Yang kemarin nungguin Gilang, ada di sini tempatnya. 🥰🥰
♥️♥️♥️
Banyak wanita yang menginginkannya. Tapi mengapa harus jatuh pada Belva yang masih belia?
Usianya dua puluh sembilan tahun dan berstatus duda. Tapi memiliki seorang istri yang usianya sepuluh tahun lebih muda darinya.
Gadis yang belum lama lulus sekolah menengah atas. Dia lebih memilih menjadi seorang istri ketimbang mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi.
Redynka Belva Inara.
Gadis cantik keturunan Belanda itu lebih memilih menikah daripada harus bermain-main seperti kebanyakan gadis seusianya.
Namun sayang, cintanya ditolak oleh Gilang. Tapi Belva tak berhenti untuk berjuang agar dirinya bisa dinikahi oleh Gilang.
Sayangnya, Gilang yang masih sulit untuk membuka hati untuk orang lain hanya memberikan status istri saja untuk Belva tanpa menjadikan Belva istri yang seutuhnya. Memperistri Belva pun sebenarnya tak akan Gilang lakukan jika tidak dalam keadaan terpaksa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Belva menghabiskan malam ini untuk menangis. Dia ingin tahu bagaimana keadaan Gilang saat ini. Tapi tatapan tajam Gilang dan permintaannya agar membiarkan Gilang sendiri membuatnya tak berani untuk keluar dari kamar.
Belva tahu salahnya begitu besar. Sampai Gilang rela membatalkan pertunangannya hanya demi menyelematkan nama baik Belva dan keluarganya.
Padahal Belva hanya berpura-pura. Dia pun tak menyangka kalau akhirnya Gilang memutuskan untuk menikahinya.
Belva pikir Gilang tak akan sampai menikahinya. Belva pikir Gilang akan lebih memilih untuk membantu Belva mencari lelaki yang melakukan hal tidak pantas itu kepada Belva.
Selama ini hal itu selalu menghantui hari-hari Belva. Karena itulah Belva yang sebelum menikah memiliki sifat manja, dan terkesan mengejar Gilang berubah seketika ketika mereka resmi menikah.
Belva berubah menjadi pendiam. Malu dan merasa bersalah dengan ini semua. Pernikahan mereka dibangun dengan sebuah kebohongan. Belva hanya bisa berharap semoga Gilang tidak memilih untuk menceraikan dirinya.
Jika hal tersebut dilakukan oleh Gilang, mungkin Belva juga hanya bisa berpasrah menerimanya. Karena semua memang kesalahannya. Andai kedua orangtuanya juga tahu akan hal ini, mereka pasti juga akan marah besar pada Belva.
***
Belva berbaring di atas ranjang dan memandang langit-langit kamar. Ranjang yang seharusnya malam ini menjadi saksi dirinya dan Gilang memadu kasih, mencurahkan segala rasa cinta lewat kulit yang menyatu. Tapi ternyata semua harus berakhir bahkan di saat keduanya belum memulainya.
Lagi-lagi, semua adalah salah Belva. Caranya yang begitu licik untuk mendapatkan Gilang membuat Gilang marah besar padanya.
Cintanya yang membuatnya buta. Hingga segala cara yang dia lakukan dia anggap benar untuk mendapatkan Gilang.
Padahal jika dipikir-pikir, lelaki yang menyukainya banyak. Mereka lebih muda, single, dan tentu masih perjaka.
Tapi entah kenapa cintanya harus jatuh kepada Gilang yang usianya sepuluh tahun lebih tua darinya? Apalagi dia duda, dengan masa lalu yang bisa dibilang tidak baik.
Bercerai karena berselingkuh. Dan mantan istrinya pun lebih memilih kakak iparnya yang sudah pasti jauh lebih baik menurut Mikha saat itu.
🌻🌻🌻
Gilang terdiam. Memandang langit malam yang begitu gelap tanpa bintang yang menghiasi. Malam ini hujan turun dengan derasnya. Harusnya saat ini dia dan Belva tengah berpelukan untuk mencari kehangatan di dinginnya malam.
Tapi semuanya itu sirna karena pernyataan Belva yang membuatnya tercengang. Entah marah, kecewa, atau justru senang mendengar ucapan Belva yang mengatakan bahwa dia masih virgin. Tidak terjadi apapun pada malam itu. Semua hanya kebohongan. Sandiwara yang dilakukan Belva untuk mendapatkan simpatinya.
Gilang masih tak menyangka. Tak percaya rasanya jika Belva anak polos itu memiliki cara selicik itu untuk mendapatkan cintanya.
Bahkan berkat sandiwara liciknya itu, kini Gilang benar-benar jatuh cinta pada Belva. Istri belianya yang ternyata masih gadis, bersegel, dan belum ada seorangpun yang menyentuhnya.
Gilang sebenarnya tak tega membiarkan Belva sendirian di kamar sana. Tapi Gilang juga butuh waktu untuk menerima semua ini.
Lagi-lagi Gilang bingung, apa yang harus dia rasakan saat ini?
Kecewa? Nyatanya justru dirinya mendapatkan seorang istri yang masih perawan.
Atau kecewa karena pertunangannya dengan Jihan akhirnya batal?
Tidak juga. Kenyataannya Gilang tetap merasa baik-baik saja saat dengan nekat mengatakan pada Jihan kalau pertunangan mereka tidak bisa dilanjutkan.
Rasa bersalah tentu ada. Tapi tidak ada rasa sedih sedikitpun di hatinya pada saat itu.
Malam itu bibirnya terlalu enteng mengatakan bahwa dia akan menikahi Belva, demi melindungi nama baiknya. Dia yang berniat menikahi Belva.
Dengan konsekuensi, kemungkinan Gilang akan mengasuh anak Belva dari laki-laki lain. Karena Belva terbukti tidak hamil, artinya Gilang juga sudah siap kalau bukan dirinya orang yang pertama menyentuh tubuh Belva.
Lagi-lagi ini semua membingungkan.
Di sisi lain Gilang kecewa karena telah dibohongi oleh Belva. Terlalu parah kebohongan Belva.
Tapi di sisi lainnya, Gilang juga senang. Dirinya menjadi yang pertama menyentuh Belva nantinya.
Gilang berjalan ke kamarnya bersama Belva dan masuk ke sana. Dilihatnya Belva yang sudah tertidur lelap. Jejak-jejak air mata masih tersisa di kedua mata Belva. Bulu matanya pun masih terlihat basah. Tanda bahwa belum lama Belva mengakhiri tangisnya.
Jemari tangan Gilang memainkan rambut Belva yang terasa begitu lembut di tangannya. Serta aromanya yang begitu harum tercium kuat oleh hidungnya.
Gadis yang terlelap di hadapannya, begitu besar cintanya untuk dirinya sampai dia rela melakukan semua ini.
Dia masih muda, yang menyukainya pun pasti banyak. Tapi dia rela seperti ini hanya untuk seorang Gilang yang sudah duda, umurnya jauh diatasnya. Apalagi dengan masa lalu yang tidak bisa dibilang baik.
Gilang meninggalkan sebuah kecupan lembut di kening Belva. Cukup lama sebelum Gilang keluar dan memilih untuk tidur di kamar yang lain.
***
"Kak Gilang ngapain, ya? Udah bisa ditemuin apa belum, ya?"
Belva hanya duduk termangu di pinggir jendela. Perutnya terus berbunyi tanda dia sedang lapar. Tapi tidak berani keluar kamar, takut bertemu Gilang.
Tak tahan dengan rasa laparnya, Belva memberanikan diri untuk keluar dari kamar.
Sepi. Tak ada tanda-tanda Gilang ada di dalam rumah. Lantas, kemana perginya Gilang?
Rumah yang tak lagi monoton karena sudah terisi berbagai furniture dan perabotan yang sudah datang kemarin siang itu terlihat begitu sepi dan hampa.
Setiap tangga yang dilalui Belva untuk turun ke lantai dua dimana ada dapur bersih di sana mengingatkan kejadian kemarin saat dia dan Gilang bercanda dan membersihkannya karena basah.
Berhubung Belva tidak bisa memasak, sarapan kali ini Belva hanya memakan roti tawar dengan selai Nutella. Serta minum susu coklat kesukaannya.
Saat tengah menggigit rotinya, Belva kembali meneteskan air matanya. Sedih, tapi ada rasa lapar juga yang tidak bisa dia diamkan begitu lama.
Belva rasa Gilang sudah meninggalkan Belva sendiri di rumah sebesar itu.
"Emang enak, ya, roti campur sama air mata?" Belva hampir tersedak mendengar suara Gilang.
"Kak? Kakak masih di sini?"
"Memangnya kamu pikir kakak kemana?"
Belva menundukkan kepalanya. Air matanya semakin deras saja membasahi pipinya. "Aku pikir kak Gilang ninggalin aku sendirian." Belva semakin terisak.
Tak banyak berkata, Gilang segera memeluk Belva dengan erat. Menenangkan tangis gadis kecilnya yang sejak semalam sudah terlalu banyak menangis.
"Aku minta maaf, Kak," ucap Belva di sela tangisnya. Ucapannya pun tidak terdengar begitu jelas karena lebih dominan pada tangisannya.
"It's oke, sayang. Kakak nggak tau harus senang atau kecewa karena kamu sudah berbohong. Tapi yang pasti, kakak senang kalau kamu baik-baik saja."
Belva mengeratkan pelukannya. Melihat Gilang yang tidak marah padanya, Belva menyimpulkan bahwa tidak ada nama Jihan dalam hati Gilang.
Seandainya ada, tentu Gilang sudah marah besar karena ulah Belva yang sudah membuat pertunangan mereka batal.
Meskipun begitu, Belva juga tidak membenarkan perbuatannya sendiri. Andai hari itu dia tidak mendapatkan ide konyol itu dari seseorang, tentu Belva tidak akan bisa menikah dengan Gilang.
Dan pelukan sehangat ini tidak pernah dia dapatkan seumur hidupnya.
🌻🌻🌻
membohongi belva..
LDR-an ujung"a bnyk pelkor dan pebinor,,apalagi pernikahan belva-gilang msh disembunyikan