NovelToon NovelToon
“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Pembaca Pikiran
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Lian, gadis modern, mati kesetrum gara-gara kesal membaca novel kolosal. Ia terbangun sebagai Selir An, tokoh wanita malang yang ditindas suaminya yang gila kekuasaan. Namun Lian tak sama dengan Selir An asli—ia bisa melihat kilasan masa depan dan mendengar pikiran orang, sementara orang tulus justru bisa mendengar suara hatinya tanpa ia sadari. Setiap ia membatin pedas atau konyol, ada saja yang tercengang karena mendengarnya jelas. Dengan mulut blak-blakan, kepintaran mendadak, dan kekuatan aneh itu, Lian mengubah jalan cerita. Dari selir buangan, ia perlahan menemukan jodoh sejatinya di luar istana.

ayo ikuti kisahnya, dan temukan keseruan dan kelucuan di dalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Kabut hutan barat semakin tebal, menyelimuti pepohonan tinggi yang menjulang bagaikan pilar hitam di tengah lautan putih. Suara burung hantu sesekali menggema, menambah kesan mencekam. Rombongan kecil yang awalnya hanya terdiri dari empat orang kini bertambah dengan kehadiran para prajurit bayangan, meski jumlah mereka tidak banyak.

Chen Yun berjalan paling depan, wajahnya menegang tapi juga bersemangat. Matanya berkilat setiap kali menatap sesama mantan anak buah ayahnya. Di dalam dada, ia merasa darahnya kembali mendidih.

Liu Ning berjalan di sisi Lian, sesekali melirik perempuan itu yang tampak termenung. “Kau terlihat gelisah. Apa kau melihat sesuatu lagi?” tanyanya hati-hati.

Lian terdiam beberapa saat, seakan menimbang apakah perlu mengatakan hal yang ia lihat dalam penglihatan semalam. Akhirnya ia hanya menggeleng. “Tidak… hanya firasat buruk. Seolah jalan ini akan membawa kita ke pusaran besar.”

Liu Ning menegang. Ia mengenal kata-kata itu. “Firasatmu… selama ini jarang salah.”

Lian menatapnya sebentar, kemudian menunduk. Dalam hati ia membatin, " Jika aku berkata bahwa di jalan inilah darah akan tumpah, mereka mungkin akan ketakutan. Tapi… mungkin justru ini jalur yang harus kami tempuh."

Yuyan yang sedari tadi diam, tiba-tiba menyahut. “Aku tidak suka sunyi begini. Rasanya terlalu tenang untuk sebuah jalur yang katanya rawan.”

Dan seolah menjawab ucapannya, sebuah suara berat terdengar dari pepohonan,

“Siapa yang berani melewati wilayah ini tanpa izin?”

Semua sontak siaga. Dari balik kabut, muncul sosok-sosok berjubah hitam, wajah tertutup kain, senjata berkilat di tangan. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada pasukan bayangan Chen Yun.

Liu Ning langsung berdiri di depan, pedangnya terangkat. “Siapa kalian?”

Salah satu pria berjubah hitam maju selangkah. “Kami… penjaga jalur barat. Tidak ada yang boleh lewat tanpa membayar darah atau emas.”

Chen Yun mengeram. “Penjaga? Lebih tepatnya bandit pengecut yang bersembunyi di balik kabut!”

Ketegangan meningkat. Para prajurit bayangan yang baru bergabung mulai gelisah. Mereka berbisik, “Jumlah mereka dua kali lipat dari kita.”

Lian mengamati dengan hati-hati. Wajah para bandit itu keras, tapi gerakan mereka disiplin terlalu rapi untuk sekadar perampok biasa. Dalam hati ia bergumam, Ini bukan bandit. Ini pasukan bayaran. Mereka disewa seseorang…

Suara hatinya bergema, membuat Chen Yun melirik cepat. Ia mendengar kata-kata itu,

Liu Ning maju setapak. “Kalau kalian hanya butuh emas, kami bisa memberinya. Tapi jangan sentuh rakyat desa, jangan halangi kami.”

Pemimpin bandit tertawa kasar. “Emas tidak cukup. Kepala kalianlah yang diminta.”

Tanpa aba-aba, mereka menyerang.

Pedang beradu, anak panah melesat. Hutan yang tadinya sunyi mendadak dipenuhi teriakan dan dentang logam.

Chen Yun bertarung seperti singa. Gerakannya cepat, pedangnya menebas dua orang sekaligus. Pasukan bayangan yang setia padanya ikut bertempur dengan penuh semangat, seakan ingin membuktikan kesetiaan mereka pada putra Jenderal Chen.

Liu Ning memimpin dengan tenang namun tajam. Setiap tebasannya presisi, melindungi orang-orang di belakang.

Yuyan, meski lebih banyak menggunakan belati kecil, lincah bergerak di antara tubuh lawan. Ia menusuk tepat di titik lemah, membuat musuh jatuh satu per satu.

Namun jumlah musuh terlalu banyak. Mereka terus berdatangan, seperti tidak ada habisnya.

Lian yang sejak tadi membantu warga desa, kini berdiri di pinggir pertempuran. Tangannya gemetar, tapi ia tahu harus berbuat sesuatu. Ia meraih kantong ramuan, lalu melempar botol kaca kecil ke arah tanah tempat musuh berkerumun. Botol itu pecah, mengeluarkan asap pekat beraroma menusuk.

“Cepat mundur dari asap itu!” serunya.

Musuh yang terjebak dalam asap mendadak batuk keras, mata mereka berair hingga tak bisa melihat jelas. Chen Yun segera memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang balik.

Pertarungan berlangsung sengit.

Di tengah kekacauan, Lian kembali mendapat kilasan penglihatan Chen Yun jatuh tertusuk tombak panjang, darahnya membanjir di tanah. Ia terkejut, lalu berlari secepat mungkin ke arahnya.

“Chen Yun! Mundur ke kiri!” teriaknya tanpa sadar.

Chen Yun, yang sedang berduel dengan lawan, spontan bergerak sesuai arah teriakan itu. Dan benar saja, sebuah tombak panjang melesat dari balik kabut nyaris menembus dadanya. Berkat teriakan Lian, ia selamat.

Chen Yun menoleh kaget. “Bagaimana kau tahu—”

Lian tidak menjawab. Ia hanya menatapnya lekat, wajahnya pucat. Dalam hatinya ia berkata: "Aku tidak akan biarkan kau mati di depan mataku lagi. Tidak kali ini."

Pertempuran akhirnya selesai setelah hampir setengah jam. Tanah basah berubah menjadi merah. Mayat bergelimpangan. Hanya setengah dari pasukan bayangan Chen Yun yang selamat, sementara musuh melarikan diri setelah kehilangan banyak orang.

Napas semua terengah-engah. Liu Ning menyeka pedangnya, wajahnya penuh keringat dan darah. “Ini… hanya awal. Kalau mereka benar-benar bayaran, berarti kita sedang diburu.”

Chen Yun mengepalkan tangan. “Aku tidak akan lari lagi. Jika ayahku bisa menghadapi ribuan pasukan, aku pun harus bisa.”

Para prajurit bayangan yang tersisa bersujud. “Kami akan mengikutimu sampai mati, Tuan Muda.”

Mata Chen Yun berkaca-kaca. Ia ingin berkata sesuatu, tapi suaranya tercekat.

Lian menatap mereka. Dalam hatinya ada rasa haru bercampur getir. Ikatan mereka begitu kuat. Tapi ikatan seperti inilah yang bisa membawa mereka ke kemenangan… atau kehancuran.

---

Malam itu, mereka kembali beristirahat di sebuah gua kecil di balik tebing. Api unggun menyala redup. Bau darah masih menempel di udara.

Yuyan duduk sambil membersihkan pisaunya. “Kalau serangan ini berulang, kita tidak akan bertahan lama. Kita butuh rencana lebih besar.”

Liu Ning mengangguk. “Kita harus mencari tahu siapa yang mengirim mereka. Kalau benar Menteri Cun, berarti ia sudah menggerakkan separuh kekuatan gelapnya.”

Chen Yun diam. Ia menatap api, wajahnya keras. “Kalau begitu, kita harus mendahului mereka. Aku tidak ingin hanya jadi pelarian. Aku ingin merebut kembali kehormatan keluargaku.”

Semua mata tertuju padanya.

Lian, yang duduk agak jauh, merasa dadanya berdesir. Ia tahu ini saatnya Chen Yun tumbuh menjadi lebih besar dari sekadar seorang prajurit. Tapi di sisi lain, ia takut… takut akan penglihatan yang mungkin benar-benar jadi kenyataan.

Ia menunduk, membatin, "Apakah takdir benar-benar bisa diubah? Atau semua yang kulihat hanyalah jalan yang tak bisa dihindari?"

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di luar gua. Semua langsung siaga.

“Tenang! Aku orang desa tadi!” suara parau terdengar.

Seorang lelaki tua masuk, wajahnya penuh kerut, tangan memegang tongkat. Ia terlihat kelelahan. “Aku mencari kalian… setelah kalian menolong anak-anak di desa, kami tidak bisa tinggal diam. Aku ingin memberi tahu…”

Napasnya terputus-putus, lalu ia melanjutkan. “Menteri Cun… sudah mengirim orang ke desa kami. Mereka mencari kalian. Mereka tahu kalian melewati jalur ini.”

Semua terkejut.

“Berarti… ada yang membocorkan.” Yuyan menggertakkan gigi.

Liu Ning berdiri. “Kita harus bergerak sekarang. Kalau tidak, desa itu akan jadi korban.”

Lian menatap lelaki tua itu, lalu menggenggam tangannya. “Aku janji, kami tidak akan membiarkan mereka menderita lagi. Terima kasih sudah datang memberi tahu, meski berbahaya.”

Lelaki tua itu tersenyum lemah. “Selama masih ada orang seperti kalian, harapan belum mati.”

Setelah ia pergi, keheningan menyelimuti gua.

Chen Yun menoleh ke arah Lian. “Kenapa kau… selalu berani mengucapkan janji seperti itu? Bukankah itu terlalu berat untukmu?”

Lian terdiam lama. Matanya berkilau oleh pantulan api unggun. “Karena kalau tidak ada yang berani berjanji, siapa yang akan memberi mereka harapan?”

Chen Yun tertegun. Liu Ning pun menatap lama. Kata-kata itu menusuk jauh ke dalam hati mereka.

Dalam hati Lian melanjutkan, "Dan karena aku sudah mati sekali, aku tidak ingin hidup keduaku sia-sia."

Mereka yang mendengar kalimat terakhir itu menjadi keheningan gua seakan mengerti.

Malam itu, mereka semua tahu perjalanan mereka baru saja berubah. Dari sekadar pelarian, kini menjadi awal sebuah perlawanan besar.

Bersambung

1
Cindy
lanjut kak
Srimulyani
wah cinta segiempat Cen Yun banyak saingan
hani chaq
orang licik ga akan bertahan lama karna bakal termakan balik dengan kelicikannya
hani chaq
jodohnya kian dekat.....ayo semangat berjuang setiap keburukan pastilah akan kalah
hani chaq
emang seorang yg kuat harus berjodoh ma yg lebih hebat
hani chaq
masih menjadi teka teki siapa jodoh pedang langit
hani chaq
ini baru tambah asik.mantap polllll..... pokoknya
hani chaq
jgn biarkan ke4 org itu ada yg hilang.ayo.....kalian bisa
hani chaq
ayolah chen....ajari lian bela diri.seenggaknya bisa buat lebih bermanfaat
nara 🇮🇩 🇹🇼
bearti lian tak berjodoh denga kaisar liu ning,,kalau lian ketemu dengan pemilik pedang langit feng xuan,,
hani chaq
sayang sekali yg cewek2 pd ga bisa bertarung
hani chaq
benar2 jodohnya lian
kaylla salsabella
wah kasihan nanti Liu ning klu kian nikah sma pewaris satu nya
Tiara Bella
makasih Thor up nya....sangat menghibur berasa nnton dracin.... semangat ya
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
berada selalu disisi nya untuk menuju kebahagiaan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
wahhh, seperti harapan ku dong /Applaud/
seorang kaisar yang sangat berwibawa yang akan menjadi jodoh nya Lian
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
Lian bobo' cantik, sementara keluarga nya kelimpungan nyariin /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
penyesalan mu telat raja, Lian udah menutup hati nya untuk istana xu
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
kabulin dong yang mulai, biar Lian bisa buat gebrakan baru
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
pintar, Lian sang jenius baru muncul 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!