NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:438
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Di dalam kamar, Axel menurunkan istrinya setelah pintu kamar tertutup rapat.

Gadis berwajah bulat, bermata indah layaknya rusa kecil itu menatapnya dengan tajam.

memelototkan matanya sebagai bentuk protes terhadap suaminya.

Bentuk protes kecil itu tak mempengaruhi axel, bahkan dia hanya bisa merespon dengan senyum kecil yang aneh di mata harsa.

Tenggorokan kering harsa kini semakin terhidrasi, dia membuka cepat tutup botol yang di dekap-nya, meminum dalam sekali tegukan dengan cepat.

masa bodoh dengan kesopanan, dia sedikit menyamping, menghindari tatapan axel.

harsa segera menyeka bibirnya dengan punggung tangan setelah selesai minum. dia melirik sekilas, suaminya masih menatapnya, harsa merasa dia seperti tontonan aneh untuk axel.

"kenapa om axel lakukan itu. ada mas abi, itu tidak sopan."

akhirnya harsa memilih menyuarakan kata hatinya, agar suasana dingin itu menghangat. dari pada dia harus membeku di bawah tatapan pria pemilik mata hitam gelap.

"kamu istriku, aku bebas melakukan apapun terhadapmu."

harsa kembali membulatkan matanya, pemandangan indah baru di kehidupan axel, dan dia menyukai wajah keterkejutan dan ketidak percayaan harsa padanya, apalagi dengan bibir gadis itu, yang membuat dia dilanda rasa gelisah.

"harsa,"

Panggilan axel membuat seluruh bulu harsa merinding, suara berat axel itu terlihat menyeramkan dari pada terdengar menggoda.

Harsa menarik kakinya, melangkah sedikit menjauh, menjaga jarak dengan suaminya.

"Aku mau tidur."

ucap harsa, dia membalikkan tubuh-nya untuk naik keatas ranjang.

Axel menyunggingkan senyum, dia terhibur dengan wajah ketakutan harsa.

sebelum sang istri mengangkat kakinya, dia menarik ujung piyama istrinya. harsa menoleh, dia spontan menepis tangan Axel namun yang ada malah dia meringis kesakitan karena tulang pisiform-nya terbentur dengan tangan axel yang terasa lebih keras dan kokoh dari pada tangan ringkih nya.

Desahan kecil harsa yang sempat terdengar axel membuat pikiran pria yang baru saja menyandang gelar suami itu jadi kemana-mana.

Axel bergerak pelan, dia mengukung harsa di tepi ranjang, gadis yang tanpa persiapan itu terjerembab kebelakang.

Harsa ingin segera bangkit, nun tubuh Axel yang sudah condong didekatnya membuat dia hanya bisa menggenggam erat jilbabnya didepan dada, menatap horor suaminya yang menatapnya.

"ini tidak benar."

gumam harsa, yang membuat satu alis axel mengangkat, namun matanya juga tak lepas dari wajah istrinya yang ada dibawah ke kuasanya.

kaki harsa bergelantung, dia tidak bisa bergerak. namun jika axel melakukan hal yang tidak-tidak dia akan mengayunkan tanpa pikir panjang.

"om."

"hmm?."

"ini tidak benar, tolong jangan begini."

Harsa memberanikan diri. bola matanya bergerak lincah karena gelisah, dia takut berada dibawah tatapan intimindasi axel.

"aku tidak setua itu. aku juga bukan adik ayahmu harsa."

Axel protes, panggilan harsa yang menyebutnya om berkali-kali itu membuat telinganya gatal.

"itu fakta."

Dengan berani harsa menyatakan kata tersebut, seolah membenarkan perkataan axel.

Axel bukan marah, dia malah tersenyum menyeringai.

"aku pengap."

Ruang yang terasa terkikis itu membuat harsa semakin dak dig dug.

"om axel, anda semalam bilang bahwa tidak akan melakukan hal macam-macam bukan, anda telah berjanji pada saya."

harsa mengingatkan pria itu pada perkataanya.

Axel semakin tersenyum kecil, membuat harsa semakin sebal, posisi yang tidak nyaman ini menyiksanya.

"aku hanya ingin melepas jilbabmu."

jawaban Axel membuat harsa semakin mengeratkan jarinya mencengkeram kain tersebut. tangan axel yang bertumpu diantara bahu-nya itu membuat harsa waspada.

"kenapa tidak dilepas?"

tanya Axel, suara suara suaminya yang deep voice itu semakin membuat bulu kuduk harsa merinding.

"jilbabmu membuat pandanganku sepat harsa."

harsa membelalak.

Axel semakin menikmati ekspresi wajah istrinya dari atas, itu menyenangkan, dia tidak peduli pada punggung harsa yang mungkin sakit.

"itu tidak akan pernah, aku tidak mau melepas jilbabku."

"benar begitu?."

Harsa cukup capek dengan posisinya, dia mendorong dada suaminya, namun yang ada tangan tenaganya tak kuat.

wajah harsa memerah, karena telah menyentuh dada bidang axel, dia malu meski itu tidak secara langsung.

"om axel, tolong menyingkir lah. "

ucap harsa geram sediri.

"lepas jilbabmu dulu, dan panggil suami mu dengan benar."

harsa menghela nafas.

hembusan nafas harsa yang hangat, dan sentuhan jari lentik pada dadanya yang hanya sekilas tadi membangkitkan sesuatu pada tubuh axel.

namun sebelum istrinya itu melepas jilbabnya, axel tidak akan melepaskan-nya.

Dia tahu, istrinya itu tidak nyaman tidur dengan tubuh terbungkus semua.

"oke."

harsa pasrah, toh di depan-nya saat ini adalah suaminya.

Belum dia melepas, tangan Axel sudah menelusup di belakang kepalanya, melepaskan jilbab harsa dengan gerakan pelan.

Wajah harsa kembali memerah, dia malu dan ingin menenggelamkan wajahnya kedalam bantal.

Rasa penasaran axel pada rambut istrinya itu kini terjawab sudah. Dia melihat rambut ikal istrinya yang berantakan karena tertutup jilbab, tergulung berantakan oleh ikat rambut, warna hitam sedikit coklat tua itu menarik jemarinya untuk menyentuh.

Axel menyelipkan jarinya pada rambut harsa.

"sudahkan, aku capek om."

"panggil suamimu dengan benar harsa!!."

ah, harsa rasanya ingin meninju perut suaminya itu.

"sudah ya mas axel, kita akhiri adegan ini."

ucap harsa dengan bola mata berputar karena jengah dan lelah, karna terus kalah.

"good girl."

ucap axel dengan senyum smirk-nya.

Axel segera bangkit, dia menyambar bungkus rokoknya yang tergeletak di meja rias, lalu keluar dari kamar.

"dasar om-om tua gila!!!."

gerutu harsa, setelah hilangnya axel dari balik pintu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!