NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 : Meminta Bantuan

Di tengah keramaian desa, Cang Yan masih menatap langit gelap di bawah pohon besar. Rasa mabuk dari arak yang telah ia minum tidak mempengaruhinya sama sekali, kenangan masa lalu yang perlahan kembali mulai mengisi pikirannya.

Sementara di kejauhan sekelompok kultivator mulai mengikutinya, masing-masing mengeluarkan aura kuat diantara mereka yang memiliki niat jahat di balik senyum liciknya.

"Ketua, Kayaknya dia dari klan besar?" bisik salah satu dari mereka.

"Ya, pasti barang barang yang dibawanya sangat berharga," jawab pemimpin mereka, seorang pria dengan wajah penuh bekas luka.

"Hei, hei, Jangan seperti bermain petak umpet, kalo berani tunjukan diri kalian" kata Cang Yan sambil ia melangkah dari tempat sebelumnya.

Suasana di area sekitar menjadi hening sesaat sebelum suara tawa pecah dari bayangan gelap. Sepuluh orang muncul, masing-masing dengan ekspresi percaya diri.

"Kayaknya kau sangat percaya diri bocah." kata pemimpin mereka sambil melangkah maju.

"Tapi aku rasa kepercayaan diri itu tidak akan  cukup untuk menyelamatkanmu malam ini."

Cang Yan menatap mereka dengan tajam, matanya memancarkan aura dingin yang menusuk. "Sebenarnya siapa yang bocah, aku atau kalian, saat aku menginjakan kaki ku di dunia ini, kalian bahkan belum keluar dari kandungan.."

Huang Long menahan tawanya di Pedang Huang Ming Jian. Sementara pemimpin kelompok mereka tertawa dengan sinis, "Hah, tidak perlu banyak omong kosong, serahkan barang berharga yang kau miliki." Sambil berbicara, pemimpin kelompok itu mengeluarkan sebuah pedang besar dari cincin penyimpanannya.

Cang Yan tersenyum tipis, tetapi di balik senyuman itu ada hawa dingin yang tidak terlihat. "Barang berharga? Hahahaha, Satu-satunya barang berharga yang kumiliki adalah nyawaku. Apakah kalian ingin mengambil nyawaku? Ayo, kalau kalian memiliki kemampuan."

"Jangan sombong..." seru salah satu kultivator yang bertubuh kurus dengan belati di tangannya.

Mereka mulai menyerang bersamaan. Sementara Cang Yan tidak bergerak sedikitpun, Ketika pedang pertama meluncur ke arahnya, ia berputar ringan menghindari serangan itu dengan mudah. Sebuah senyuman kecil akhirnya muncul di sudut bibirnya.

Dengan gerakan cepat, Cang Yan menarik Pedang Huang Ming Jian. Namun, saat ia mengayunkannya tiba tiba aura tajam menyelimuti bilah itu, membuat lawan-lawannya merasakan tekanan luar biasa.

"Aura Apa ini?!" teriak salah satu dari mereka dan mencoba mundur beberapa langkah karena ketakutan.

"Dia hanya berada di tahap awal Roh Pemula, tapi bagaimana bisa memiliki aura pedang begitu kuat?" seru pria lainnya.

Cang Yan tersenyum getir melihat kepanikan di antara mereka. Ia kemudian melangkah maju dan menggerakan pedangnya. Teknik pedang yang Cang Yan gunakan sangat sederhana namun menunjukan presisi dan kekuatan yang membuat para kultivator itu kewalahan.

Seorang kultivator muda dengan tombak melompat ke depan mencoba menyerang dari sisi kiri. Cang Yan memutar pedangnya dalam gerakan melingkar, menangkis serangan itu dengan mudah. Tombak itu akhirnya terpental, dan sebelum pria itu sempat bereaksi lagi, pedang Cang Yan telah mengarah ke arahnya dan mengenai bahunya, darah keluar dari bahu pria itu.

"Aghhh!" teriak pria itu dengan kesakitan.

Pemimpin mereka akhirnya maju dan melompat tinggi tinggi ke arah Cang Yan dengan pedang besarnya, pedang itu langsung di arahkan ke kepala Cang Yan. "Terima ini!"

Cang Yan tidak menghindar serang itu sama sekali, malah serangan itu seperti serangan anak kecil terhadapnya. Dengan satu langkah gesit, Cang Yan menghindari serangan itu lalu mengayunkan pedangnya ke atas. Suara dentingan logam memenuhi udara saat pedang besar itu terbelah dua, membuat pemimpin itu terkejut.

"Bagaimana mungkin?!" teriak pemimpin itu dengan mata melebar.

Cang Yan tidak mau menunda nunda lagi ia langsung mengarahkan pedangnya ke dada pria itu. "Kalian salah dalam merampok orang."

Sementara beberapa orang yang menyaksikan pemimpin mereka dalam keadaan bahaya, mereka mencoba melancarkan serangan balik dan melepaskan gelombang energi yang kuat ke arah Cang Yan.

Melihat semua serangan itu, Cang Yan langsung melesat dengan kecepatan kilat membelah seluruh gelombang energi itu menjadi beberapa bagian, seolah-olah itu hanyalah serangan ilusi.

Para kultivator itu melihat serangannya hancur dengan mudah, mereka akhirnya mulai gemetar, menyadari bahwa perbedaan kekuatan mereka terlalu besar.

"Dia mungkin bukan kultivator tahap awal Roh pemula.." teriak salah satu dari mereka.

"Apa mungkin dia menyembunyikan kultivasnya"

"Tutup mulutmu!" pemimpin mereka berteriak marah, meski wajahnya mulai menunjukkan keraguan. "Kita sepuluh orang, Dia hanya satu orang, Serang dia bersama-sama.."

Namun, kepercayaan diri mereka mulai runtuh saat Cang Yan melangkah maju, auranya semakin menakutkan. Ia memutar pedangnya dengan elegan, setiap gerakan seperti tarian mematikan.

"Apakah ini cukup untuk kalian?" katanya, suaranya sedingin es.

Satu demi satu, para kultivator itu tumbang. Cang Yan tidak membunuh mereka, tetapi setiap serangannya meninggalkan luka dalam yang membuat mereka kehilangan kemampuan bertarung.

Hanya pemimpin mereka yang tersisa berdiri dengan napas terengah-engah. Wajahnya penuh ketakutan saat Cang Yan berjalan mendekatinya.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya pria itu dengan suara bergetar, sorot matanya dipenuhi ketakutan.

Cang Yan menatapnya tajam, tatapan dinginnya seolah menembus jiwa. "Kamu tidak perlu tahu siapa aku."

Dalam satu gerakan cepat, pedang Cang Yan melesat menghantam pedang besar pria itu hingga hancur berkeping-keping. Getaran dari benturan tersebut membuat pria itu jatuh berlutut, tubuhnya gemetar hebat.

"Pergilah," kata Cang Yan. "Beritahu rekan-rekanmu untuk tidak mengganggu orang tanpa alasan."

Tanpa menunggu jawaban, Cang Yan menyarungkan pedangnya berbalik dan melangkah pergi. Sementara di belakangnya para kultivator masih tergeletak di tanah.

Namun, di balik semak-semak yang tidak jauh dari lokasi, seseorang sedang mengintip, menyaksikan seluruh pertarungan dengan mata penuh rasa ingin tahu. Cang Yan berhenti mendadak.

"Apa kau akan terus mengintip seperti itu?" tanya Cang Yan. Meski tidak melihat langsung, dia dapat merasakan keberadaan seseorang sejak tadi.

Dari balik semak, seorang wanita melangkah keluar. Kain hitam menutupi sebagian besar wajahnya, dan jubah gelap yang dikenakannya menyembunyikan identitasnya. Namun, kehadiran energi spiritual yang unik terpancar jelas, membuat Cang Yan segera mengenali bahwa wanita itu berada di tahap puncak Pembentukan Inti.

"Maaf Senior. Aku telah lancang," kata wanita itu, suaranya lembut namun tegas. Ia menundukkan kepala sedikit menunjukkan rasa hormat.

Cang Yan menyipitkan matanya. "Apa yang kau inginkan? Kau sudah mengikutiku sejak dari kedai tadi."

Wanita itu menghela napas pelan, tampak ragu sebelum mengangkat wajahnya sedikit. Sepasang mata tajam terlihat meskipun sorotnya memancarkan kegugupan. "Aku... aku membutuhkan bantuan senior," katanya.

Cang Yan menatapnya tanpa ekspresi, hanya sedikit mengangkat alisnya. "Bantuan? Aku bukan tipe orang yang suka melayani permintaan orang lain, kau tahu, dan kenapa kamu membutuhkan bantuanku"

Wanita itu menggigit bibir bawahnya, wajahnya memerah samar di balik kain hitam yang menutupi wajahnya. "Aku tahu... tapi aku tidak punya pilihan lain senior" jawabnya, suaranya sedikit bergetar.

"Aku sedang mencari inti monster Laba-Laba Putih tingkat empat. Tapi tempat tinggalnya terlalu berbahaya untuk kumasuki sendiri."

Mata Cang Yan menyipit, dan ia menatap wanita itu seolah mencoba memastikan ia tidak salah dengar. "Laba-Laba Putih tingkat empat?" ulangnya dengan nada campuran tak percaya dan geli.

"Kau gila? Monster di tingkat empat itu setara dengan tahap puncak roh pemula dan sangat berbahaya, kau mengajak ku hanya untuk mati.."

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!