NovelToon NovelToon
Terjebak Dukun

Terjebak Dukun

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mata Batin
Popularitas:718
Nilai: 5
Nama Author: Uzae Nur

zaenab merasa ada yang salah ketika suaminya mengenal sosok pria tua misterius itu. namun zaenab tidak mau berburuk sangka dan menyangka hanya mungkin perasaannya saja. hari hari ia lewati dengan kecurigaan yang semakin ia yakini bahwa ini ada yang salah dan memperhitungkan bagian bagian yang janggal terhadap sikap suaminya termasuk ia melihat bahwa suaminya pulang membawa benda benda aneh.
mau tahu kelanjutanya? buka bab selanjutnya karena ini berdasarkan kisah nyata. selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uzae Nur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21 detik detik sihir

"baik.. paham saya paham. siapa nama kamu?" tanya sosok itu

"tuti"

"nama suami kamu?"

"yanto"

sosok 'nabi' itu memejamkan matanya. dan tangannya seperti sedang meremas benda sesuatu, mulutnya berkomat kamit entah apa saja yang dia baca tanpa ada yang bisa mendengar.

"ini... kamu kasih ke minuman yang hendak dia minum ketika menjelang magrib. dan ini minyak wangi pakai saat kamu mau tidur dengannya setiap hari. malam jumat besok pastikan datang kemari"

"baik 'nabi' "

"namun maharnya satu juta"

"baik 'nabi' " sambil merogoh uang yang ada di dalam tasnya. dan memberikannya langsung kepada sosok itu.

"jangan lupa... nanti asmat juga kamu kasih upah sebagai penyalur kamu menemui ku. uang ini aku terima dan menaruhnya di masjid atas nama kamu" ucapnya lagi

"baik 'nabi',,, kalau begitu saya pamit." sambil menggenggam benda-benda yang di berikan oleh sosok 'nabi' kini bu tuti mengerti antara asmat dan sosok 'nabi' ini.

bu tuti berjalan duduk dan mundur menuju pintu keluar kamar itu.

di ruang tamu itu mak ning juga masih di sana. perempuan renta itu sedang mengunyah siri sehingga mulut dan giginya bewarna merah.

"sudah selesai neng?" tanya perempuan renta itu

"sudah mak..."

tiba-tiba keluar asmat dari kamarnya dan duduk di salah satu bangku kosong.

"gimana neng?" tanya asmat

"ini kang... saya di kasih ini" bu tuti menunjukan benda benda yang ia dapat tadi.

"sudah di kasih ke 'nabi' maharnya?"

"sudah kan tadi kang"

"kalau uang mahar itu bukan milik saya neng. kalau uang mahar itu di terima sama 'nabi' berarti sudah di bawanya. sekarang saya gak pegang apa apa" tutur asmat

"hhmmb begitu ya kang"

bu tuti menjelaskan apa yang 'nabi' tadi sampaikan.

"hanya sebentar ya tadi? " tanya asmat

"iya kang... eehh kang boleh tidak kalau malam ini saya numpang istirahat disini saja. besok pagi saya akan pulang. malam malam begini saya takut apalagi sendirian." ucap bu tuti meminta izin.

"sebaiknya tidur di rumah mak ning saja, disana mak ning juga sendirian. kalau di sini sama saya takut di gerebek soalnya" asmat terkekeh

"oohh begitu ya... baiklah terimakasih kang"

"ya silahkan mak ning bu tuti nya di ajak. setelah ini kemari lagi bantu saya barangkali ada pasien lagi" ujar asmat

mak ning menjawab dengan anggukan.

asmat memandang ke dua punggung wanita berbeda usia itu. ada gelenyar aneh di dalam dada asmat saat memandang bu tuti.

eeiitts eeiittss.... asmat jatuh cinta lagi nih yeee ahihihihihii

tak jauh memang dari gubuk asmat hanya keluar dari kebun tempat dimana gubuk asmat didirikan ada sebuah rumah sederhana namun terasa nyaman sekali bagi bu tuti. mak ning mempersilahkan bu tuti masuk ke dalam rumah untuk beristirahat.

"tidur saja di kamar ini" titah mak ning menunjukan kamarnya sendiri kepada bu tuti.

" baik mak... terimakasih " ucap singkat bu tuti dan segera merebahkan tubuh gemoy nya di atas kasur kapuk usangnya.

****

pagi telah menampakkan cerahnya sinar matahari hari ini bu tuti terbangun dari tidur nya karena mendengar suara berisik dari arah belakang rumah mak ning ini.

ia beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah ke arah dapur

"mak..." bu tuti celingukan mencari mak ning sang empunya rumah.

bu tuti terus melangkahkan kakinya ke arah dapur dan mendapati mak ning sedang merapikan kayu bakar untuk di jemur.

"pantas saja berisik" bu tuti membatin

"mau aku bantu mak?" tawar bu tuti

"kamu sudah bangun? " mak ning tidak menjawab malah balik bertanya

"iya mak"

"sarapan dulu di meja ada singkong dan pisang kukus. hanya itu yang ada makanlah setelah ini kamu bisa pulang" ucap wanita tua misterius itu

bu tuti hanya mengangguk dan menghampiri meja makan mak ning. singkong dan pisang rebus hangat hangat jadi menu sarapannya pagi ini sebelum meninggalkan desa asmat.

setelah puas sarapan ia langsung berpamitan kepada mak ning.

"ingat... kalau waktunya kembali berkunjung maka di segerakan jangan di tunda agar cepat di tunaikan."

"injih mak... saya pamit pulang dulu, terimakasih atas tumpangan dan sarapannya"

"hhmm" mak ning menjawab dengan anggukan

lalu bu tuti meninggalkan desa itu untuk kembali kerumah nya.

perjalan pulang dari desa asmat cukup lancar tidak ada kendala. begitu sakit hatinya dan merasa hilang sudah harga diri sebagai perempuan di perlakukan begitu hina oleh suaminya sendiri.

kejadian itu terus menari nari di pikirannya sehingga tak sedikit pun bu tuti akan berniat baik kepada suaminya yang kecanduan judi itu.

setelah berjam jam di perjalanan bergumul dengan isi kepalanya sendiri akhirnya ia berhenti di pinggiran kota dan mencari angkot untuk menuju desanya dimana ia tinggal.

matahari pun sudah terik di sertai debu halus beterbangan menemani perjalanan bu tuti menuju rumah rasa neraka itu.

setelah lumayan berjalan kaki di gang kampung bu tuti ia menyiapkan jika nanti di tanya oleh suaminya yanto akan kepergiannya.

rumah bu tuti sudah nampak dari kejauhan, semakin ia melangkah semakin dekat pula ia sampai ke rumahnya. walaupun rumah itu adalah rumah peninggalan orangtuanya sendiri namun kini serasa neraka bagi bu tuti dengan adanya yanto di dalamnya.

entah rayuan maut apa dulu yang yanto berikan sehingga dirinya mau menikah dengan lelaki buruk seperti itu. bu tuti tak habis pikir karena kebodohannya dia sendiri.

dulu yanto adalah seorang bujang yang bekerja serabutan kadang jadi kang parkir di pasar, kadang makelar, kadang juga kuli bangunan.

mungkin karena yanto bermulut manis sehingga bu tuti percaya dengan segala rayuan dan gombalan yang yanto lontarkan.

jika di pikir yanto tak tampan badannya pun tak kekar, kaya apalagi? paling bagus kerjanya jadi pelayan di terop orang hajatan karena rapi pakai celana dan baju batik seragam si empunya hajat.

jika ada sisa rendang di meja prasmanan barulah ia bisa makan rendang.

tak terasa bu tuti pun sampai di depa halaman rumahnya. Karena sedari tadi ia melangkahkan kaki namun pikirannya jauh ke masa lampau.

terlihat yanto duduk ongkang ongkang kaki sambil menyesap sebatang rokok.

"heh baru pulang kamu karung goni" kata kata itu langsung meluncur dari mulut hitam yanto

tidak ada cemas karena istrinya tidak pulang setelah kejadian naas itu.

bu tuti tak menjawab suaminya can langsung masuk ke dalam rumahnya mencari ke dua anak yang ia rindukan meski hanya dua hari ia tinggalkan.

namun ke dua anaknya tak ada di dalam rumah. ia mencari ke rumah tetangga disana ia mendapat informasi bahwa anaknya sedang di bawa oleh orang tua yanto.

"kasihan lah tut... anak anak mu mana ada di kasi makan sama bapaknya. aku yang ngadu sama neneknya itu, biar mereka sama neneknya dulu." ucap tetangga bu tuti yang memang sudah tahu tabiat yanto.

"makasih lho lis... aku memang tidak berpamitan kepada siapapun karena sudah kepalang sakit hati ini lis..." curhat bu tut

lolis yang memang mengetahui bu tuti pergi meninggalkan rumahnya pun sedikit bersimpati terhadap dua bocah yang masih butuh pengasuh itu.

"aku susul neneknya tut... aku gak berani bawa anak anak mu kemari takut si yanto itu ngamuk di rumah ini" ucap lilis

"iya gak apa apa lis... terimakasih ya, ya udah aku mau pulang dulu"

"eh iya tut.. emangnya kamu dua hari kemana tut?" tanya lilis kepo

"ke rumah adik ku" jawab singkat bu tuti lalu beranjak tak ingin banyak cerita yang sebenarnya

setelah kembali ke rumahnya bu tuti lagi lagi di hadapkan oleh suami toxicnya

"ehh tuti... kalau mau pergi itu minimal ninggalin duit buat aku makan" ucap yanto

"bukannya kamu sudah menjual ku ke teman teman mu itu? masa iya belum cukup beli makan?" ucap bu tuti sambil melotot

"eh eh eh.... berani ya... pulang pulang dari melacvr makin berani aja kamu " ucap yanto tak kalah garang

"sudahlah mas... aku capek mau tidur. terserah kamu anggap aku apa" bu tuti masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kamar tersebut sehingga yanto terjingkat tak menyangka istrinya melawan

bu tuti kembali menangisi akan nasibnya yang kacau seperti ini. dia berpikir mengapa harus dia yang mengalaminya di antara semua perempuan. mengapa takdirnya tak seindah perempuan lain disana.

1
Wiwit
lanjuuuttttt
Kei Kurono
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Uzae Nur: terimakasih kak... semoga betah dan penasaran dengan bab selanjutnya ya hehe salam sayaang
total 2 replies
Lia_Vicuña
Gemesin banget! 😍
Uzae Nur: terimakasih kak... entar bakalan update lagi 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!