Di tahun 2032, keluarga Wiratama mengikuti program wisata luar angkasa perdana ke Mars—simbol harapan manusia akan masa depan antarplanet. Namun harapan itu berubah menjadi mimpi buruk, ketika sebuah entitas kosmik raksasa bernama Galactara menabrak jalur pesawat mereka.
Semua penumpang tewas.
Semua… kecuali mereka berempat.
Dikubur dalam reruntuhan logam di orbit Mars, keluarga ini tersentuh oleh sisa kekuatan bintang purba yang ditinggalkan Galactara—pecahan cahaya dari era pertama semesta. Saat kembali ke Bumi, mereka tak lagi sama.
Rohim, sang Suami, mampu mengendalikan cahaya dan panas matahari—melindungi dengan tangan api.
Fitriani, sang Istri, membentuk ilusi bulan dan mengendalikan emosi jiwa.
Shalih anak pertama, bocah penuh rasa ingin tahu, bisa melontarkan energi bintang dan menciptakan gravitasi mikro.
Humairah anak kedua, si kecil yang lembut, menyimpan kekuatan galaksi dalam tubuh mungilnya.
Bagaimana kisah sebuah keluarga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PROLOG
"Ayah! Ayah! Kita... kita berhasil, Ayah!"
Suara Fitriani Ayu Dewi melengking, memecah keheningan malam bulan Juni tahun 2032 di Kota Batara Raya, sebuah kota fiksi yang megah di Indonesia. Jantungnya berdebar kencang, menabuh irama kebahagiaan murni yang tak tertahankan. Gawai di tangannya bergetar, menampilkan notifikasi yang seketika membuat napasnya tertahan. Ibu dua anak itu berdiri mematung di ambang pintu balkon, matanya berkaca-kaca menatap layar.
Rohim Wiratama, sang Ayah, yang sedang menyiapkan teh hangat di dapur, terlonjak kaget. Ia bergegas menghampiri istrinya. "Ada apa, Ibu? Kenapa teriak begitu?" tanyanya, sedikit panik.
Fitriani tak menjawab, hanya membalikkan gawai itu ke arah suaminya. Layar menunjukkan sebuah email dengan logo megah International Space Travel Consortium. Judulnya terpampang jelas, mengumumkan berita yang akan mengubah segalanya: "Selamat! Pendaftaran Anda untuk Misi Tur Antariksa Bersejarah ke Planet Mars Telah Disetujui!"
Rohim membaca cepat, matanya membelalak tak percaya. Ini bukan hanya sekadar perjalanan wisata, ini adalah misi tur luar angkasa untuk warga sipil yang pertama kali melibatkan keluarga biasa dari berbagai negara. Sebuah impian yang selama ini mereka anggap terlalu jauh untuk digapai, kini terbentang di hadapan mereka.
"Kita... kita berhasil, Ayah!" Fitriani berhambur memeluk suaminya, air mata haru menetes di pipinya. "Kita akan ke Mars! Bersama anak-anak!"
Pelukan hangat Rohim membalas erat. Senyum lebar terukir di wajahnya, merefleksikan kebahagiaan yang sama. Kehadiran Shalih dan Humairah yang terlelap pulas di kamar mereka seolah menambah lengkap rasa syukur. Mereka akan menjadi bagian dari sejarah. Sebuah keluarga biasa dari Indonesia akan melangkah ke antariksa, menuju petualangan yang melampaui batas imajinasi.
Namun, di tengah euforia itu, tak ada yang tahu bahwa keputusan ini bukan hanya membuka gerbang menuju bintang, melainkan juga membuka pintu pada takdir yang jauh lebih besar, bahkan mungkin ancaman yang tak pernah mereka bayangkan.