Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 21
Yoga menatap rumah mewah di depannya dengan tatapan tidak menentu, sudah lama dia tidak menginjakkan kakinya ke rumah itu lagi. Hari ini dia kembali berdiri di depan rumah itu dan melangkahkan kakinya untuk masuk. Namun, saat memasuki rumah itu, dia harus menyiapkan jawaban untuk pertanyaan yang sebentar lagi datang menghujaninya.
"Kapan menikah? Papa sudah tua, papa mau melihatmu menemukan kebahagiaanmu sendiri sebelum papa meninggal." Kata-kata itu selalu dia dapatkan saat mengunjungi sang papa, padahal adiknya sudah menikah dan juga punya anak. Tentu sang papa sudah punya cucu untuk menemani hari-harinya, tetapi mengapa sang papa terus memaksanya untuk menikah?
"Aman!" Saat melewati pintu utama seorang bocah laki-laki berumur dua tahun yang begitu mengemaskan langsung berlari ke arahnya, walaupun berulang kali terjatuh, tetapi anak itu kembali berdiri sambil menepuk kedua tangannya lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Melihat kedatangan bocah itu, Yoga langsung tersenyum bahagia, seakan semua beban pikirannya menghilang karena senyuman sang keponakan. Dia merentangkan kedua tangannya, bersiap untuk menangkap tubuh gembul itu dengan penuh kehangatan.
''Si embul paman sudah besar ya," ucap Yoga mencubit gemas anak itu lalu membawanya kedalam gendongan. Bocah itu hanya tersenyum bahagia sambil mencium wajah Yoga berulang kali, sepertinya bocah itu sangat merindukannya.
"Aman! Ibi ana (Paman! Bibi mana)?" Tanya bocah itu membuat Yoga langsung geleng kepala, bukan hanya adik dan papanya saja, tetapi keponakannya itu juga sudah mulai ikut-ikutan mengucapkan pertanyaan itu.
"Bibimu masih ada urusan, Sayang. Nanti paman akan bawa dia kesini menemui kalian. Kamu senang 'kan?"
"Enalkah?"
"Ia, Sayang. Memangnya pamanmu ini ada tampang pembohong?" tanya Yoga tersenyum hangat.
Yoga menatap keadaan rumah yang begitu sepi, hanya ada beberapa pelayan yang sedang mengerjakan tugas mereka, dan juga pengasuh Zhio yang sedang membereskan mainan. Tidak biasanya rumah itu sesepi ini, biasanya sang papa sibuk berlarian kesana kemari bermain bersama keponakannya, tetapi kali ini tidak. Zhio hanya bermain bersama pengasuhnya saja, lalu dimana sang papa dan juga adik iparnya?
"Sus! Dimana papa dan juga Cheesy?" tanya Yoga kepada pengasuh Zhio.
"Tuan Besar ada di kamar bersama Tuan Yoon-gi, Tuan."
Mendengar itu, Yoga langsung menurunkan Zhio dari gendongannya, tiba-tiba ia merasa cemas akan keadaan sang papa. Setelah menyerahkan Zhio kepada pengasuh, Yoga langsung bergegas menaiki anak tangga menuju kamar sang papa. Jujur dia merasa sangat takut kehilangan pria yang begitu menyayanginya itu, walaupun tidak ada hubungan darah, tetapi ikatan batin mereka sangat kuat melebihi ayah kandungnya sendiri.
Yoga tidak memiliki siapapun lagi, Ibunya pergi entah kemana, sedangkan Ayah, dia sama sekali tidak tau siapa Ayah kandungnya. Hanya ada sang papa dan juga adik tiri yang kini selalu berada di sisinya. Mereka begitu menyayanginya, bahkan tidak ada sedikitpun perbedaan kasih sayang yang diberikan sang papa kepada mereka.
Saat membuka pintu kamar, Yoga melihat sang papa duduk lemah di atas ranjang sambil mengunyah makanan yang di suapi sang adik. Yoga menatap tubuh lemah itu dengan tatapan tidak percaya, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, tetapi dia langsung menepis perasaan itu sambil melangkahkan kakinya mendekati sang papa.
"Pa! Papa sakit lagi? Tapi kali ini tidak bohongan 'kan?" tanya Yoga dengan tatapan penuh selidik karena dia melihat tubuh Diandre, papa tirinya begitu lemah dengan wajah yang pucat.
Dia mengucapkan pertanyaan itu bukan tanpa alasan, tetapi karena sudah berulang kali sang papa pura-pura sakit agar dia cepat-cepat menikah. Mantan istrinya sudah hidup bahagia dengan pria lain, sedangkan dia masih nyaman dengan kesendirian. Bahkan sudah banyak gadis yang dijodohkan sang papa kepadanya, tetapi dia menolak para gadis itu tanpa melihatnya sama sekali. Sebagai seorang Ayah, tentu Diandre tidak ingin melihat putranya terus menerus larut dalam kesendirian. Dia juga ingin melihat Yoga hidup bahagia bersama keluarga kecilnya sebelum dia pergi meninggalkan dunia ini.
"Jika kamu tidak percaya lagi kepada papa terserahmu saja. Papa tidak perduli jika papa mati sekarang, lagipula papa sudah punya Zhio, cucu papa."
Pria itu berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Walaupun sudah berumur, tetapi pria itu terlihat masih begitu tampan tanpa ada sehelai rambut_pun yang berwarna putih. Tubuhnya masih terlihat kekar, wajahnya juga terlihat masih sangat segar, jadi belum ada tanda-tanda jika malaikat maut akan datang menjemputnya karena umur. Bahkan jika mereka bertiga berjalan beriringan, orang-orang sering mengira jika mereka adalah kakak beradik, bukan papa dan kedua anak laki-lakinya.
"Pa! Kenapa papa bicara seperti itu. Papa masih sangat muda, bahkan masih pantas memiliki anak lagi."
"Dasar anak si4l4an!" Diandre melemparkan bantal dengan penuh kekesalan mendengar ucapan Yoga.
Sedangkan Yoo-gi, dia hanya bisa menahan tawa melihat tingkah papa dan juga kakaknya itu. Mamang apa yang di katakan Yoga benar apa adanya, papanya sangat cocok di sebut sebagai Hot Daddy tampan, selain tampan, tubuhnya juga masih begitu kekar dan mengoda. Namun, entah kenapa sang papa selalu membujuk Yoga agar menikah secepatnya, dengan alasan dia sudah tidak muda lagi dan akan segera pergi meningalkan dunia ini.
"Oke! Yoga sudah punya pilihan. Yoga sudah menemukan wanita yang akan menemani Yoga sampai tua."
"Benarkah?" Tanya Diandre penuh semangat. Dia menghampiri Yoga dengan penuh kebahagiaan, tidak lupa dengan senyuman bahagia yang menghiasi wajah tampannya.
Melihat itu, Yoga langsung memperhatikan sang papa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia merasa jika pria yang berdiri di depannya saat ini bukanlah sang papa yang tadinya terbaring lemah di atas ranjang.
"Bukankah papa sakit?"
''Oh, ia! papa lupa. Yoon! tolong, pingang papa sakit. Aduh!"
"Pingang yang sakit, tapi yang di pegang kepala."
"Oh, ia! Papa salah ucap. Kepala papa sakit."
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜