Mantan pembunuh bayaran jadi pengasuh 4 anak mafia?
Selena Dakota, mantan pembunuh bayaran, mencoba mengubur masa lalunya dengan bekerja sebagai babysitter. Tapi pekerjaan barunya justru membawanya ke mansion Charlie Bellucci — mafia bengis yang disegani, sekaligus ayah angkat dari empat anak dengan luka masa lalu yang kelam.
Di balik peran barunya sebagai pengasuh, Selena harus berjuang menyembunyikan identitasnya. Namun semakin lama ia tinggal, semakin kuat tarikan gelap yang menyeretnya: intrik mafia, rahasia berdarah, hingga hubungan berbahaya dengan Charlie sendiri. Selena terjebak dalam dunia di mana cinta bisa sama mematikannya dengan peluru.
Bisakah Selena melindungi anak-anak itu tanpa mengorbankan dirinya… atau ia justru akan tenggelam dalam romansa terlarang dan permainan maut yang bisa menghancurkan mereka semua?
“Lakukan apa saja di sini, tapi jangan libatkan polisi.” Tegas Charlie Bellucci.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MMF — BAB 21
HUKUMAN YANG BERAT
“Tinggalkan kami.” Pinta Charlie saat dia masuk dan berdiri di depan Selena.
Mendengar perintah itu, kedua anak buah Charlie langsung bergegas pergi sehingga kini di ruangan tersebut hanya ada Charlie dan Selena. Ada bekas noda darah yang masih terlihat di tangan Selena yang kini ditatap oleh pria bermata hijau itu.
“Bisa beri aku alasan, kenapa kau membantunya?”
Selena menatap dengan berani tanpa ragu. “Karena hukuman itu tidak benar. Jika saat itu aku tidak datang, dia akan mati.” Kata Selena namun Charlie menatapnya lekat.
“Itu adalah pilihannya. Kau melakukan sesuai keinginan dan pikiranmu, tapi aku tidak pernah bertanya apa keinginan orang itu. Seseorang sepertimu tidak akan pernah berubah nona Dakota.” Kaya Charlie yang menyindir soal diri Selena yang dulu seorang pembunuh.
Wanita itu hanya terdiam, hingga Charlie berjalan maju dan mendekat. jarak mereka begitu dekat sampai-sampai Selena bisa melihat jelas wajah tampan pria itu.
“Aku jadi ragu, apa kau masih bekerja dengan seseorang dan menyelinap ke Mansion ku.”
Oh tentu saja ucapkan dan prasangka Charlie barusan membuat Selena tak terima. “Aku memang mantan pembunuh, dan aku melakukan apa yang menurutku benar. Tapi aku tidak suka jika dituduh.”
Pria itu masih menatap mata silver Selena seraya menyeringai kecil beberapa detik saja. Sedangkan Selena masih menatap marah. “Hukuman apa yang harus aku berikan untukmu?”
Selena terdiam, namun dia masih berani menatap bosnya yang terkenal dingin dan seperti monster berdarah dingin. “Apapun itu... Aku akan menerimanya Mr. Charlie.”
Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya, sembari melangkah mundur dan berjalan santai ke meja untuk meraih segelas beer nya yang masih utuh. Pria itu meneguk habis, menatap lurus nan tajam hingga dia menoleh ke arah Selena yang masih berdiri di belakangnya.
“Kalau begitu, habisi mereka atau rubah mereka dalam waktu 3 hari. Jika kau gagal maka habisi saja mereka berempat.”
Mendengar perintah itu, Selena terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Bagaimana bisa Charlie tega melakukannya.
“Jika tujuanmu menghabisi mereka, kenapa tidak kau singkirkan dari dulu? Kenapa kau malah merawatnya dan membantingnya seperti itu Mr. Charlie?!”
“Karena mereka sudah tidak berguna.” Kata Charlie yang berbalik menatap Selena dan matanya begitu tajam menahan sesuatu emosi yang tertahan. pria itu melangkah pergi melewati Selena yang berdiam diri.
“Damn man! (pria sialan)!”
Langkah Charlie terhenti saat mendengar ucapan Selena.
Tentu, keduanya sama-sama berbalik dan saling berhadapan. “Apa katamu?”
Selena diam, menatap Charlie yang nampak marah namun masih berjarak.
“Kau... Pria sialan! Akan aku lakukan seperti yang kau katakan Mr. Charlie! Dan jika aku berhasil merubah mereka dalam waktu 3 hari, maka kau juga harus memberikan kesempatan untuk mereka mendekatimu.” Kata Selena dengan serius. Charlie berkernyit saat mendengar nya.
“Aku tahu ini hukuman ku, tapi hukuman yang kau berikan bertentangan dengan hal yang wajar. Jadi sebagai penyemangat, aku ingin kau menerima tawaran ku. Jika aku gagal, aku akan menghabisi mereka sendiri.” Kata Selena sekali lagi sehingga tatapannya yang begitu serius membuat Charlie yakin.
“Alright! (baiklah)! Lakukan saja.” Kata Charlie yang akhirnya bergegas pergi keluar. Namun saat keluar, dia berpapasan dengan Alma yang nampak tegang melihatnya.
Tentu saja Charlie hanya menatap tajam, lalu kembali melangkah lagi.
Tak ada perkataan yang keluar dari mulut Alma bahkan saat dia melihat Selena keluar dalam keadaan lemas karena memikirkan soal perintah Charlie tadi. Bagaimana bisa dia menghabisi anak kecil, yang benar saja.
“Kau menangis?”
Seketika Selena menoleh dan menatap Alma hingga dia mengusap wajahnya. “No! (tidak)! Aku hanya meratapi nasib! Kau belum tidur?”
Alam menggeleng. “Dia membuatmu seperti ini!” kata Alma yang membuat Selena berkernyit heran hingga dia mengajak anak itu ke kamar.
Saat Selena duduk di tepi ranjang. Ia menyelimuti Alma yang siap tidur. Namun anak itu tak berhenti menatap nya.
“Kau akan membunuh kami?”
Deg! Seketika Selena terlihat kaku mendengar pertanyaan seperti itu keluar dari mulut kecil nan polos Alma. Tentu saja Selena menatapnya lekat.
“Tidak. Aku tidak akan melakukannya.”
“Jika kami menurut kepadamu!” kata Alma yang ternyata dia lebih cekatan dan mendengar percakapannya dengan Charlie.
Selena tak bisa menjawabnya dan hanya diam saat Alma mengatakannya. Entah kenapa Selena tidak seperti dulu lagi yang menggebu-gebu setiap kali dia diperintahkan untuk membunuh.
“Kenapa Charlie tidak menyukai kami?”
Selena menoleh, menatap Alma yang masih penuh tanya. Hingga ia menyentuh pipi anak itu. “Seseorang membutuhkan waktu untuk menyadari sesuatu yang berharga!”
“Apa Charlie juga termasuk seseorang itu?”
“Yeah!”
Alma tersenyum kecil dan mulai berbaring, namun dia masih menatap ke Selena. “Aku menyayangi mu, Selena!” kata Alma yang dibalas senyuman kecil oleh Selena. Hingga wanita cantik itu keluar kamar secara perlahan dan berpapasan dengan Nora.
Tentu, mereka hanya saling beradu pandang namun saking melewati. Merasa aneh saat tidak ada ucapan dari Selena, membuat Nora terheran dan menoleh ke belakang. “Dia sedang sedih?” gumam Nora tak percaya kalau wanita seperti Selena juga bisa sedih dan bimbang.
...***...
Colombia
“Ada berita apa?” tanya seorang pria yang bertelanjang dada dengan penuh noda darah.
Dengan santai ia menyesap cerutu saat usai melakukan eksekusi terhadap seorang musuh.
“Jeniffer Jaitly. Wanita itu membuka sebuah lelang untuk mansion Jaitly. Dan saya dengar, Charlie Bellucci juga diundang.” Jelas pria berkulit putih dan rambut pirang.
Pria berusia 40 tahun itu terdiam saat dia mengenakan sebuah jas putih. Sambil menyeringai kecil, dia menarik cerutu dari mulutnya. “Bagaimana dengan kabar Seda? Sudah lama aku tidak mendengarnya.” kata pria bernama Nikolai Draven.
“Maaf Bos, saya masih tidak bisa menemukannya. Dia benar-benar susah dilacak.” Kata pria itu yang membuat Nikolai membuang cerutunya dan berbalik menatap asistennya.
Tatapan yang tajam hingga membuat pria pirang itu menunduk. “Kalau begitu cari dia, atau Charlie Bellucci yang akan menemukannya lebih dulu.” Kata pria itu yang segera dibalas oleh anggukan.
Sementara di PUB, Charlie duduk di ruang VIP bersama seorang pria tua yang baru saja menjalin kerjasama bersama. “Tempatmu ini sangat luar biasa, Tuan Bellucci! Tidak sia-sia jika aku bekerjasama dengan mu!” kata pria tua itu sembari menikmati musik yang mengalun.
Charlie mendengarnya sambil merokok santai. “Yeah. Taruhannya nyawa, tempat harus luar biasa.” Kata Charlie yang dibalas kekehan kecil.
“Ngomong-ngomong Tuan Charlie... Kau sangat mapan, apa kau tidak ingin bermain-main dengan wanita cantik dan seksi? Atau mencari seorang istri!” kata pria tua berdarah jepang itu membuat Charlie terdiam dan menyeringai kecil.
“Apa yang akan aku dapatkan dari semua itu?”
“Kesenangan!”
Charlie menoleh menatap tajam ke pria tua tadi sehingga terdiam tak bisa berkata-kata saat melihat tatapan Charlie Bellucci. Pria itu bangkit dari duduknya. “Kirimkan aku satu wanita yang kau maksud, aku akan mencoba kesenangan itu.” Kata Charlie yang seketika melangkah pergi.
Tentu, pria tua itu tersenyum lebar dan segera melaksanakan keinginan Charlie saat itu juga.