Angel hidup dengan dendam yang membara. Kakaknya ditemukan tewas mengenaskan, dan semua bukti mengarah pada satu nama
Daren Arsenio, pria berbahaya yang juga merupakan saudara tiri dari Ken, kekasih Angel yang begitu mencintainya.
bagaimana jadinya jika ternyata Pembunuh kakaknya bukan Daren, melainkan Pria yang selama ini diam-diam terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketertarikan
Angel duduk, menjaga postur tubuhnya tetap sempurna.
Untuk beberapa detik, ruangan kembali sunyi. Daren seolah melihat langsung ke dalam diri Angel atau berusaha mencari tahu apa yang membuat wanita di depannya berbeda dari semua pelamar sebelumnya.
Lalu, ia berbicara.
“Nama?” Meski jelas ia sudah tahu melalui cv di depannya, suaranya terdengar seperti ujian.
“Angelina Cate.” Nada suara Angel tenang. terlampau tenang untuk seseorang yang melamar pekerjaan.
“Umur?”
“Dua puluh sembilan tahun.”
Daren menatap mata angel, mencari kebenaran di sana. "sudah menikah? " Tanya Daren tiba-tiba. pertanyaan itu adalah pertanyaan pribadi yang seharusnya tidak ditanyakan dalam sesi wawancara. entah kenapa pertanyaan itu melontar begitu saja dari mulut Daren seolah Sejak awal angel memang sudah menarik perhatian CEO di depannya.
Angel tersenyum miring. "sepertinya tidak akan sulit mendekati pria keji ini" pikirnya dalam hati
"lajang Tuan."
Daren mengetuk jarinya di meja, ritmenya pelan namun tegas.
Lalu ia mencondongkan tubuh sedikit.
Mata gelapnya tak lepas dari wajah Angel. Ada candu disana yang membuat dia tidak bisa berpaling.
“Kamu sadar kan, posisi sekretaris di perusahaan ini bukan sebuah posisi yang ringan?”
Angel tersenyum lembut senyum yang ia buat setenang mungkin, walau di baliknya ada badai dendam yang ia sembunyikan.
“Saya yakin saya mampu, Tuan.”
Daren mengerutkan alis ringan.
“Berani sekali kamu berbicara tanpa pembuktian. Bicara itu mudah yang sulit adalah melakukannya.”
“Karena saya tahu kemampuan saya.”
Angel mengangkat dagu sedikit dengan sengaja membusungkan kedua dadanya. Daren berhenti mengetuk meja. Matanya terpaku pada dada angel yang membusung. jakun pria itu naik turun, untuk pertama kali dalam hidupnya Daren merasa berhasrat pada wanita. Selama dia hidup tidak pernah sekalipun dia memiliki hasrat pada wanita, secantik ataupun sesexy wanita itu. Tapi kali ini, wanita di hadapannya berbeda, tanpa perlu menanggalkan busana Daren sudah merasakan hawa panas di sekitarnya.
"ekhemm" Daren berdehem pelan mengusir pikiran aneh yang muncul begitu saja.
"Tuan perlu minum? " Tanya Angel dengan lembut. "langkah pertama berhasil. " gumamnya dalam hati.
Untuk pertama kalinya, hati Daren terangkat sedikit namun tak sepenuhnya senyum, lebih seperti reaksi tanpa sadar karena perhatian tanpa sadar yang di berikan Angel. perhatian yang seperti sangat berharga di hatinya. ia juga tidak mengerti itu. gadis di hadapannya ini seolah megalihkan semua perhatian.
“Menarik…” gumamnya pelan.
Ia membuka berkas Angel… tapi pada kenyataannya, matanya lebih sering terarah pada Angel daripada pada dokumen yang di baca.
Angel merasakan itu.
Dan diam-diam, ia tersenyum kembali di dalam hati.
Bagus… semakin mudah dia jatuh hati jika dia memperhatikan aku lebih lama.
Namun ia tetap menjaga sikap sempurnan, tenang, profesional, dan dingin secukupnya.
Daren menutup berkas itu, lalu bersandar lagi. Sorot matanya berubah, terlihat serius namun ada sedikit keterikatan yang ia sendiri tidak mengerti.
“Sebelum kita lanjut,” katanya pelan, “ada satu hal yang ingin kutahu…”
Angel menatapnya langsung.
“…apa alasanmu melamar sebagai sekretarisku?”
Angel tahu ia harus menjawab dengan hati-hati.
Sangat hati-hati jangan sampai itu menjadi bumerang untuk dirinya.
POV DAREN
Begitu pintu ruang interview terbuka, Daren bahkan tidak mengangkat kepala. Ia sudah bosan mewawancarai pelamar yang kemampuan dan mentalnya jatuh satu per satu di hadapannya.
Mental wanita memang lemah, sedikit sedikit menangis dan mengeluh. ia menyesal tidak menyuruh Adrian untuk mencari sekertaris pria saja.
Hingga langkah halus itu terdengar.
langkah yang Pelan namun juga Teratur.
Daren langsung mendongak.
Dan untuk pertama kalinya hari itu… ia terdiam.
Wanita yang masuk bukan seperti pelamar lain yang ia lihat sejak pagi. Ada sesuatu yang berbeda. Sangat berbeda.
Wajahnya… cantik dengan cara yang tidak berlebihan. Cantik yang menusuk mata setiap orang yang memandang. Mata jernih yang menyala dengan kepercayaan diri, bibir yang melengkung lembut saat ia memberi salam hormat.
“Selamat siang, Tuan De Castello.”
Daren hanya bisa menatap.
Ada senyum kecil di sudut bibir wanita itu entah itu ketenangan, keberanian, atau tantangan.
Tubuhnya… proporsional, elegan. Cara ia berdiri, cara ia melangkah… semuanya seolah terlatih. Ada aura dewasa dan menggoda yang tidak dibuat-buat.
Siapa dia?
Kenapa auranya beda sekali?
Daren merasakan udara di ruangan berubah. Ia merasakan sesuatu yang jarang ia rasakan perhatian penuh. Fokus penuh pada seorang wanita.
Wanita ini memaksa matanya mengikuti setiap gerakannya.
Dan itu mengganggunya.
Saat Angel duduk di depannya, Daren baru sadar jantungnya sempat memukul lebih cepat. Menyebalkan sekali tubuh ini
Namun yang paling membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan adalah…
…bahwa Angel tampak tidak menampakan raut takut sama sekali.
Padahal semua pelamar sebelumnya hampir goyah hanya karena tatapannya.
Angel berbeda.
Cara ia menatap balik tenang namun tajam membuat Daren merasakan sesuatu yang tidak seharusnya ia rasakan pada pelamar kerja.
Ketertarikan.
Entah dari mana datangnya, tapi Daren tahu satu hal, Wanita ini… akan sulit ia singkirkan dari pikirannya.
Senyum tipis Angel kembali muncul. Tidak besar, tidak dibuat-buat. Tapi cukup untuk membuat dada Daren mengencang sesaat.
Berbahaya, pikirnya.
Namun justru itu yang membuatnya tak bisa berhenti menatap.
Angel seperti teka-teki yang ingin ia bongkar sampai tuntas.
****
Pertanyaan Daren menggantung di udara, berat dan penuh penilaian.
“…apa alasanmu melamar sebagai sekretarisku?”
Angel mengangkat wajah, bibirnya melengkung pelan bukan senyum ramah, bukan pula senyum sopan.
Tapi senyum yang sengaja ia berikan untuk menguji Dan untuk menggoda.
Angel mencondongkan tubuh sedikit ke depan, matanya memerangkap tatapan Daren. “Tujuan saya?” suaranya lembut, bergetar kecil seperti sengaja dibuat.
Daren mengangkat alis tipis. “Ya.”
Angel berdiri.
Gerakannya pelan, tanpa satu pun nada gugup. Ia berjalan mengitari meja, tumit tingginya mengetuk lantai seperti ritme yang memaksa perhatian.
Langkah itu membuat Daren refleks mengikuti setiap gerakan dengan pandangan.
Angel berhenti tepat di sisi meja.
Ia meletakkan ujung jarinya di permukaan meja kayu mahal itu…
…lalu duduk di atas tepian meja, menyilangkan kaki dengan anggun.
Gerakan sederhana, namun cukup membuat dada Daren terasa mengeras sesaat.
Karena tidak ada satu pun pelamar yang berani sedekat ini.
Angel membungkuk sedikit ke arahnya.
Tidak terlalu dekat untuk menyalahi batas, tetapi cukup untuk membuat aroma parfumnya menyentuh indra Daren.
Parfum yang lembut, manis… dan berbahaya untuk jantungnya.
“Tujuan saya melamar…” Angel membiarkan jeda kecil, membuat Daren menunggu. “…adalah karena saya ingin berada di posisi yang paling dekat dengan Anda.”
Daren menegang.
Matanya berhenti berkedip.
Angel melihat reaksi itu dengan jelas dan ia menikmatinya.
“Sekretaris adalah posisi yang… strategis.” Angel menatapnya dari bawah, tatapannya sengaja dibuat lebih dalam. “Saya ingin bekerja langsung di bawah Anda. Mendampingi Anda. Mengikuti ritme Anda.”
Daren menelan ludah, gerakan yang jarang sekali terjadi padanya.
Angel tersenyum lebih lebar, senyum yang membuat ruangan terasa lebih panas.
“Apa itu cukup menjawab pertanyaan Anda , Tuan De Castello?”
Daren memejamkan mata sebentar, mencoba menahan diri dari reaksi berlebihan. Ketika ia membuka mata, tatapannya lebih gelap dari sebelumnya.
“Angelina…”
Suaranya menurun, bergetar rendah.