Kisah seorang lelaki bernama Marvel Gaendra Pratama, lelaki bermata tajam, rahang tegas, dan bijaksana dalam geng motor nya, Argos Rozegeng atau sering disebut Argos.
Lelaki yang tidak pernah jatuh cinta bertemu dengan seorang gadis yang pernah ia sukai saat masa SMP. Akibat kecelakaan, ia hilang ingatan dan melupakan gadis tersebut. Kenyataan nya, semesta masih memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dalam perjodohan dadakan, atas dasar perjanjian masa lalu antar keluarga.
Tentu saja, pada awalnya masih saling membenci. Tetapi, semakin berjalan nya waktu, timbul lah benih-benih cinta dalam hati lelaki itu.
Lalu, apakah lelaki itu akan berhasil melewati segala rupa rintangan demi mendapatkan gadis istimewa nya, atau malah sebaliknya?.
***
-cover by hihappiness
-typo dimana-mana!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yihana Gicel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
| Terungkap
Langit mendung pagi ini, embun pagi masih tersisa belum benar-benar hilang. Sepertinya sedikit lagi akan hujan, sekolah Meteora masih saja memaksakan kerja bakti.
Kerja bakti nya dipaksakan, diduga ada seseorang yang membobol gerbang sekolah dan membongkar pernak-pernik yang ada. Bahkan berkas-berkas penting ada yang dicuri dan ada yang hilang, penemuan itu ditemukan oleh satpam yang biasanya datang pagi untuk membuka sekolah.
Satpam itu tiba ia sudah melihat betapa buruknya sekolah itu, semua jendela pecah, berkas diruangan kepala sekolah berhamburan tidak karuan dilantai, kursi-kursi banyak yang dipatahkan, yang paling parahnya lagi ada minyak tanah dibeberapa ruangan, seperti rencana pembakaran sekolah tetapi ada yang menggagalkan nya.
Farelino sebagai pembangun sekolah ini akhirnya terpaksa mengunjungi sekolah nya begitu pagi, dan terpaksa harus berangkat ke kantor dinas untuk mengurus surat pemberhentian pelajaran sementara karena kondisi sekolah yang mengenaskan.
"Jadi, bagaimana pak Farelino?. Kenapa makin kesini semakin aneh?, mulai dari sekolah menengah pertama bapak yang ke pertama, lalu sekolah menengah atas bapak yang dibobol. Sekarang giliran sekolah Meteora ini juga? ". Tanya jerhmy selaku kepala sekolah.
"Ada berkas atau biodata anak-anak yang hilang? ". Farelino menanyakan balik kepada rekannya.
"Tentu, pak. Yang lebih anehnya lagi, berkas dan biodata anak yang dicuri adalah anak-anak yang masih berperan disekolah ini, termasuk anak bapak".
"Hmmm.... saya sangat yakin pelakunya hanya lah satu. Kalau saya ingat-ingat, saya tidak punya masalah yang belum saya kelar kan dengan orang lain. Saya yakin orang ini ada sangkut pautnya dengan dendam, tapi dendam apa? ". Farelino berfikir keras.
Dari jauh, raisa datang menghampiri suaminya, kepala sekolah, dan beberapa staff. Matanya memandangi sekolah yang rusak serta anak-anak yang berusaha membersihkan lingkungan.
"Bagaimana ini bisa terjadi?". Tanyanya setelah berada di samping suaminya sambil terus memandangi sekolah.
"Kami juga tidak tahu, nyonya. Saat satpam datang kesini, sekolah sudah seperti ini. Dia harus mengunjungi rumah saya karena dia tidak membawa ponsel". Jawab sang kepala sekolah.
"Benar, nyonya. Saya begitu terkejut melihat sekolah jadi mengenaskan seperti ini, padahal kemarin masih baik-baik saja". Timpal satpam, yakni Ferent. Ia merupakan satpam kedua dari Inggris.
"Lalu, dimana gesya? ".
"Gesya sedang bebersih di kelas nya, disana juga sedikit parah. Nyonya mau saya antarkan kesana? ". Tawar buk vina.
"Tidak perlu. Raisa saya ingin bicara sebentar dengan kamu".
"Mau bicara soal apa, sayang? ".
"Tentang anak kita".
Raisa mengerutkan keningnya. Kepala sekolah dan staff pergi mengawasi anak-anak yang memperbaiki kabel listrik sambungan CCTV.
"Apa yang ingin kamu bicarakan? ".
"Kamu tidak merasa bahwa gesya aneh akhir-akhir ini? ".
"Sama sekali tidak, menurut ku gesya baik-baik saja. Apa ada yang menurut mu janggal? ".
Farelino hendak menceritakan kejadian yang terjadi tadi pagi antara nya dengan anaknya.
"Tadi pagi, aku sempat memberitahu kan gesya mengenai hal ini. Aku juga sempat bilang kalau aku ingin berangkat kesini, saat itu gesya melarang ku. Katanya, apapun yang terjadi jangan sampai aku berangkat kesini".
"Lalu?, dia melarang mu sedangkan ini adalah tanggung jawab mu".
"Aku curiga dia tahu apa yang terjadi kalau aku berangkat disekolah ini. Karena di perjalanan, aku dihadang beberapa orang berjubah hitam, memakai masker hitam, dan membawa barang tajam. Seperti nya mereka ingin melukai ku, jangan-jangan mereka bersangkutan dengan yang terjadi sekarang".
"Ah! Mungkin hanya kebetulan saja. Gesya itu anak perhatian, dia melarang mu karena dia tahu perjalanan dari kota kita kesini membutuhkan waktu yang lama". Raisa masih berfikir positif.
"Aku masih tidak tenang, rasanya ada yang janggal hari ini".
Raisa menepuk bahu farelino, wajahnya iba. "Aku mengerti perasaan mu, sayang. Kamu harus yakin masalah keluarga Agatha akan segera terselesaikan sepenuhnya".
Farelino mengangguk pelan, saling bertatap mata dengan sang istri. Masalah selalu datang berturut-turut mulai dari masalah kecil, kemudian masalah lumayan besar, kemudian muncul lah masalah lebih besar lagi.
Sementara itu, gesya dan warga kelasnya membersihkan kelas. Sedari tadi ia mencari-cari marvel yang tak kunjung datang ke kelas, padahal tadi saat Harry menjemput nya marvel sudah siap sehingga tinggal mengeluarkan motor saja.
Elizabeth yang menyadari gerak-gerik gesya perlahan tersenyum jahil mendekati gesya. "Ekhemm!. Lagi nyariin suami tersayang yah?".
"Hah? Enggak kok!".
"Bohong! Dari gerak-gerik lo aja udah kelihatan lo lagi nyariin marvel". Timpal laras.
"Apaan sih kalian? Aku dari tadi hanya nyari loyang buat cuci lantai ini".
"Halah, bacot!. Oh yah tadi marvel lagi dipanggil perbaiki CCTV, kamu tenang aja aku udah pesan sama alex buat jangan kasih kerjaan yang terlalu berat-berat". Ceryna menghampiri ketiga sahabat nya setelah membersihkan kaca berserakan.
"Kalau begitu kan tidak adil, Cer".
"Iya, kan kamu sering khawatir kalau marvel kerja berat-berat".
Gesya memutar bola matanya, terlihat muak atas ocehan-ocehan sahabatnya. "Kalian setelah ada berita pernikahan aku sama marvel, kalian jadi aneh-aneh semua tau! ".
"Nggak apa-apa, kita juga akan selalu berdoa biar kalian berdua akan terus bersama selamanya".
"Terserah kalian mau ngomong apa. Temenin aku ambil air, yuk!".
"Yuk sama aku, tapi aku mau singgah sama alex bentar".
Ceryna menggandeng lengan gesya menuju ke pintu masuk, selama perjalanan gesya mengawasi ayah bundanya. Berbeda dengan ceryna yang mengawasi pacarnya dari jauh.
"Nggak apa-apa nih aku tinggal pergi sendiri?". Tanya ceryna sebelum sampai ketempat alex bekerja.
"Yes, tidak masalah. Kamu urus aja pacar kamu yang ganteng itu".
Ceryna tersenyum manis, sebenarnya gesya sedang mencari-cari letak keberadaan suaminya. Mereka akhirnya sampai didepan tangga yang dipakai untuk melihat keadaan CCTV.
"Lex, marvel dimana? ". Gesya memberanikan diri menanyakan suaminya. Ia sempat berfikir lima kali untuk berani menanyakan nya.
"Oh, marvel tadi pergi kearah kamar mandi. Aku nggak tahu tujuan nya mau kemana, intinya dia kearah sana".
"Oke, makasih yah, lex?. Cer, aku pergi ambil air dulu yah? ".
"Hati-hati yah? Takutnya ada tripleks yang rapuh di kamar mandi". Pesan ceryna.
"Iya, aku bakalan hati-hati, kok".
Kemudian, gesya melanjutkan tujuan keduanya yaitu mengambil air dari keran kamar mandi.
Sebelum sampai ke kamar mandi, ia harus melewati beberapa ruangan. Hingga ia tiba di sebuah gudang, disana terdapat Harry dan circle nya. Gesya menyempatkan diri untuk menengok sekilas wajah Harry, tidak ada yang menyadari kehadirannya disitu.
Gadis itu tersenyum lebar, melangkahkan satu kakinya, sebelum hal tersebut terjadi....
"Bagaimana dengan hubungan kamu dengan gesya, Harry? ".
Betul, langkah gesya terhenti karena mendengar namanya tersebut. Gesya memutuskan untuk mendengarkan percakapan mereka selanjutnya dikarenakan rasa penasaran.
"Seperti biasa aja".
"Terus, kamu beneran suka sama gesya? ".
"Untuk apa aku suka sama gadis itu? ".
Senyuman gesya pudar mendengar jawaban dari lelaki yang amat ia sukai, ia pikir selama ini mereka saling cinta.
"Aku juga punya selera, bar. Kalau bukan karena aku punya urusan penting sama dia juga nggak mau deketin dia, apalagi suaminya seorang ketua geng motor yang amat aku dendamin".
"Berarti sampai sekarang mereka belum tahu kalau kamu yang mengacak-acak markas Argos? ".
"Belum, aku udah pakai beberapa teknik supaya mereka nggak menyadari hal ini. Dan disitu, aku memanfaatkan gesya sebaik-baiknya. Aku tahu gesya adalah kehidupan marvel, kalau aku hancurkan gesya maka marvel akan hancur, dan kalau marvel hancur maka geng Argos juga akan hancur!. Kali ini udah mulai renggang setelah aku sebar poster kedekatan mereka berdua, sial sekali karena kepala sekolah masih mengizinkannya untuk lanjut bersekolah!".
Gesya menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya, tidak percaya. Ia sekarang tahu dalangnya adalah Harry, orang yang selalu dekat dengannya.
"Kalau hubungan marvel dan gesya sudah semakin memanas, itu akan lebih mempermudah. Yang membuat itu susah terjadi adalah gelang yang mereka pakai, satu-satunya hubungan yang punya gelang seperti itu. Dan itu adalah gelang incaran celine dan kaiden".
"Udah aku duga Celine termasuk dalam rencana ini, tapi..... mengapa kaiden disebut?".
Gumam gesya.
"Kamu memang wakil ketua demonblack yang terbaik. Kaiden termasuk geng Argos tapi kenapa dia ikut dalam rencana demonblack?".
"Kaiden termasuk dalam Argos?. Aku tidak pernah tahu hal ini, sebaiknya aku rekam suara saja".
Selagi belum ada orang yang mengetahui keberadaan nya, serta Harry dan circle nya masih terus lanjut bercerita tentang kebenarannya. Ia memanfaatkan waktu itu untuk mengumpulkan bukti.
"Kau jangan sama kan kaiden dan Rayyan. Rayyan itu adalah orang yang mencintai geng nya, ia mencintai buk raisa, istri dari pak farelino".
"What the f*ck! ". Gesya mengeram tangannya.
"Namun takdir berkata lain, ia menjadi benci kepada buk raisa, setelah buk raisa menikahi pak farelino. Ia menyamarkan diri menjadi kaiden untuk membalaskan dendamnya kepada buk raisa melalui gesya".
"(Te-ternyata, dugaan aku benar lagi? Kalau Rayyan masih hidup. Jadi sebenarnya kaiden udah menunjang umur berapa?) ".
"Kasihan sekali yah gesya?. Dia terlalu banyak dimanfaatkan". Devan turut prihatin. "Padahal gesya itu cewek cantik, tapi mudah dimanfaatkan".
Tertawa jahat dari circle itu terdengar keras, gesya berusaha tenang. Akan tetapi matanya menjelaskan bahwa ia tidak akan tinggal diam atas perilaku Harry si cowok brengsek.
"(Tertawa aja sepuasnya. Dan aku akan tertawa karena aku udah tahu rencana kalian dari awal. Celine kamu harus kuat, aku tahu kamu sedang menunggu kedatangan aku di jakarta selatan. Jujur aku masih kaget dengan fakta-fakta ini, aku pikir hanya celine dalangnya) ".
Gesya melanjutkan perjalanan nya mengambil air, Harry keluar bersama dengan teman-temannya. Melihat gesya yang pergi ke kamar mandi Harry jadi takut kalau gesya mendengar percakapan nya tadi.
"Sya! ".
Gadis yang dipanggil nya menghilang kan rasa terkejut nya, dengan senyuman lebar dibibir nya ia menoleh kebelakang.
"Eh, Harry. Kamu habis dari situ ternyata?, aku nyariin kamu lho dari tadi".
Harry lega, ia pikir gesya mendengarkan setiap percakapan nya sedari tadi. "I-iyah. Aku sama teman-teman baru saja bersihkan gudang, kamu mau kemana? ".
"Aku mau ambil air".
"Yaudah, aku pergi ke kelas dulu yah? Masih ada pekerjaan yang belum selesai disana".
"Oh oke.... ".
Gesya kembali menoleh kedepan, rasanya menyakitkan sekali. Ia sudah begitu peduli, bahkan sampai tega menyakiti suaminya demi laki-laki brengsek itu.
Berhubung beberapa toilet rusak kerannya, gesya terpaksa berjalan jauh ke toilet koridor.
Tangannya membuka pintu koridor, matanya berhenti berkedip, bibirnya bergetar. Hatinya semakin sakit saat melihat marvel berduaan dengan Zurra.
Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri marvel memberikan kepada Zurra sekuntum mawar merah, karena tidak tahan ia memutuskan kembali ke kelas dan batal mengambil air.
Pandangan nya terus lurus kedepan, mengabaikan semua orang disekitarnya. Seraya menahan air matanya yang berusaha keluar. Mengapa banyak pengkhianatan hari ini?.
Ceryna kebingungan dengan sikap kawannya. Sebab, gesya masih baik-baik saja saat menuju ke toilet.
"Gesya lo kenapa? ".
Tak mendapat respon tentu saja ceryna semakin penasaran, ia mengikuti kemana gesya pergi tidak peduli kakinya yang mencong mencong akibat luka jatuh dari sepeda tetapi ia memaksakan berjalan cepat.
"Gesya! Lo dengar? Lo kenapa? ".
"Diam gue lagi setress! ".
"Setres kenapa? Lo nggak ketemu sama marvel yah? ".
Air matanya jatuh setelah berada didalam kelas, Elizabeth dan lainnya menatap dengan kebingungan. Gadis itu merebahkan tubuhnya dilantai sambil terus memberontak.
"Marvel jahat! ". Sungut nya.
"Marvel jahat kenapa? Dia ngejahatin elu? ".
"Dia berduaan di Koridor bareng Zurra! ".
"Terus? ".
"Terus dia ngasih bunga mawar sama Zurra! ".
"Anjirr! Kurang ajar yah?. Di Koridor sebelah mana? Sini gue labrak mereka berdua! ".
Aura ke tomboy an laras keluar, ia melipat baju lengannya yang panjang bersiap untuk perang.
"Udah nggak usah lebay! Nanti sekolah ini tambah rusak kalau lo udah bertindak". Elizabeth merangkul pundak gesya, wajahnya terlihat khawatir. "Nanti kita marahin yah marvel nya? Kok tega dia nyakitin kamu kayak gini? ".
"Ini juga salah aku karena udah percaya sama Harry".
"Maksud nya? ".
"Aku nangis karena dia juga".
"Wih! Udah nggak bisa dibiarin nih! ". Kali ini laras mengikat rambutnya seperti preman.
"Laras! Bentar dulu! Jangan langsung dilabrak. Kita de-".
"Udah ih! Kalian semuanya gila! ". Cetus gesya bangkit berdiri kemudian mengambil tas sekolah nya.
"Lha? Gila kenapa? ". Tanya sahabat nya kompak.
"Aku mau pulang! ".
"Tapi kamu belum bilang ulah Harry".
"Males! Bikin badmood aja! ".
Setelah bilang begitu, gesya beranjak pergi dari kelasnya. Sahabat-sahabatnya masih terdiam mencari titik kesalahan mereka dimana.
Ketika gadis tersebut turun dari tangga, gadis itu berpapasan dengan Zurra. Mereka masih sempat bertatapan, gesya melanjutkan perjalanan nya. Genggaman Zurra secepatnya menggenggam pergelangan tangan gesya.
Gesya menghembuskan nafas kasar, tatapan nya kosong dan tidak ada yang berniat berhadapan.
"Sebentar sore sekitar jam lima, kita ketemuan di bendungan seperti biasa. Nggak boleh cepat dan nggak boleh lambat, ini penting".
"Maksudnya penting untuk kamu membanggakan diri kamu karena udah mendapatkan marvel? ".
"Kamu jangan salah paham, gesya! ".
"Aku nggak salah paham. Aku udah lihat semuanya, kalau sempat aku bakalan datang. Ada satu hal yang pengen aku bicarakan juga".
"Okey, kita sepakat".
Zurra melepaskan genggaman nya, masing-masing berjalan berlawanan arah.
****
BRUGH!!
BRUGHH!
Terdengar suara barang-barang yang dibuang atau dilemparkan ke tanah.
"Dasar brengsek!. Laki-laki semua sama aja! ".
Gadis itu menangis tersedu-sedu seraya melemparkan barang-barang pemberian Harry kedalam tong besi berisi api. Gadis itu memutuskan liontin yang terpasang di lehernya, sebelum melemparkan nya, terjatuh lah sebuah benda kecil dari dalam manik-manik paling besar dari liontin tersebut.
Ia mengambil benda kecil itu dan mengamati dengan seksama. Begitu terkejutnya ia bahwa ternyata benda itu adalah kamera tersembunyi.
Air matanya semakin deras bercucuran di pipinya. Gesya memegangi kepalanya, betapa menyesalnya dia karena begitu senang diberikan liontin oleh Harry pada waktu itu, padahal liontin tersebut akhirnya lah yang menghancurkan dirinya.
"Ja-jadi.... semua foto kebersamaan kita, Harry ambil melalui liontin yang aku pakai?. Jadi semua ini salah ku bukan salah Harry. Kenapa aku begitu bodoh sudah menerima barang ini? ".
Gesya berteriak histeris, membuang liontin beserta kamera tersembunyi tenggelam kedalam api menyala. Ketika sudah lelah menangis, barulah ia duduk didekat taman.
"Ck!. Kenapa kamu harus menangis gesya?. Kenapa kamu masih menangisi seorang lelaki brengsek?. Ternyata benar kata marvel, kalau Harry itu bukan lelaki yang baik untuk aku".
"Gesya! Kamu dimana?! ". Samar-samar terdengar suara marvel di dalam rumah.
Gesya mengelap air matanya dengan topi boneka yang marvel berikan, ia tidak tahu harus bicara apa nanti nya bila sudah bertemu dengan marvel.
Suara langkah kaki mulai terdengar ingin memasuki taman, setelah lelaki itu menghampiri taman, gesya sudah bersembunyi dibalik semak-semak karena belum siap bertemu dengan nya.
"Gesya! Kamu ada disini? ".
Sesudah itu, marvel mendekati tong pembakaran. Memperhatikan banyak nya pernak-pernik yang selalu dipakai gesya di dalam nya, ia tahu bahwa gesya habis membakar semua pemberian Harry.
Marvel masih belum mengetahui apa yang terjadi, ia pulang kerumah hanya atas dasar usul Zurra.
"Semuanya sudah terungkap?. Api ini seperti dinyalakan barusan, kalau begitu gesya belum terlalu jauh dari sini".
Ia kembali mencari gesya, padahal gesya bersembunyi di semak-semak menahan tangis nya.
Fakta dari penyesalan itu selalu ada, setiap penananam pasti ada menuai. Kini, gesya harus bisa menuai apa yang telah ia tanam sendiri. Orang lain tidak akan menyesal yang menyesal adalah orang yang menanamnya.
Jam teruslah berputar, gesya menunggu kepulangan marvel dari siang sampai petang. Sang suami belum pulang ke rumah, gesya sudah menelpon anggota inti Argos tetapi tidak ada yang mengetahui keberadaan marvel. Hatinya semakin nervous.
"Nggak! Gue nggak bisa diam sekarang, tapi apa yang bakal aku katakan? Marvel udah terlanjur kecewa sama perempuan kayak aku".
Ia teringat pada perjanjian nya bersama Zurra tadi pagi. Mungkin marvel sedang bersama dengan gadis itu.
Gadis itu langsung menyerbu jaketnya, waktunya tersisa sepuluh menit lagi. Kalau dia terlambat, hal yang ingin dibahas Zurra mengenai marvel tidak dapat ia ketahui.
Gadis tersebut menerobos lampu merah, menerobos orang-orang yang berlalu lalang dijalanan demi sampai ke bendungan tempat nya berjanjian. Waktunya berkurang enam menit, ia harus memanfaatkan empat menit sebaik mungkin, sedangkan perjalanan yang harus dilewati sekitar ribuan meter.
"(Aku nggak boleh menyerah!) ". Tekadnya semakin kuat, waktu nya tersisa empat puluh sembilan detik dan sampailah ia ke bendungan itu.
Disana terdapat seorang gadis, matanya tertuju pada gesya yang baru saja sampai.
"Kamu lari? ".
"Iya, kalau nunggu taksi udah nggak akan sempat. Aku belum terlambat kan? ".
"Tidak. Kamu tepat waktu".
Gesya mendekati zurra. "Ini semua demi marvel. Bicarakan saja.... ".
Zurra memberikan bunga mawar pemberian marvel kepada gadis didepannya. Pada lubuk hatinya yang dalam, hatinya berat sekali memberikan bunga pemberian orang yang ia perjuangkan selama bertahun-tahun kepada gadis yang diperjuangkan orang yang ia perjuangan kan itu sendiri.
Gadis didepan nya terlihat bingung, bukannya bunga mawar yang diberikan Zurra adalah pemberian marvel untuk Zurra?.
"Bu-bukan nya ini adalah bunga pemberian marvel untuk kamu pagi tadi? ".
"Sudah aku ingatkan jangan salah paham, gesya. Kamu tahu sendiri kalau kamu adalah wanita istimewa dihati marvel, bunga ini adalah untuk kamu, bunga yang dititipkan marvel kepada ku".
"Aku pikir, marvel memberikan nya kepada mu. Aku sudah menyakiti hatinya berkali-kali, kenapa dia masih berusaha bertahan?".
"Dia sendiri bersumpah, kalau bukan dengan kamu maka hatinya bukan untuk orang lain. Aku boleh suka sama marvel, tapi kalau marvel memperjuangkan kamu.... aku usaikan cinta aku sampai disini". Keterangan Zurra, suara bergetar menahan sesaknya tangis. "Kamu sama istimewa nya dengan bunga mawar, saking istimewa nya.... marvel nggak bisa menceritakan wujud kamu secara sederhana".
Gesya ikut terharu, Zurra sudah merelakan marvel demi diri nya. Tidak ada pembalasan dendam sama sekali, sekarang Zurra terang-terangan rela menahan rasa sakit demi dirinya juga.
"Kamu tidak apa-apa? ".
Zurra merespon hanya menggunakan gelengan kepala, kepalanya tertunduk kebawah air matanya mulai menetes. "Ini semua demi marvel. Untuk marvel, aku bakalan lakukan apa aja dan nggak peduli apa resikonya".
"Maafkan aku, Zurra. Aku udah ambil marvel, maafin aku karena udah nyakitin marvel". Mohon gesya.
"Tidak perlu meminta maaf. Kamu meminta maaf pada marvel saja, sekarang aku bukan lagi cegilnya marvel.... sekarang aku hanya sebatas orang yang sama sekali nggak kenal dengan marvel. Kamu harus kerumah sakit dekat garden Hotel sekarang".
"Untuk apa aku kesana? ".
"Marvel lagi dirawat disana. Penyakit nya semakin parah.... ".
Gesya terkejut, pikiran nya campur aduk. "Ba-bagaimana mungkin? Selama ini dia baik-baik saja! ".
Zurra menggeleng kuat sambil menangis, memeluk erat tubuh gesya. "Sya, dia nggak baik-baik aja. Dia sengaja nggak bilang sama kamu agar kamu nggak khawatir, tuan farel dan nyonya raisa dan teman-teman lainnya ada disana.... kamu harus temenin marvel sekarang. Dia lagi butuh kamu! ".
Gesya membalas pelukan Zurra, pelukan itu begitu hangat tetapi tangisan memecahkan kata-kata hangat.
"Ayo kita ke rumah sakit bareng-bareng. Kamu nggak ikut? ".
"Sayangnya aku nggak bisa ikut, sya. Aku hanya bisa beritahukan hal ini, kalau disana kamu ditanya siapa yang ngasih tahu soal ini.... jangan sebut namaku yah? ".
"T-tapi mengapa kamu tidak ikut? ".
"Malam ini aku harus pulang ke kalimantan. Ayah aku meninggal disana, aku nggak berhak ke rumah sakit karena aku bukan lagi siapa-siapa nya marvel.... ".
"Kamu berfikir seperti itu, tapi engga dengan marvel. Marvel sifatnya setia sama satu wanita, bukan berarti dia menyia-nyiakan kamu apalagi tidak menghargai perasaan kamu".
"Aku tahu, sekarang aku nggak kuat. Kamu harus selamatkan marvel sekarang juga!. Pergi! Pakai mobil aku! ".
Zurra memberikan kunci mobil nya, gesya tidak ingin menerimanya tetapi zurra tetap bersikeras memberi kuncinya.
"Bagaimana cara kamu pulang nanti nya? ".
"Jangan peduliin aku, gesya!".
"Ta-".
"Cepat! ".
Karena merasa terdesak, gesya akhirnya meninggalkan Zurra dengan berat hati. Ini seperti perampokan mobil.
Gadis yang merelakan semua itu menyandarkan sikunya ke bendungan, tangisnya belum meredah, malah makin parah.
Pernahkah kalian merelakan? Bagaimana rasanya merelakan secara terpaksa?. Sakit bukan? Sudah pernah dijelaskan bahwa merelakan secara terpaksa bukan hal yang mudah.
Teori Dilan selama ini salah, karena yang berat bukan rindu tetapi merelakan seseorang secara terpaksa.
Belum sampai sepuluh menit, gesya menempuh perjalanan cukup jauh dari bendungan hingga sampai ke hospital yang diarahkan oleh Zurra. Ia mencabut kunci mobil lalu berlari ke meja kasir bertempat di ruang tunggu. Kakinya sisa melangkah beberapa langkah kemeja kasir, akan tetapi ada seorang pria yang menghalangi nya.
Ia terpaksa lagi menunggu pria dan suster berbincang mengenai surat perjanjian pasca operasi kehamilan, kalau bukan banyak orang diruang tunggu, mungkin dia sudah menerobos si pria yang tiba-tiba menghalangi langkahnya.
Hampir dua menit gadis itu menunggu, pria penghalang langkah nya akhirnya pergi dan ia bisa mendapatkan giliran bertanya.
"Halo, kak. Ada yang bisa kami bantu? ".
"Pasien atas nama Marvel Gevandra Pratama menempati kamar nomor berapa yah? ".
"Pasien sedang dalam masa ruang tindak. Kakak bisa terus saja kesana.... kalau melihat orang terdekat berarti sudah itu tempat nya".
"Oke Terima kasih banyak yah, sus.... ".
"Sama-sama kak.... ".
Gesya mengikuti arahan suster, memorinya terulang disaat waktu marvel hampir tidak bisa diselamatkan diruang tindakan karena ulah geng rivalnya. Gesya tidak mau terulang lagi, sekujur tubuhnya mengalami keringat dingin.
Matanya berpapasan dengan segerombolan orang yang wajahnya pada ia kenal semua. Seperti kucing sedang menunggu makanan di depan pintu bersama kegelisahan menggerogoti pikiran.
Varo mengarahkan pandangan nya ke arah gesya yang berjarak sekitar beberapa langkah kaki. Setelah varo menoleh barulah yang lainnya ikut menoleh ke arah gesya.
"Ge-gesya? Kenapa kamu bisa ada disini? ".
"Karena aku dapat kabar dari orang yang mencintai marvel".
"Maksud mu Zurra? ".
"Iya. Apa alasan kalian tidak memberi tahukan ini?, aku adalah istri marvel dan aku berhak tahu apapun tentang marvel".
Raisa menghela nafas menghampiri anak kesayangan nya. "Sayang, dengarkan penjelasan bunda yah?. Marvel nggak mau kamu kuatir dengan kondisinya sekarang".
"Aku udah khawatir dari awal, bunda!. Aku berusaha selamatin dia dari pikiran bunuh diri dan sekarang aku malah membuat pikiran bunuh diri itu kembali! ".
"Tenang dulu, sayang. Jangan menangis seperti itu, ceritakan pada bunda dan yang lainnya".
"Iya gesya, ada apa sebenarnya? ". Anggasta mengusap lembut pipi gesya.
"Harry adalah orang yang kalian cari-cari, anggasta. Dia adalah adik dari Ketua angkatan satu geng Argos, sahabat marvel dulu bernama kaiden, berarti Rayyan masih hidup sampai sekarang".
"Apa?! ". Anggota inti Argos memasang wajah terkejut.
"Setahu kita kak Rayyan sudah tiada.... ".
"Aku nggak bisa ceritain secara mendalam sekarang, aku nggak kuat.... aku lagi hancur sekarang".
Gevano memeluk gesya, ia tahu gadis itu sedang menyesal sekarang. "Kesayangan ketua kita nggak boleh nangis. Asalkan sekarang kita udah tahu pelakunya".
"Aku udah salah pilih pasangan, padahal aku udah dikarunia kan marvel yang lebih mencintai aku dibandingkan Harry! ".
"Wajar kalau manusia membuat kesalahan, aku sendiri pernah kentutin pacar aku".
"Jangan bercanda! ".
"Eh iya ya yah! Aku nggak akan bercanda lagi. Sekarang berdoa biar hasilnya cepat keluar....".
Pintu ruangan terbuka, gesya melepaskan pelukannya untuk menghampiri dokter yang mengatasi suaminya. "Dokter!. Bagaimana dengan operasi nya? Suami saya tidak kenapa-napa? ".
"Puji Tuhan operasi nya berjalan dengan lancar, pasien masih dalam pemulihan kepalanya mungkin bisa saja terganggu".
"Jadi, apa suami saya akan hilang ingatan untuk kesekian kalinya? ".
"Semoga saja tidak!. Namun, tadi pasien mengeluarkan banyak darah. Maka dari itu, kami membutuhkan donor darah".
"Golongan darah apa dokter? Saya akan segera carikan! ". Pinta farelino.
"Golongan darah A, B".
Mendengar jawaban dokter mereka terdiam, golongan darah itu justru sangat langkah. Satu-satunya orang yang mempunyai golongan darah itu adalah gesya.
"Ba-baiklah dokter kami akan segera carikan golongan darah yang sama".
"Tuan, nyonya, kami ikut membantu mencari nya yah? ".
"Terima kasih banyak, ayo".
"Tunggu! ".
Beberapa orang yang hendak berpencar mendiami diri mereka ditempat yang telah mereka langkahi dan menatap wajah gesya.
"Untuk apa kalian mencari jauh-jauh?". Dengan mata berkaca-kaca gesya menatap sang dokter. "Dokter, golongan darah saya A,B. Ambil saja darah saya".
"Gesya, tapi kamu masih tujuh belas tahun. Pendonoran darah harus berumur dua puluh tahun keatas, dan kamu belum cukup umur". Larang raisa.
"Nggak apa-apa, bund. Aku nggak mau jadi istri yang selalu nyakitin marvel terus, aku.... aku mau jadi istri yang berguna untuk suami aku".
Farelino serta raisa selaku orang tua gesya tidak dapat mengucapkan sepata-kata pun, anggota inti Argos saling bertatapan satu dengan yang lain mereka juga merasa terharu. Banyak sekali tantangan yang ada di kehidupan ketuanya dan istri ketuanya, ini adalah untuk menguji cinta akan kuat sampai di titik mana ketika kedua hati bisa bertahan.
"Ayah, izinin gesya yah? ".
Sang ayah menatap sang istri ada keraguan untuk membiarkan darah anaknya diambil apalagi belum cukup umur bagi mendonorkan darah.
"Pasien sudah sangat membutuhkan darah. Kalau tidak segera mendapatkan donoran mungkin.... ".
"Ayah bunda dengar kan?!. Tanda tangan suratnya sekarang!, gesya.... gesya nggak mau marvel pergi kayak tante jasmine dan suaminya".
"Sa-sayang. Tanda tangani saja suratnya". Raisa melawan keraguan nya.
"Kamu yakin, raisa? ".
"Golongan darah A,B sulit didapatkan. Dokter, kalau boleh ambil saja darah anak kita yang masih berumur tujuh belas tahun".
"Kami bisa menyetujui nya. Kita memiliki syarat jika ada reaksi yang tidak diinginkan jangan persalahkan kami, kalau tuan dan nyonya hendak menyetujui.... silahkan tanda tangan ini".
Farelino mengambil berkas persetujuan pendonor an darah dari anaknya yang masih dibawah umur, jika tidak segera mendapatkan donoran akan semakin membuat kesan darurat. Farelino masih sempat nya menghela nafas, keraguan masih meliputi wajahnya.
Namun, ia melihat anaknya yang penuh harap agar ia dapat menandatangani surat pemberian dokter.
Pria tersebut memberikan surat itu kembali kepada dokter. "Baiklah, untuk non gesya silahkan pergi ke ruangan ambil darah. Untuk tuan dan nyonya bisa ikut saya ke ruang konsultasi".
"Gesya, kita ikut yah? ". Gevano menggenggam tangan gesya, ia memakai jaket solidaritas dari geng Argos.
"Kita juga ikut! ". Anggota inti Argos menawar secara serentak.
Gesya sedikit tidak nyaman, mulut orang akan bicara apa kalau melihat nya satu-satunya perempuan berbawaan dengan sebelas orang laki-laki.
Anggota inti terdiri dari Gevano, Rio, Varo, Mahesa, Afgan, Zefran, Kevin, Evan, Areksa, Aldo, dan Naldo.
"Bikin malu aku aja kalian ini. Ngapain kalian mau ikut? Mau dibilang apa aku sama orang-orang nanti nya?. Kalian disini aja pantau in marvel buat aku, okey? ".
"Nggak! Kita mau ikut". Ucap Areksa bernada sedikit memaksa.
"Tapi kalian ngapain berbondong-bondong ikutin aku?, kalian mau masuk di ruangan ambil darah juga? ". Gesya muak.
"Yah iya lah! Kita udah janji sama ketua terbaik Argos kalau kita bakal ikutin kamu kemana aja". Naldo memperbaiki rambut nya didepan kaca besar. "Nggak ada masalah nya kalau kita ikut".
"Masalah nya ruangan nya nggak cukup!. Kalau kalian ikut susternya nggak akan nyaman".
"Kita nggak mau tahu!. Kalau kita melanggar janji sama kak marvel, kita akan dikeluarkan dari anggota inti Argos". Imbuh evan.
"Yaudah! Tapi jangan banyak bicara yah di sana?. Laki-laki nggak cocok kalau punya mulut cerewet".
"Tenang saja! Cepetan, pasti alatnya sudah dipersiapkan disana".
Mau tidak mau, gesya harus pergi bersama sebelas anggota milik suaminya. Dia dibuat tak nyaman dengan tatapan orang-orang, kuncinya pura-pura tidak lihat saja, berfikir positif sampai ke tempat yang dituju.
Saat sudah sampai, suster petugas ambil darah sedikit terkejut. Hanya satu yang mengambil darah, pawangnya ada sebelas orang terlebih khusus wajah diantara mereka tampan semua.
"Waduh, ini semua pawangnya, non? ".
"Hehehe, suster nggak keberatan kan? ".
"Engga kok, non! . Lumayan buat cuci mata". Bisik suster itu.
Gesya tertawa kecil. Ternyata hawanya dingin, tidak heran kalau gevano dan lainnya memakai jaket.
Selama pengambilan darah berlangsung, suster dan gesya berbincang-bincang. Apa yang dilakukan oleh kesebelas laki-laki yang mengikuti gesya? Apa yang dilakukan kalau bukan mabar game online?.
Ternyata sedari tadi suster bernama Rara sudah memperhatikan jaket yang dikenakan segerombolan laki-laki yang sama. Ia berniat menanyakan soal itu karena rasa ingin tahu.
"Mereka anggota geng motor, non? ". Tanya Rara.
"Eh iya, anggota inti suami saya yang lagi dirawat".
"Enak banget yah jadi istri ketua geng motor?".
"Lumayan lah, suster. Ada yang berbeda juga, nggak semuanya jadi istri ketua geng itu enak".
"Kalau non gesya gimana?. Pasti bahagia yah?".
Gesya menunduk, senyuman tetap terlihat namun matanya menunjukkan senyuman itu palsu. "Yah, saya bahagia".
"Semoga suami non gesya bisa sembuh, yah?. Non harus kuat".
"Terima kasih, sus.... ".
"Sama-sama. Kita sudah berhasil mengambil satu kantong darah, seperti nya sudah cukup. Non sudah bisa kembali ke ruangan pasien".
"Baik, sus. Saya kembali dulu".
"Silahkan, kalau ada rasa pusing silahkan berobat. Sebenarnya kalau bukan mendesak kita tidak menerima pendonor darah dari non".
"Tidak apa-apa. Saya hanya ingin menolong suami saya".
"Semoga suami non cepat pulih.... ".
"Amin. Saya diluan, Sus".
Suster rara menganggapi hanya dengan anggukan kepala. Tugasnya sekarang adalah membuntuti gesya dan kesebelas laki-laki dari belakang untuk mengantarkan darah yang diambil dari gesya.