatikan ia dan laras.
"Apa dia tak cemburu heh." batin Kevin merasa kesal juga karena dua perempuan yang membuatnya mendadak pusing.
"Kev, kasih aku satu kesempatan untuk bisa bersamamu. Aku janji, aku akan memberikan cinta terbaikku. Kamu tidak perlu membalas, cukup bilang iya dan izinkan aku di sisimu, udah. Selesai, apa itu susah? Aku menyukaimu sejak sepuluh tahun yang lalu hingga sekarang, apa tak sedikitpun kamu berempati padaku," ucap Laras dengan napas memburu.
"Tidak ada, aku seperti ini karena adanya dia." tunjuk Kevin ke arah Melia, yang kini salah tingkah.
Laras tersentak dan mengikuti arah Kevin. Dirinya baru sadar jika sedari tadi ada perempuan lain yang ada di ruangan Kevin Reyhan Louis.
"Siapa perempuan itu?" batin Laras bertanya-tanya.
Sementara Melia yang salah tingkah berusaha mencerna semuanya. Termasuk kode mata dari Kevin agar dirinya segera mendekat.
Kini Melia berada tepat di samping Kevin, sementara Laras menatap dengan api permusuhan.
Dengan segera ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Melia.
"Semua karena dia, wanita cantikku. Jadi apa kamu masih terus tidak tahu diri berada disini?"
Like komen dan vote serta rate ya🤗
menikah Dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan Mampir
tp kasian deh sama Mel.. pasti dia takut ibunya kecewa karena tidak perawan lagi
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir
Menikah dengan Mr. Arogan mampir