NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Balas Dendam

Jalan Menuju Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Matabatin / Iblis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: A.J Roby

Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Petunjuk

Aldi membuka matanya, ia berbaring di ruang tengah. Netranya menelisik sekitar, kanan kirinya terdapat segala jenis ubo rampe. Mbah Wo duduk memejamkan matanya, mulutnya tak berhenti berkomat-kamit. Aldi masih merasakan perih serta panas di perutnya, lukanya masih sama seperti sebelumnya.

“Mbah” Lirih Aldi

“Menengo sek le!”

Mbah Wo kemudian menjangkau sebuah tembikar, tangannya terlihat mengambil sesuatu dari dalam tembikar. Bunga kantil dan kenanga yang telah dihaluskan lalu dioleskan ke perut Aldi. Sontak Aldi meronta-ronta, perihnya sangat amat menusuk hingga ujung matanya menitihkan air. Mbah Wo mengambil kain kasa lalu melilitkannya di perut Aldi dengan lembut hingga semua lukanya tertutup rapat.

“Sudah le, tidur aja sekarang. Besok mbah mau ngomong”

Aldi sedikit tertatih, ia berjalan pelan menuju kamar. Ia melihat kedua sahabatnya tidur tentram dengan posisi berjauhan. Mau tak mau Aldi tidur di tengah-tengah Dimas dan Riki. Ia membaringkan tubuhnya mencoba untuk terlelap.

“Ini mobilku asu!” Oceh Dimas dengan matanya yang masih terpejam.

Aldi menghembuskan napasnya berat, setelah menghadapi para pocong kini ia harus menghadapi sahabatnya yang mengigau tidak jelas.

“Nih BPKB sama STNK lengkap! Aku belinya cash! Enak aja mau disita!” Lanjut Dimas.

Aldi hanya membiarkan lalu mencoba menutup matanya dengan posisi telentang. Tiba-tiba…

“Bughhhh”

Pukulan Dimas mendarat mulus ke perutnya, luka yang tadinya terasa mendingan kini harus nyut-nyutan lagi akibat pukulan Dimas. Aldi kembali merangkak keluar kamar menuju ruang tamu untuk merebahkan dirinya. Sedangkan Dimas masih berdebat dengan debt collector yang mencoba mengambil mobilnya di dalam mimpi.

Sementara Suro mencari keberadaan Melati yang menghilang. Ia menelusuri sekitar desa namun tak menemukan Melati di sana. Suro menuju ke perbatasan desa dekat gapura selamat datang yang telah usang, Melati berada di sana sedang membombardir siapapun yang ada di sana.

“Melati cukup!” Perintah Suro

Melati menoleh dan melihat Suro dengan tatapan nyalang, segera Melati menghentikan aksinya. Sementara para pocong yang menjadi samsak telah lenyap perlahan-lahan. Kerusakannya tak main-main, area persawahan luluh lantah akibat tornado yang diciptakan Melati.

Mereka berdua akhirnya pulang, di perjalanan nampak banyak sisa-sisa pasukan pocong yang berjaga. Namun karena kekalahan telak bagi pasukan pocong membuat mereka tak bisa seenaknya menyerang Melati dan Suro jika tidak ingin lenyap sia-sia.

Sesampainya di rumah mbah Wo mereka berdua melihat Aldi meringkuk di kursi panjang ruang tamu.

“Mas kenapa kamu ndak tidur di kasur sih?” Ucap Melati yang kini sudah merubah wujudnya menjadi kuntilanak reguler.

“Pengennya sih di kasur Mel, tapi perutku habis ditabok Dimas yang ngelindur” Rintih Aldi

“Emang anjink itu anak, ngelindurnya ndak aturan” Lanjut Aldi

Suro nampaknya menahan tawanya namun langsung diam saat Melati melirik tajam. Akhirnya Suro menjaga Aldi sementara Melati ingin melakukan sesuatu yang kurang terpuji.

“Dim anterin ke kamar mandi”

Suara serta tepukan lembut sedikit membangunkan Dimas.

“Apasih! Lanang kok penakut” Balas Dimas masih dengan mata terpejam

“Dim.. anterin lah serem ini!”

Dimas yang tak tahan karena bahunya sedari tadi digoyang-goyang, ia berbalik badan melihat sesosok wanita dengan wajah pucat pasi, matanya hanya menyisakan pupil kini menatapnya tajam. Rambutnya yang panjang dengan tekstur yang kasar bersentuhan langsung dengan kulit Dimas. Sontak Dimas berteriak sejadi-jadinya. Ia merigkuk di pojokan kamar dengan selimut seraya ketakutan hingga pagi menjelang. Semua penghuni rumah telah diatur oleh Melati agar tak dapat mendengar teriakan Dimas.

***

Dalam sebuah ruangan yang gelap tanpa ditemani setitik cahaya, terbaring seorang pria yang tergletak tak sadarkan diri, tubuh bagian atasnya dari dada hingga ke perut membiru seperti seorang yang telah dihajar bertubi-tubi. Segala sesajen berserakan tak karuan memenuhi lantai di dalam ruangan. Tak ada darah sedikitpun yang menetes dari tubuh pria itu. Namun tulang serta organ dalamnya yang mengalami cedera akibat pasukan pocongnya kalah telak sehingga membalikkan serangan itu kepada dirinya.

Pocong dengan wajah yang menyisakan tengkorak hanya diam di pojok ruangan seraya menatap pria tua tak berdaya yang sedang terbaring tak sadarkan diri. Energi yang dimiliki pocong tengkorak amatlah besar, jauh lebih besar dari pocong wedon walaupun ukuran pocong ini normal seperti pocong lainnya.

***

Pagi ini Riki bangun lebih segar dibandingkan beberapa hari kemarin. Tapi matanya terbelalak saat mendapati tidak ada Aldi di sampingnya, Dimas juga meringkuk menutup dirinya dengan selimut.

“Dim…Dim” Ujar Riki sambil menepuk-nepuk

“Haaaaaa”

Dimas terkejut, ekspresinya ketakutan lengkap dengan kantong mata yang menghitam tanda ia tak bisa tidur semalaman.

“Ada apa?” Tanya Riki khawatir

“Aku lihat kuntilanak tadi malam Rik” Balas Dimas yang masih gemetar.

Akhirnya Riki membantu menenangkan Dimas agar tak lagi terkepung dalam ketakutan yang mendera. Ia langsung pergi mengambilkan air minum, akhirnya Dimas sedikit lebih tenang. Walaupun dalam hatinya Riki terkekeh karena bukan dirinya saja yang mendapat gangguan makhluk astral selama di sini.

Sementara Aldi bangun dengan badan yang lebih segar, lukanya terasa semakin membaik walaupun masih terasa sakit. Ia bangun langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah sarapan trio Aldi, Riki dan Dimas dikumpulkan oleh mbah Wo.

“Kenapa kowe Dim” Tanya Aldi yang keheranan melihat mimik wajah Dimas

“Ndak bisa tidur” Balas Dimas sekenanya

Aldi melihat Melati yang menahan tawanya langsung paham apa yang telah terjadi dengan Dimas semalam. Ia memutuskan untuk tak membahasnya lebih jauh lagi.

“Dimas, Aldi, Riki” Seru mbah Wo

Mereka semua kompak memandang mbah Wo dengan penuh rasa penasaran. Mbah Wo menjelaskan bahwa Aldi adalah seorang anak indigo yang memiliki kemampuan khusus.

“Gimana perutmu sekarang le?” Tanya mbah Wo seraya menatap Aldi

“Udah mendingan sih mbah, tapi masih lumayan sakit”

Mbah Wo memberikan pengertian kepada Dimas dan Riki terkait kemampuan Aldi serta apa yang telah dilaluinya tadi malam. Sontak hal itu membuat kedua remaja itu bergidik ngeri. Mbah Wo melanjutkan dengan memberi wejangan kepada Dimas dan Riki agar senantiasa membantu Aldi, semua ini demi kepentingan desa. Mbah Wo sendiri sebenarnya sudah jengah dengan terror pocong yang tiada henti, membatasi aktivitas warga selama bertahun-tahun membuat perekonomian desa juga terhambat.

Akhirnya Dimas dan Riki setuju untuk menyusun rencana pembongkaran terror meskipun mereka berdua sedikit ragu. Mereka bertiga ditambah mbah Wo kompak mendiskusikan rencana. Orang tua Dimas telah pulang sejak hari pertama, mereka hanya menginap satu malam. Maka dari itu mereka lebih bebas untuk melakukan apapun selama mendapat persetujuan dari mbah Wo.

Pintu depan diketuk menandakan ada seseorang di balik pintu. Saat membuka pintu ternyata adalah pak Kades.

“Ada apa pak?” Tanya mbah Wo

“Itu yang kecelakaan kemarin sekarang sudah mendingan mbah, dia ada di balai desa sekarang” Ujar pak Kades

Akhirnya empat orang tersebut bergegas pergi ke balai desa. Sesampainya di sana Aldi sedikit tertahan untuk masuk, dadanya kembali sakit seperti sedang ditindih oleh beban berat.

“Kenapa le?” Tanya mbah Wo

“Aman mbah, ndakpapa cuma kecapekan” Balas Aldi sambil memberikan jempolnya.

Energi negatif itu langsung ditekan balik oleh Suro dan Melati sehingga dada Aldi merasa sedikit lebih baik. Ia melenggang menuju pendopo di tengah balai desa untuk menemui salah satu orang yang menjadi korban keganasan terror pocong.

Mereka duduk di tikar melingkar seperti sedang bermusyawarah. Arul selaku korban selamat membeberkan seluruh kejadian yang menimpa dirinya tanpa ditutupi sedikitpun. Aldi shock mendengarnya.

“Gimana ini pak Kades? Sudah bertahun-tahun terror terjadi tapi ndak ada solusi sama sekali” Ujar salah satu perangkat desa yang ternyata Agus

Pak Kades sendiri terlihat kebingungan pasalnya kejadian seperti ini hampir tiap tahun menimpa desanya. Minimnya pengawasan masyarakat saat malam hari membuat banyak korban yang tidak tertolong akibat ulah para pocong tersebut.

“Bagaimana kalau tiap malam kita adakan doa bersama di masjid untuk meminimalisir ini semua?” Ujar pak Kades yang sebenarnya buntu

“Berapa tahun kita selalu berdoa bersama tapi hasilnya sama saja pak! Teror pocong terus terjadi!” Ujar Agus menggebu-gebu

“Kita ikhtiar dulu pak Agus” Ujar salah satu perangkat desa untuk menenangkan

“Berapa kali kita harus ikhtiar?! Kalau njenengan ndak mampu ngatasi masalah ini mending njenengan mundur aja dari jabatan njenengan!” Balas Agus ngotot sambil menujuk-nunjuk pak Kades.

Aldi yang sedari tadi memperhatikan, ia memicingkan matanya melihat betapa ambisinya Agus untuk mengatasi masalah ini. Ia sempat berpikir bahwa orang ini adalah orang baik. Namun dugaannya buyar saat dirinya melihat Agus yang seringkali memegang dadanya seperti orang yang sedang menahan rasa sakit.

Mbah Wo dan dirinya saling menatap lalu mengangguk seakan mengerti apa yang terjadi. Namun mereka tidak bisa langsung gegabah. Ia perlu perhitungan yang matang.

Pocong dengan wajah tengkorak memperhatikan perkumpulan mendadak ini dari jauh tanpa satu orang pun menyadarinya.

1
Ham
semoga bisa update terus
Marss256
Banyakin aksi Melati thor
Was pray
lah isi suratnya apaan? para pembaca disuruh mengira Ira sendiri kah?
A.J. Roby: Seperti biasa, jawabannya kita cari tahu di bab selanjutnya😁
total 1 replies
Venaaaaa
Keren
A.J. Roby
Haloo para readers, semoga novel ini dapat dinikmati bersama. Pengalaman horor yang pernah author alami juga dituangkan di dalam novel ini. Semoga para readers suka


Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁
Was pray
suro dan melati gak mengawal Aldi ke balai desa kah? sehingga kemunculan pocong tengkorak gak terdeteksi
A.J. Roby: Mari kita cari tahu jawabannya di bab berikutnya😁
total 1 replies
Yudha Sukma
ditunggu updateannya thor
Tsumugi Kotobuki
Kapan ni thor? Seperti sudah lama sekali gak ada updatenya, rindu aksi si tokoh utama!
A.J. Roby: Haloo kak, terimakasih telah membaca cerita author yaa. InsyaAllah author akan udpate setiap hari kalau ga ada urusan mendadak. Tunggu terus update selanjutnya yaa
total 1 replies
Mưa buồn
Penulis luar biasa.
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga suka dan terhibur yaa
total 1 replies
LOLA SANCHEZ
Ngakak sampai sakit perut 😂
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga selalu terhibur dan tunggu update selanjutnya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!