NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17. BANGKIT

Victoria membuka matanya perlahan, pandangan kabur karena semalam terlalu banyak menangis. Lengan Julius yang berat dan hangat masih melingkari pinggangnya dari belakang, napas pria itu teratur, tenang, seolah seluruh dunia tak punya kekuatan untuk mengguncangnya.

Victoria menarik napas panjang, menatap sejenak langit-langit kamar yang putih bersih, tempat asing yang kini terasa terlalu tenang untuk hati yang baru saja retak. Semalam, dirinya bukan Victoria yang keras kepala, bukan pula Victoria yang menyembunyikan luka dengan senyum sinis. Semalam, ia hanyalah seorang perempuan yang terlalu lelah menahan semuanya sendiri.

Victoria perlahan melepaskan diri dari dekapan Julius, duduk di tepi ranjang, merapikan rambutnya yang kusut. Pakaiannya kusut, pipinya masih lembap. Dalam diam, ia menatap tangan sendiri yang bergetar halus, tangan yang dulu pernah ditarik paksa, disakiti, dijadikan alat untuk menunjukkan 'kepemilikan' oleh pria bernama Sean Headly. Nama itu kini menggema di kepalanya seperti lonceng yang menandai permulaan badai baru.

"Pagi sudah datang, tapi wajahmu masih tampak seperti malam," suara Julius memecah sunyi, serak tapi lembut, dari arah ranjang.

Victoria menoleh. Julius bangkit dengan rambut acak-acakan, mengenakan kaus hitam tipis dan celana tidur panjang. Sekilas, pria itu tampak lebih manusiawi dibanding citra dingin yang biasa ia tunjukkan di kantor.

"Kau seharusnya tidur lebih lama," ujar Julius sambil berdiri dan beringsut ke arah Victoria.

"Aku baik-baik saja," jawab Victoria.

Julius berhenti di depan sang gadis, menunduk sedikit hingga wajah mereka sejajar. "Aku tahu. Dan aku juga tahu kau tak akan mau berdiam diri. Kau ingin melakukan sesuatu, bukan?"

Victoria mengangkat wajahnya. Tatapannya penuh tekad, meski matanya masih sembab. "Aku tidak akan biarkan pria brengsek itu menang. Tidak setelah semua yang dia lakukan pada Violetta dan padaku."

Senyum tipis terbit di bibir Julius. "Bagus. Karena aku pun punya tujuan yang sama." Ia lalu menepuk lembut pundak Victoria. "Tapi kali ini, kau tidak sendirian."

Beberapa jam kemudian, aroma kopi dan roti panggang memenuhi dapur modern milik Julius. Henry, yang ternyata asisten sekaligus teman lama Julius, berdiri di meja dapur dengan tangan bertolak pinggang, menatap Julius dan Victoria bergantian seperti seorang guru yang sedang memarahi dua murid bandel.

"Jadi, biar aku pastikan," kata Henry dengan nada sarkastik. "Kau menyembunyikan seorang wanita yang tengah diburu masa lalunya, yang ternyata saudari kembar dari wanita yang selama ini kukira bekerja sama denganmu, dan semalam dia tidur di kamarmu? Julius Lemington, sungguh, kau pria tidak bermoral."

Victoria hampir tersedak pada tegukan kopinya.

Julius hanya menghela napas, tak tampak terganggu. "Henry, kalau kau tidak ingin dipecat, kurangi komentar yang tidak relevan."

"Relevan?" Henry menatapnya dengan mata melebar. "Oh, ini sangat relevan! Aku bahkan terkejut waktu pertama kali melihat dia di koridor dua minggu lalu. Aku tahu itu bukan Violetta! Rambutnya, cara dia menatap, caranya berjalan, aku tahu ada yang berbeda! Tapi aku diam karena kau tidak mengatakan kalau dia adalah Victoria. Aku pikir, mungkin aku salah. Tapi ternyata aku benar!” Ia menatap Victoria sambil tersenyum puas. "Jadi, Miss, akhirnya aku bisa bilang: aku tahu rahasiamu."

Victoria tersenyum tipis. "Kau pengamat yang tajam, Henry."

"Tajam? Lebih dari itu. Aku ini orang yang menyelamatkan reputasi Julius berkali-kali," kata Henry dengan nada bangga, lalu menatap Julius. "Dan sekarang kau membawa gadis ini ke rumahmu? Kau sadar kalau Sean Headly bukan orang yang bisa diremehkan? Alasan kenapa kau tidak bisa mengalahkannya selama bertahun-tahun."

Ucapan itu membuat udara di dapur sedikit menegang. Nama itu, nama Sean Headly membuat Victoria menunduk tanpa sadar.

Julius yang memerhatikan perubahan ekspresinya segera menjawab pelan, "Justru karena itu aku tidak membiarkannya sendirian. Kita akan menyusun langkah. Tapi bukan dengan gegabah."

Henry mengangkat alis. "Langkah?"

"Rencana," jawab Julius tegas. "Untuk menjatuhkan Sean."

Ruang kerja Julius siang itu penuh dengan aroma kayu tua dan cahaya matahari yang menyelinap melalui jendela besar. Di meja panjang di tengah ruangan, terhampar beberapa berkas, foto, dan catatan digital. Julius duduk di sisi kanan, Victoria di sisi kiri, dan Henry mondar-mandir sambil membawa tablet di tangannya.

"Sean Headly," gumam Henry sambil menatap layar. "Nama yang bahkan mampu menjatuhkan dewan direksi yang loyal dengan Julius hingga orang itu memilih mengakhiri hidup. Pria ini cerdas, manipulatif, dan punya jaringan di beberapa perusahaan investasi gelap. Bukan hanya berbahaya secara fisik, tapi juga finansial. Dan dia selalu senang melihat orang tidak berdaya di hadapannya."

"Dan psikologis," potong Victoria lirih. "Dia tahu bagaimana menghancurkan seseorang tanpa harus menyentuhnya. Seperti Violetta."

Henry berhenti melangkah. Tatapannya melembut, berbeda dari gaya cerewetnya tadi. "Kau mengenalnya jauh lebih dalam daripada kami."

Victoria mengangguk perlahan, memejamkan mata. "Dia dulu ... pria yang kuanggap cinta pertamaku. Hangat, perhatian, sempurna di awal. Tapi semua itu topeng. Dia mengurungku, memanipulasiku, memukuliku jika aku tidak sesuai kehendaknya sampai dia membuatku tidak bisa lari darinya, dan mencuci otakku bahwa aku tidak bisa tanpa dia. Luka di bahu dan pinggangku ...," ia menggulung sedikit lengan bajunya, memerlihatkan bekas samar seperti torehan panjang, "adalah pengingat yang tidak pernah hilang."

Julius menatapnya dengan pandangan yang dalam, campuran antara amarah dan kesedihan. Ia mencondongkan tubuh sedikit, menutupi bekas luka itu dengan jarinya yang hangat. "Kau tidak perlu mengingat detailnya. Yang penting sekarang, kita balas dengan cara yang membuatnya tidak bisa bangkit lagi."

"Bagaimana?" tanya Henry, kini lebih serius.

"Kita ambil pendekatan dari dua sisi," jawab Julius. "Finansial dan personal. Dari segi finansial, aku ingin tahu sejauh mana Sean bermain di balik perusahaan DeLuca. Dari segi personal ...," Ia menatap Victoria, "... aku ingin tahu siapa saja yang masih berhubungan dengannya. Aku yakin, orang-orang di kantor, termasuk Kelly, masih jadi pion di tangannya."

Victoria terdiam. Kata 'Kelly' membuat pikirannya berputar cepat. Ia mengingat kembali semua fitnah, semua permainan kecil yang membuat Violetta menjadi sasaran kebencian di kantor.

"Kau benar," kata Victoria akhirnya. "Kelly tidak mungkin bertindak sejauh itu tanpa dorongan. Sean pasti di baliknya. Dia selalu mengendalikan orang dari jauh."

Henry duduk, membuka catatan di tabletnya. "Aku bisa bantu melacak koneksi Kelly dengan Sean lewat data komunikasi perusahaan, tapi butuh akses penuh ke sistem DeLuca. Julius, kau yakin bisa masuk tanpa dicurigai?"

Julius tersenyum samar. "Henry, kau lupa siapa aku sepertinya."

Henry tertawa pendek. "Benar juga. Tapi tetap saja, kau bermain di ranah berbahaya."

Julius menatap Victoria, suaranya rendah tapi pasti. "Aku sudah lama bermain di ranah berbahaya. Tapi kali ini, aku tidak hanya ingin menang. Aku ingin mengakhiri permainan ini untuk selamanya."

Menjelang sore, langit mulai berwarna jingga. Victoria berdiri di balkon ruang kerja Julius, menatap hujan sisa yang masih menetes dari atap. Ia memejamkan mata, menikmati udara dingin yang menyapu wajahnya. Di belakangnya, Julius datang membawa dua cangkir teh panas.

"Untuk menghangatkan tanganmu," katanya sambil menyodorkan satu cangkir.

Victoria menoleh, menerima teh itu. "Terima kasih. Kau tahu ... aku masih terkadang takut, Julius. Hanya dengan mendengar namanya saja aku merasa sulit bernapas. Sedalam perbuatannya dulu padaku."

"Aku tahu," balas Julius pelan. "Tapi takut bukan berarti kau lemah. Ketakutan hanya tanda bahwa kau masih punya sesuatu yang ingin kau lindungi."

Victoria menatap cangkir di tangannya, lalu menatap pria di hadapannya. "Violetta melindungiku dengan caranya. Sekarang giliranku untuk melindungi dia dan diriku sendiri."

Julius menatap Victoria lama, sebelum akhirnya mengangguk. "Kau memang luar biasa, Victoria. Kurasa karena itu aku jatuh hati padamu."

"Berhenti menggombal. Kau terlihat seperti ingin menelanku sekarang dibandingkan bersikap romantis," tukas Victoria.

Julius tertawa, karena apa yang Victoria katakan benar. Julius ingin sekali menciumi bibir ranum yang sedang menyesap teh itu hingga Victoria kehabisan napas dan wajah memerah.

Henry muncul di pintu, membawa berkas di tangannya. "Kuganggu suasana romantis sebentar," katanya dengan nada ringan, "tapi aku dapat sesuatu. Salah satu investor yang dulu mendanai proyek dengan Sean ternyata masih aktif di bawah nama bayangan. Dan tebakan kalian benar ... dia berhubungan dengan Kelly. Lebih tepatnya Kelly putri dari investor itu."

Julius menegakkan tubuhnya. "Bagus. Kirimkan semua datanya padaku malam ini. Kita mulai bergerak besok."

Henry mengangguk, lalu melirik Victoria sebelum meninggalkan ruangan. "Kau kuat, Victoria. Tapi jangan salah, kalau kau butuh tempat bersembunyi, aku punya anjing besar di rumah yang bisa menggonggong lebih keras dari Sean."

Victoria tertawa kecil untuk pertama kalinya hari itu. "Terima kasih, Henry."

Ketika pintu menutup kembali, Julius menatap Victoria dengan lembut. "Henry, kutahan gajimu jika kah terus mengatakan hal aneh tentangku di depan Victoria."

"Aku hanya mengatakan fakta. Bukankah mau lebih menakutkan dari anjing penjaga manapun," sahut Henry.

"Henry," tegur Julius.

Victoria tertawa, seakan beban hati yanh ia rasakan sejak semalam kini lepas.

Julius menatap wajah gadis itu di bawah cahaya jingga senja. Ada sesuatu dalam mata Victoria, bukan sekadar duka, tapi api kecil yang baru menyala, api yang menandakan kebangkitan dari reruntuhan masa lalu.

Ia tahu, perjalanan ke depan tidak akan mudah. Sean masih di luar sana, menunggu kesempatan. Tapi Julius juga tahu: Victoria bukan perempuan yang mudah dijatuhkan. Ia bukan lagi korban. Ia kini adalah senjata yang siap melawan.

Dan malam itu, di tengah senja yang perlahan meredup, mereka berdua menyadari satu hal yang sama, badai memang belum usai, tapi mereka telah menyalakan bara pertama untuk melawannya.

1
Miss Typo
awas Julius nanti ditelan Victoria hidup² 🤣
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
Miss Typo
semangat Victoria kamu pasti bisa 💪
semangat juga thor 💪
Archiemorarty: Siapp 🥰
total 1 replies
Miss Typo
good Victoria
Miss Typo
bisakah Victoria bebas dari Sean yg gila itu, dan kapan waktunya kalau menang bisa?
Sean obsesi bgt ke Victoria
Ima Ima wulandari
Bagus banget
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
wah ternyata Victoria lebih licin dari belut y thor🤣🤣🤣🤣🤣
Archiemorarty: Ohh...tentu 🤭
total 1 replies
PengGeng EN SifHa
Q bacanya kok nyesek sampek ulu hati thooorr...

boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
Archiemorarty: Silahkan silahkan 🤣
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor
Archiemorarty: Siap kakak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
hemm semuanya akan berakhir
LB
pada akhirnya mereka tetap lebih bodoh dibandingkan sikopet 😮‍💨
Archiemorarty: Hahahaha...
total 1 replies
Pawon Ana
kenapa para psikopat diberi otak genius sih...🤔😔
Archiemorarty: Karena dia jenius itu makanya jadi sikopet karena gx sesuai kehendak dia jadi cari cara biar bisa sesuai 😌
total 1 replies
Pawon Ana
percayalah jika kau masih bisa bersikap tenang dan berfikir bijak saat berhadapan dengan sumber trauma, itu luar biasa ✌️💪
Archiemorarty: Benarr setujuu 🤭
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor😍😍
Archiemorarty: Siap kakak
total 1 replies
Miss Typo
badai baru di mulai dan kapan ya
badai pasti berlalu
Miss Typo
gmn cara menyingkirkan Sean? dan pasti tidak akan mudah dan Victoria semoga kamu bisa menghadapi Sean bersama Julius
Miss Typo: semangat
total 2 replies
Miss Typo
Victoria semangat-semangatnya balas perbuatan Kelly, eh orang yg membuatnya trauma muncul.
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya
Miss Typo: cemangat juga buat othor 💪
total 2 replies
Pawon Ana
hal yang sulit adalah ketika bertemu dengan seorang atau sesuatu yang pernah menjadi trauma
Archiemorarty: Bener itu...😌
total 6 replies
Jelita S
good job victoria🤣
Deyuni12
misi berlanjuuut
Pawon Ana
ini masih jauh dari jalan untuk menjangkau Sean 😔
Archiemorarty: Ndak juga 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!