Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Apa salahnya cari angin.
Zakia juga melihat Gus Kais berdiri di ambang pintu dari dalam mobil, artinya ia siap berperang. Zakia juga berpesan pada Melani agar hati-hati di jalan, Zakia turun dari mobil. Melani langsung tancap Gas pergi.
"Dari mana saja kamu?" Gus Kais bersedekap wajahnya penuh intimidasi menatap Zakia yang baru saja sampai.
"Dari pasar malam." Zakia langsung nyelonong masuk, tidak menyalami tangan Gus Kais nampaknya hatinya masih jengkel dengan keadaan tadi siang.
"Hebat yah kamu! sudah berani-beraninya keluar rumah tampa seizin aku, pergi sama siapa tadi kamu? apa pergi sama Wisnu yah pacar kamu yang kerja di Toko Marwah itu!" tatapan Gus Kais nampak tidak senang, nada suaranya begitu ketus, entah ia marah atau memang ia cemburu, tapi Zakia tidak mau menyimpulkan itu.
"Sama Melani! lagi pula apa salahnya cari angin, aku juga butuh menengakan fikiran ku Gus!" Zakia berjalan hendak menuju kamar
Namun lengan tanganya langsung di tarik Gus Kais, hinga wajah Zakia berada tepat di hadapannya.
"Cari angin kamu bilang? sedangkan Umi dari tadi telfon pengin bicara sama kamu, dan aku ngak ada jawaban, karean kamu ngak ada di rumah!" hardik Gus Kais, matanya mendelik kearah Zakia.
"Bicara saja yang sejujurnya Gus bukankah ini yang Gus mau?" kali ini Zakia nampak berani, sorot matanya juga kembali tajam menatap Gus Kais. "Rasa-rasanya benar sabar itu ada batasannya Gus." Bulir mata itu kembali jatuh.
Gus Kais tergagap ia langsung melepaskan cengkeraman tangannya, ia tidak percaya kalau Zakia bisa menjawabi perkataannya.
"Aku gagal Ya-Allah. maafkan aku, aku malah jatuh cinta dengan hambamu yang satu ini." Gumam Zakia dalam dada, rasanya hatinya begitu sesak saat mendapati di bentak Gus Kais, di abikan, dan tidak di perdulikan.
Saat mereka berdua sedang berdebat. Ponsel Gus Kais berdering Pangilan Video Call dari Umi Salimah
"Aduh gimana ini Umi Video Call?" sedikit sungkan Gus Kais menatap Zakia yang sendu.
Keduanya langsung kalang kabut, karean memang. Gus Kais dari awal sudah meminta persepakatan pada. Zakia kalu jangan sampai Umi dan Abah tahu soal pernikahan mereka yang di selimuti kepalsuan itu.
"Ini kamu pegang Ponsel ku angkat cepetan." Gus Kais nampak begitu memaksa.
Zakia meraih ponsel Gus Kais dengan berat hati langsung mengangkat pangilan Video Call Umi Salimah.
"Hallo Umi. Assalamualaikum..." Zakia terseyum getir namun matanya masih nampak sendu.
"Waalaikumsalam... darimana saja Ki, Umi telfon nomer kamu juga ngak aktif?"
Zakia bingung harus menjawab apa? tiba-tiba. Gus Kais langsung muncul dari belakang dan melingkarkan tangannya sampai perut Zakia hal itu tentu saja membuat Zakia kikuk.
"Oh-Iya Umi, tadi Kia minta keluar sebentar jalan-jalan yah sayang yah..." Gus Kais terseyum ke layar ponsel, dagunya sengaja ia taruh di pundak Zakia.
Umi dan Abah yang melihat itu merasa senang buka! Karean mereka fikir pelan-pelan Gus Kais sudah mau menerima perjodohan itu.
"Kok mata kamu sendu Nak? kamu kenapa?" Ucap Umi dengan lembut pada Zakia.
"Di marahin Bojo mu-ia?" Timpal Abah sedikit terkekeh.
"Ngak Abah, Umi, tadi mata Kia kelilipan aja." Umpat Zakia pura-pura kelilipan, bahunya risih menadah dagu Gus Kais, sekali ia menoleh pasti wajah mereka langsung bertemu pandang.
"Oh-Gitu, jangan pada ribut yah! kalian yang akur di rumah." titah Umi dan Abah.
"Iya sama sekalian kalian berdua besok nyusul yah, Umi sama Abah cuma nginep satu hari ini di rumah temannya Abah, besok Umi sama Abah mau jalan-jalan ke Parang Tritis sama temannya Abah juga, jadi Umi minta besok pagi kalian nyusul yah."
Jantung mereka berdua seketika tidak normal saat kaget mereka bertemu pandang, karean tidak menyangka di minta menyusul ke parang tritis.
"Iya Umi besok kami pasti nyusul, kami mau Istrahat dulu yah." Gus Kais sudah melepaskan tautan tangannya pada Zakia. ia begitu terburu-buru ingin mematikan Pangilan Video Call karean debaran jantungnya begitu tidak normal
Setelan pangil Video Call di matikan barulah Gus Kais bisa bernafas dengan lega. "Ayo kita Istrahat besok kita susul Umi sama Abah" Gus Kais jalan mendahului.
Zakia tertinggal di belakang, "Entah perasaan apa lagi ini? kenapa jantung ku terus berdebar, lagi pula bukankah Gus Kais sendiri yang mengatakan ia tidak mau liburan, kenapa sekarang ia malah mengiyakan tawaran Uminya." Gumam Zakia mengerutkan keningnya.
"Dasar laki-laki membingungkan!" protes Zakia dalam hati.
Mereka berdua masuk kedalam kamar beriringan, mereka gantian memakai kamar mandi untuk menganti baju.
Malam Ini tidak terjadi Apa-pun pada mereka, Gus Kais langsung tidur, Zakia juga langsung istirahat mereka menunggu hari esok pagi untuk berangkat ke. Semarang menyusul Abah dan Umi.
.
.
Pagi hari yang cerah, mereka berdua bangun bersama setelah melaksanakan shalat subuh berjamaah, seusai itu mereka hening kembali meng peking barang bawaan mereka masing-masing.
Setelah siap Gus Kais membawakan tas Zakia ke bawah, langsung memasukan nya kedalam Mobil beberapa Ustadz bertanya pada Gus Kais, karean Gus Kais sudah rapih sepagi ini.
"Mau kemana Kau Gus?" Ucap Ustadz Samsudin yang kebetulan sedang joging pagi memutari halaman pesantren.
"Aku mau nyusul Umi ke Semarang mungkin pulangnya tiga hari ke depan, nanti kalau ada tamunya abah kalian tolong temuin yah, ini sama sekalian aku nitip kunci." Gus Kais menyerahkan kunci pada Ustadz Samsudin.
"Pergi sendiri saja apa sama Bojo mu?" karean Ustadz Samsudin tidak melihat Zakia.
Karean Zakia sudah lebih dulu masuk kedalam mobil.
"Sama istri ku, dia sudah naik lebih dulu, yah sudah aku pamit yah Din. Assalamualaikum" saat menyebut nama istri sengaja Gus Kais menaikan volume suaranya karean di seberang sana ada Ustadz Hisyam yang sedang menyapu halaman Aula.
Sakit tapi tak berdarah mendengar pengakuan itu, "Ternyata Gus Kais sudah mau nerima kamu Zakia, syukurlah kalau begitu aku lega mendengarnya." bibir terseyum hati teriris saat tahu kalau Gus Kais sudah bisa menyebut Zakia istrinya.
Terkadang cinta itu memang tidak salah, tapi kadang kita yang mencintai orang yang tepat dengan cara yang salah, kadang kala juga kita mencintai orang yang salah dengan cara yang tepat.
Contohnya Ustadz Hisyam ini, beliau mencintai Zakia dengan cara yang salah, akhirnya ia merasakan penyesalan karean terlambat mengucapkan perasaan itu.
"Sepertinya memang benar aku harus segera risen dari sini." Batin Ustadz Hisyam, ia sudah mendapatkan pekerjaan baru mengajar di pesantren Salaf di sebuah desa terpencil yang hanya memiliki satu akses jalan untuk menuju kesana.
Selamat pagi Kaka-kaka yang sudah mau minta membaca karya sesederhana ini, salam sayang salam hangat. Salam dari penulis dari Jawa Tengah💕💕💕