NovelToon NovelToon
Aji Toba

Aji Toba

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Misteri / Epik Petualangan / Horror Thriller-Horror / TimeTravel / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:232
Nilai: 5
Nama Author: IG @nuellubis

Masih kelanjutan dari PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN.

Petualangan Aji kali ini lebih kelam. Tidak ada Pretty, dkk. Hanya dirinya, Sari (adiknya), bidadari nyentrik bernama Nawang Wulan, Tumijan, Wijaya, dan beberapa teman barunya seperti Bonar dan Batubara.

Petualangan yang lebih kelam. Agak-agak horor. Penuh unsur thriller. Sungguh tak bisa ditebak.

Bagaimanakah dengan nasib Pretty, dkk? Oh, tenang, mereka masih memiliki porsi di serial ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IG @nuellubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi Lama Jaka Kerub dan Tujuh Bidadari

Di suatu malam, Jaka Kerub. Latarnya bukan lagi di Pulau Samosir. Namun, jauh di Pulau Yawadwipa, pulau di mana ia lahir dan menghabiskan masa kanak-kanak. Ia bermimpi tentang saat itu lagi. Saat ia sedang berburu, lalu tanpa sengaja bertemu dengan tujuh bidadari sedang mandi di sungai. Ia terpana dengan pemandangan tersebut. Lalu tebersit untuk mengambil salah satu selendang. Ia pilih yang berwarna ungu.

Pada saat bidadari-bidadari itu selesai mandi, mereka hendak kembali ke kahyangan. Mereka segera mengambil selendang masing-masing, lalu membubung ke angkasa. Sisa yang bungsu, yang bernama Nawang Wulan. Nawang Wulan panik. Jaka Kerub lalu mendekati Nawang Wulan, mengajaknya berkenalan, lalu membawa Nawang Wulan ke rumahnya. Nawang Wulan tinggal di sana selama beberapa hari. Mungkin ada sekitar sebulan. Sampai akhirnya...

"Kakanda,"

"Ada apa, Adinda?"

"Apakah kau baru saja masuk ke dapur diam-diam, lalu mengintip apa yang sedang kumasak?"

Jaka Kerub tersentak dalam mimpinya ketika suara itu terdengar. Suara yang lembut, namun mengandung ketegasan. Nawang Wulan berdiri di ambang dapur, rambutnya tergerai, wajahnya teduh tapi mata itu, yang sejak awal membuat Jaka Kerub jatuh hati, kini menatap lurus, seolah menembus niat yang baru saja terlintas.

“Aku tidak bermaksud, Adinda,” jawab Jaka Kerub dalam mimpi itu, dengan nada yang sama persis seperti puluhan tahun silam. Nada seorang lelaki yang mencintai, tapi juga takut kehilangan. “Aku hanya… khawatir.”

Nawang Wulan tersenyum kecil, namun senyum itu tak sepenuhnya hangat. “Kakanda selalu berkata begitu. Padahal aku sudah berpesan, jangan pernah mengintip dapur saat aku memasak.”

Di dalam mimpi itu, Jaka Kerub merasakan ulang denyut kegelisahan yang dulu tak ia pahami sepenuhnya. Dapurnya sederhana. Ada tungku tanah liat, periuk besar, dan kepulan uap yang mengandung aroma padi. Namun di sanalah rahasia itu disimpan. Rahasia yang membuat Nawang Wulan mampu menanak sebutir padi menjadi sepanci nasi. Rahasia yang membuat hidup mereka terasa seperti berkah tanpa ujung.

“Aku takut suatu hari kau pergi,” ucap Jaka Kerub lirih. “Aku takut bangun dan kau tak lagi ada di sisiku.”

Nawang Wulan terdiam. Ia melangkah mendekat, menyentuh lengan Jaka Kerub. Sentuhan itu hangat. Bahkan, terlalu nyata untuk sekadar mimpi.

“Kakanda,” kata Nawang Wulan pelan, “ketakutanlah yang sering membuat manusia kehilangan.”

Kalimat itu bergema. Bukan hanya dalam mimpi, tapi hingga ke kesadaran Jaka Kerub yang kini terbaring di Pulau Samosir, bertahun-tahun setelah peristiwa itu. Dalam mimpi, ia melihat dirinya sendiri mundur, pura-pura patuh. Namun ingatan melompat cepat. Sepertinya ia sudah tahu kelanjutannya. Ia tahu di mimpi ini, waktu sedang berlari menuju kesalahan yang tak bisa ditarik kembali.

Malam berikutnya, rasa curiga mengalahkan cinta. Ia mengintip. Melihat Nawang Wulan menanak nasi dengan cara yang tak mungkin dilakukan manusia. Melihat selendang ungu itu, yang selama ini ia sembunyikan, ternyata bukan sekadar kain, melainkan pengikat takdir. Ketika Nawang Wulan mengetahui semuanya, dunia seperti retak.

Dalam mimpi, Jaka Kerub melihat Nawang Wulan berdiri di halaman rumah, menggendong bayi mereka. Matanya basah, tapi suaranya tenang. Terlalu tenang untuk sebuah perpisahan.

“Kakanda telah melanggar janji,” ucapnya. “Dan setiap pelanggaran memiliki jalan pulang yang berbeda.”

Ia meminta selendangnya kembali. Jaka Kerub menyerahkannya dengan tangan gemetar.

Sontak cahaya turun dari langit. Angin berputar. Nawang Wulan naik perlahan, menoleh sekali saja. Bukan dengan amarah, melainkan dengan kesedihan yang lebih menyakitkan.

Jaka Kerub terbangun dengan napas memburu. Dada kirinya terasa sesak. Mimpi itu kembali. Yang lebih jelas dari biasanya. Lebih nyata pula. Sekonyong-konyong ia menyadari sesuatu yang membuatnya duduk terpaku hingga fajar. Takdirnya dengan Nawang Wulan sepertinya lurus dengan takdir Aji.

*****

Di saat yang bersamaan, di luar Pulau Samosir, Nawang Wulan yang masih tinggal di rumah si ompung, ia pun bermimpi yang sama. Mendadak ia tersadar bahwa Jaka Kerub, seseorang yang Aji, dkk, cari-cari, ternyata Jaka Kerub yang sama dari Jaka Kerub yang mengintipnya mandi.

"Ternyata memang Kakanda," desis Nawang Wulan yang terbangun.

Nawang Wulan pun heran. Mengapa hal serupa, ia alami pula bersama Aji? Maksudnya apa?

Selanjutnya Nawang Wulan duduk bersila di atas tikar pandan. Napasnya masih belum sepenuhnya teratur. Api pelita di sudut ruangan bergoyang kecil, seolah ikut terganggu oleh getaran mimpi yang barusan pecah di kepalanya. Rumah si Ompung terasa sunyi, hanya suara serangga, dan desir angin dari Danau Toba, yang menemani kesadarannya kembali ke dunia nyata.

“Ternyata memang Kakanda…” ulangnya lirih.

Bukan sekadar kesadaran biasa. Mimpi itu terlalu jelas, terlalu hidup. Setiap detailnya sama: sungai di Yawadwipa, tujuh bidadari, selendang ungu, dan tatapan seorang lelaki pemburu yang kelak ia kenal sebagai Jaka Kerub. Ia merasakan kembali perasaan yang dulu. Campuran marah, takut, tetapi juga kehangatan yang tak bisa dijelaskan. Malah, yang paling menggetarkan, bahwa mimpi itu berhenti di titik yang sama, tepat sebelum rahasia dapur terungkap, sebelum takdir mereka benar-benar berbelok.

Nawang Wulan mengatupkan mata, menekan telapak tangannya ke dada. “Mengapa sekarang?” gumamnya. “Dan mengapa bersamaan dengan Aji?”

Sejak bertemu Aji, mimpi-mimpi yang seharusnya telah terkubur oleh waktu justru bangkit kembali. Ia pernah mengira ikatan itu hanya kebetulan. Ikatan saat manusia yang melintas di banyak zaman, terseret lubang-lubang hitam tak kasatmata. Namun kini, setelah mimpi yang sama kembali hadir, ia menyadari ada jalinan yang lebih tua dari pertemuan mereka; jalinan yang mengikat Aji, Jaka Kerub, dan dirinya pada simpul takdir yang sama.

Di luar, langkah pelan terdengar. Ompung mengintip dari balik pintu, matanya yang renta memantulkan kebijaksanaan yang telah kenyang oleh rahasia dunia malam. “Kau bermimpi berat,” katanya pelan, seolah tak ingin mengusik gema mimpi yang masih menggantung.

Nawang Wulan mengangguk. “Mimpi lama… tapi datang lagi. Bersamaan dengan mimpi orang lain.”

Ompung menghela napas panjang. “Jika mimpi datang bersamaan, biasanya bukan mimpi biasa. Itu pertanda jalur-jalur lama saling bersilangan kembali. Ada yang hendak diberitahukan."

Nawang Wulan menatap pelita. “Aku melihat Jaka Kerub. Yang dulu… dan yang sekarang.”

“Tidak ada dulu dan sekarang bagi mereka yang berjalan di antara waktu,” jawab Ompung. “Hanya putaran.”

Kata-kata itu membuat Nawang Wulan merinding. Ia teringat Aji dan getaran yang pernah ia rasakan saat Aji sedang berburu, seolah ada pintu yang dibuka paksa oleh takdir. Mungkin inilah maksudnya. Bukan sekadar pertemuan, melainkan pemanggilan. Takdir yang meminta mereka menyelesaikan sesuatu yang tertinggal.

Nawang Wulan bangkit, mengambil selendang ungu yang selalu ia simpan. Kain itu masih memancarkan kehangatan samar.

“Jika jalur lama terbuka,” kata Nawang Wulan mantap, “aku tak akan berpaling.”

Di kejauhan, angin danau berdesir lebih kencang. Seolah dunia yang terlihat dan tak terlihat, mereka saling menyepakati satu hal. Pertemuan berikutnya tak lagi bisa dihindari.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!