[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 26 - Jangan Menjemputku
Nisha membantu Bu Retno masak.
Tak berselang lama, Alma bergabung bersama mereka. Mereka masak sembari
berbincang-bincang. Beberapa saat kemudian, makanan pun siap.
Mereka makan bersama. Alma
begitu iri melihat kebahagiaan kakaknya. Dirinya mengkhayal, kapan dia bisa
semesra itu juga bersama Daniel dan anak mereka? Sepertinya itu akan menjadi
mimpi yang sia-sia. Mungkin saat itu
tidak akan pernah datang kepadanya. Alma menghela napas.
Tak berselang lama, ponselnya
berdering. Alma mengintip siapa yang meneleponnya. Rupanya Daniel! Tumben pria
itu menghubunginya? Biasanya selalu dirinya yang menghubungi pria itu terlebih
dulu.
Alma mengacuhkan panggilan itu.
Dia mengubah pengaturan ponselnya menjadi mode silent. Dia masih kesal sama
Daniel. Mungkin sikapnya kekanak-kanakan, kesal dengan suami dan memilih untuk
tidur di rumah keluarganya. Tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak
melakukannya.
Daniel menghubunginya berulang
kali. Namun Alma tetap mengacuhkannya. Dia masih menyantap makan malamnya
dengan tenang sembari sesekali ikut nimbrung dalam candaan keluarga kecil
kakaknya. Mungkin karena kesal telepon tidak di angkat, akhirnya pria itu
mengirim pesan untuknya.
Ting...Ting...Ting...Ting...Ting...Ting...
(Suara notif pesan yang masuk beruntun)
*Little, dimana? Kenapa tidak
mengangkat teleponku?
*Al, dimana? Tolong jangan
membuatku khawatir. Sebenarnya Kamu ada dimana? Angkat teleponku.
*Al, Aku minta maaf dengan
perkataanku tadi. Aku minta maaf kalau membuatmu tersinggung. Tolong angkat
teleponku.
*Al? Tolong balas pesanku
*Al? Kamu dimana? Aku sangat
mengkhawatirkanmu. Cepat angkat teleponku!
*Kalau dalam waktu sepuluh menit
Kamu tidak membalas pesan dan mengangkat teleponku, Aku akan melaporkanmu
sebagai orang hilang.
Alma membaca pesan itu dengan
sebal. Ancaman Daniel membuatnya lebih kesal lagi. Sebelum pria itu melakukan
yang aneh-aneh, Alma segera membalas pesannya.
-Aku di rumah Kak Nisha. Malam
ini Aku menginap disini.
Daniel kembali menelepon, tapi
Alma mereject panggilannya. Dia sedang tidak mood untuk berbicara dengan pria
itu. Hatinya masih dongkol.
*Al, Aku jemput ya. Tunggu
disitu
-Tidak perlu. Aku ingin tidur di
sini. Jangan menjemputku
*Tapi Kamu pergi dalam kondisi
kesal. Nisha pasti akan berpikir macam-macam tentangku.
Alma menarik napas ketika
membaca pesan itu. Lagi-lagi nama kakaknya di sebut-sebut. Daniel ingin
menjemputnya bukan karena murni khawatir terhadap dirinya, tapi takut di nilai
jelek oleh wanita pujaannya. Hah, dirinya lugu sekali. Menyangka Daniel akan
dengan mudah melupakan Nisha padahal pada kenyataannya Nisha selalu ada di
tengah-tengah mereka.
Alma tidak menyalahkan Nisha,
karena kakaknya itu tidak bersalah. Dia juga tidak menyalahkan Daniel, karena
perasaan pria itu memang benar-benar
kuat. Dia hanya bisa menyalahkan diri sendiri, karena merasa yakin bisa
menggoyahkan hati Daniel padahal kenyataannya tidak!
*Jangan khawatir, Kak Nisha
tidak akan berpikir macam-macam.
-Aku jemput
*Gak usah! Kalau Kakak maksa
jemput, Aku akan marah!
Alma membalas dengan kesal.
Tidak ada balasan. Lima menit kemudian, Daniel baru membalas pesannya.
-Iya. Aku tidak akan
menjemputmu. Jangan marah lagi. Kalau mau pulang, katakan saja. Aku akan
menjemputmu. (Daniel mengalah)
*Ya, terima kasih
-Besok Aku jemput ya Al...
*Tidak perlu
-Besok Kamu ke perusahaan?
*Lihat saja besok
Alma membalas acuh tak acuh.
Kemudian dia meletakkan ponselnya. Tidak menggubris lagi ponselnya yang
bergetar.
Selesai makan, Zico menemani
Zoey belajar. Sementara Nisha berbincang-bincang dengan Alma. Sesuai saran
Zico, mereka menidurkan Zoey terlebih dulu. Kemudian Nisha menemani Alma di
kamar tamu.
"Kak, kenapa ada di sini?
Sana kembali ke kamar Kakak. Kasian Kak Zico nungguin."
"Gak apa-apa. Jarang-jarang
adikku yang sudah menikah bisa menginap seperti ini. Sini, Kakak peluk."
Nisha meraih Alma kedalam pelukannya. "Kakak masih tidak menyangka adik
kecil ini sudah menikah. Bagaimana pernikahan kalian? Baik-baik saja
bukan?"
Mendengar Nisha menanyakan
tentang pernikahan, membuat Alma sedih. Dia membalas pelukan Nisha. Matanya
mulai berkaca-kaca. Dia butuh kekuatan dalam menghadapi pernikahannya. Kemudian
Alma ingat, sebelum kakaknya menikah lagi, kakaknya itu juga mengalami
hari-hari yang berat. Apa yang di alaminya sekarang tidak sebanding dengan yang
di alami kakaknya. Dia kuat! Dia tidak akan melemah hanya karena hal sepele
seperti ini! Berjuang untuk mendapatkan cinta Daniel tidak ada apa-apanya
dengan perjuangan Kak Nisha selama ini.
"Iya Kak. Kami baik-baik
saja. Kak Daniel memperlakukanku dengan sangat baik."
"Syukurlah. Kakak sangat
khawatir dengan kalian. Kalian menikah dengan tiba-tiba. Kakak takut nantinya
akan ada apa-apa dengan kalian."
"Kakak tidak perlu khawatir
lagi. Aku sangat bahagia Kak." Alma tersenyum sendu.
"Kakak ikut bahagia untukmu
sayang..." Nisha kembali memeluk Alma.
"Sudah, Kakak kembali ke
kamar sana. Kasian Kak Zico pasti sudah nungguin."
"Aku ingin tidur
denganmu..."
"Aku tidak mau. Kita berdua
adalah wanita yang sudah menikah. Tidak sepantasnya Kita tidur bersama. Kakak
harus kembali pada Kak Zico."
"Tapi Al..."
"Sudah-sudah, Kakak
keluarlah. Aku mau istirahat..." Alma mendorong tubuh Nisha agar keluar
dari kamar.
"Al, besok di bangunin jam
berapa? Besok ada kuliah?"
"Aku bisa bangun sendiri
Kak. Besok Aku harus pergi ke kantor..."
"Ke kantor? Maksudnya?
Bukannya Kamu kuliah?"
"Aku sedang magang
Kak..."
"Ohh, begitu. Ya sudah,
besok Kakak suruh Zico mengantarmu ya."
"Hah?? Gak-gak! Gak usah
Kak. Aku sudah pesan ojek online..."
"Lho, kenapa harus naik
ojek? Ada pak driver di sini. Besok Kakak suruh mereka untuk mengantarmu
ya."
"Kak, perjalananku ke
tempat magang sangat jauh. Kalau Aku harus naik mobil, pasti akan terjebak
macet. Naik motor justru akan lebih praktis."
"Tapi Al..."
"Gak ada tapi-tapian. Kakak
beristiratlah. Aku juga akan beristirahat. Met tidur Kakakku sayang." Alma
memeluk Nisha dan kembali ke tempat tidur. Menarik selimut dan menutupi
tubuhnya. Nisha tersenyum melihat kelakuan adiknya. Dia mematikan lampu dan
menutup pintu kamar. Kembali ke pelukan Zico yang telah menunggunya dengan
tidak sabar.
Sepeninggalnya Nisha, Alma
kembali mengambil ponsel. Dia melihat ada banyak pesan dan panggilan dari
Daniel. Untuk pertama kalinya dia senang dengan keputusannya menginap di rumah
Kak Nisha. Setidaknya, dengan melakukan hal seperti itu membuat Daniel lebih
sering menghubunginya. Meskipun Daniel mencarinya bukan karena mencintainya,
tapi karena rasa tanggung jawab. Tapi setidaknya pria itu masih mencarinya.
Alma tidak membalas pesan
Daniel. Dia memutuskan untuk tidur dan melepaskan segala pikiran di kepalanya.
***
Daniel sangat kesal. Biasanya
dia jarang sekali marah, tapi kepergian Alma membuatnya uring-uringan. Hal itu
pertama kali di ketahuinya ketika dia hendak pulang, dia tidak melihat Alma di
mejanya. Wanita itu telah pergi entah kemana.
Dia mencarinya di apartemen,
namun wanita kecil itu juga tidak ada. Daniel pun menelepon Alma. Bolak-balik
dia telepon, tapi panggilannya selalu saja tidak di angkat. Akhirnya dia
memutuskan untuk menulis pesan. Sama halnya dengan telepon, pesan pun tidak di
balas. Karena kesal, Daniel pun mulai mengancam
Syukurlah ancamannya membuahkan
hasil. Istri kecil pembuat masalah membalas pesannya.
***
Happy Reading ^^