NovelToon NovelToon
Duda Perjaka Dan Cegilnya

Duda Perjaka Dan Cegilnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Damian, duda muda yang masih perjaka, dikenal dingin dan sulit didekati. Hidupnya tenang… sampai seorang cewek cantik, centil, dan jahil hadir kembali mengusik kesehariannya. Dengan senyum manis dan tingkah 'cegil'-nya, ia terus menguji batas kesabaran Damian.
Tapi, sampai kapan pria itu bisa bertahan tanpa jatuh ke dalam pesonanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku... Gay

[Gedung Kantor Damian]

Damian berjalan santai memasuki gedung kantornya. Penampilannya selalu rapi setiap kali datang ke kantor.

Wajah tampan, tubuh tinggi 186 cm yang juga atletis, selalu berhasil membuat mata wanita terpana hingga enggan berpaling darinya.

Banyak kaum wanita yang memuja kesempurnaan fisik Damian. Walaupun dia bersikap sangat cuek dan dingin, hal itu tak mengurangi kecintaan mereka terhadapnya.

"Selamat pagi, Pak Damian!" sapa seorang karyawati yang berpapasan dengannya dengan senyuman lebar.

"Pagi," jawab Damian datar.

"Pagi, Pak!" sapa karyawan lainnya dengan hormat.

"Pagi," lagi-lagi, Damian hanya menjawabnya dengan nada datar tanpa ekspresi.

Sebagai seorang CEO, Damian begitu disegani oleh para staf dan karyawan pria. Namun, dia begitu digilai oleh 80% wanita yang bekerja di sana.

Hingga ketika Damian menikah, mereka mengatakan bahwa itu adalah hari patah hati nasional dalam dunia perkantoran mereka.

Namun, saat Damian bercerai dan menjadi duda, mereka kembali berlomba-lomba untuk mendekati pria yang dijuluki si manusia kulkas itu.

______________

[Ruang Kerja Damian]

Damian sedang disibukkan dengan banyaknya berkas yang harus diperiksa satu per satu, hingga sesekali dia memijat kepalanya karena pusing menghadapi pekerjaan yang selalu menumpuk setiap harinya.

Jika saja bisa, Damian ingin sekali menjadi pengangguran yang bisa berleha-leha di rumah sambil berbaring dan menonton televisi.

Namun sayangnya, dia tak bisa seenaknya melakukan hal itu walaupun dirinya anak orang kaya. Dia harus menjadi salah satu pewaris bagi orang tuanya yang memiliki gurita bisnis di mana-mana.

Cklekk!

Pintu ruangan Damian terbuka.

"Hai, Dam! Kamu kok kayak pusing gitu?" Aletha masuk ke dalam ruangan Damian tanpa mengetuk pintu atau permisi.

Begitulah, selain memiliki tante yang menyebalkan seperti Maya, Damian juga memiliki asisten pribadi di kantornya yang tak kalah menyebalkan, yaitu Aletha.

Aletha adalah asisten pribadinya sekaligus saudari sepupunya, anak dari adik ayahnya, Pak Pramono.

Dia bekerja dan ditempatkan sebagai asisten pribadi Damian dengan maksud agar Damian tak perlu kesulitan mengatur waktu serta jadwal-jadwal kantornya.

Aletha sendiri masih lajang, usianya 24 tahun, lebih muda dari Damian.

Gadis cantik berperawakan tinggi semampai itu sangat menyukai Damian. Dia tak jarang memberikan perhatian lebih kepada pria itu. Namun, sayangnya, Damian tak tertarik lagi dengan wanita, sehingga membuatnya acuh terhadap Aletha.

"Kamu bisa nggak sih, kalau masuk ke ruanganku, ketuk pintu atau permisi dulu?" tegur Damian kesal.

Selalu saja seperti ini, dia seolah tak dihargai sebagai seorang CEO.

"Kenapa memangnya? Kan sudah biasa, kenapa baru protes sekarang?" tanya Aletha santai.

"Al, aku ini atasan kamu. Seenggaknya kamu hargai aku sedikit, jangan seenaknya keluar masuk ruanganku. Aku juga butuh privasi. Meskipun kamu asisten pribadiku sekaligus sepupuku, tetap saja kamu harus tahu batasan," Damian semakin dongkol.

Tak di rumah, tak di kantor, sama saja. Semua orang selalu membuatnya kesal.

"Iya deh, iya... Nanti aku ketuk pintu dulu kalau mau masuk," Aletha tersenyum dan menatap Damian dengan genit.

Damian mendelik, tak suka ditatap nakal seperti itu oleh Aletha.

"Ini yang kamu minta kemarin, aku udah rangkum semuanya," Aletha memberikan berkas yang dibawanya kepada Damian.

"Eh iya, kemarin aku ketemu Bella, loh. Dia makin cantik aja, tubuhnya juga makin seksi," celoteh Aletha.

"Terus?" tanya Damian cuek, mata dan tangannya fokus pada berkas yang diberikan Aletha.

"Kamu nggak pengen balikan lagi sama dia? Sayang loh kalau dia diambil cowok lain," Aletha memanas-manasi Damian.

"Nggak. Ambil aja siapa pun yang mau," jawab Damian acuh.

"Kamu nggak mau nikah lagi?" tanya Aletha lagi.

"Nggak," jawab Damian datar.

"Gimana kalau kamu nikah sama aku aja? Aku mau kok jadi istri kamu," Aletha mengajukan diri dengan kepercayaan diri tinggi.

"Nggak minat," jawab Damian masih dengan sikap cuek.

"Kenapa? Memangnya aku kurang cantik?" Aletha merengut.

Damian beralih menatap Aletha, menatapnya dari atas sampai bawah.

"Masih bocah, jangan aneh-aneh," ucap Damian seenaknya.

"Bocah apanya? Aku udah dewasa, loh! Aku udah umur 24 tahun!" Aletha tak terima disebut bocah, mengingat usianya sudah dewasa.

"Kalaupun udah dewasa, mana mungkin dadanya rata, bokongnya juga tepos!" jawab Damian mengejek Aletha.

Diejek seperti itu oleh Damian membuat darah Aletha mendidih. Dia mengepalkan tangannya, ingin memukul Damian.

"Damian sialan!" umpat Aletha murka.

"Kenapa? Itu kan fakta. Memang dada kamu rata, bokong kamu tepos. Nggak kayak cewek dewasa. Kamu lebih cocok dipanggil anak SMA!" Damian berkata seolah tak merasa bersalah sama sekali.

Aletha langsung menjewer telinga Damian dengan keras.

"Berani banget kamu hina aku! Memangnya anu kamu juga besar? Palingan pendek, kecil, impoten lagi. Cuma tampang doang yang ganteng, tahunya kekurangannya di dalam sana. Pantas aja Bella nggak mau lama-lama jadi istri kamu, karena kamu impoten!" Aletha mengomel sambil mengencangkan jewerannya di kuping Damian.

"Awwww, auwww! Sakit, Al! Lepasin!" pinta Damian kesakitan.

"Ini balasan buat kamu yang udah hina aku! Dasar impoten!" Aletha tak mau melepaskan tangannya dari telinga Damian.

"Itu kan fakta, kenapa marah? Kalau fakta ya terima aja!" Damian masih membela diri.

"Tetap aja itu menghina! Aku nggak terima!" Aletha semakin kesal.

"Awww! Lepas, Al! Sakit banget!" pinta Damian lagi, tangannya mencengkeram pergelangan tangan Aletha, berusaha melepaskan dirinya.

Namun, Aletha malah memiting Damian hingga pria itu berteriak kesakitan.

"Apa?! Kamu pikir aku lemah, hah?!" Aletha melotot.

"Akhhh... Sakit, Al! Sakit... Ampun deh, ampun..." Damian menyerah.

"Minta maaf!" paksa Aletha.

"Maaf buat apa?" Damian masih tak mau mengalah.

"Maaf buat hinaan tadi, atau aku patahin tangan kamu ini!"

"Iya, iya! Aku minta maaf! Maaf banget!" akhirnya Damian mengalah.

Barulah Aletha melepaskan cengkeramannya.

"Nikah yuk!" Aletha tiba-tiba bicara asal.

"Nggak minat," jawab Damian tetap cuek.

"Kenapa?!"

Damian menatap Aletha dalam, lalu mendekatkan wajahnya hingga jarak mereka hampir tak ada.

"Aku... nggak... suka... cewek..." ucap Damian setengah berbisik.

Aletha membelalakkan mata.

"Oh My God! Apa iya semua cowok ganteng suka cowok juga?! Bisa-bisa aku jadi perawan tua kalau begini!"

Damian tersenyum simpul, puas melihat reaksi Aletha.

"Dasar kaum pelangi!" umpat Aletha sebelum berlari keluar dari ruangan.

Begitu pintu tertutup, Damian tertawa terbahak-bahak. Aletha benar-benar percaya! Setidaknya, setelah ini gadis itu takkan mengganggunya lagi.

*****

[Sore Hari-Ruang Kerja Damian]

Damian baru saja merapikan berkas-berkas yang diberikan Aletha tadi saat ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja. Ia melirik layar sekilas, dan seketika tubuhnya menegang. Nama yang terpampang di sana membuat napasnya tercekat sejenak.

Bella.

"Ada apa dia menghubungiku?" tanyanya pada diri sendiri.

Wajar Damian bertanya-tanya, sejak mereka bercerai mantan istrinya itu tak pernah menghubunginya lagi. Tentu saja Damian berpikir Bella punya sebuah tujuan jika tiba-tiba menghubungi dirinya kembali setelah sekian lama.

Damian menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangkat telepon itu.

"Ada apa?" tanyanya datar, berusaha terdengar tak terpengaruh, meski hatinya berdebar tak karuan.

"Dami... aku ingin bertemu," suara Bella terdengar lembut di seberang sana.

Damian memejamkan matanya. Dami. Nama panggilan itu masih melekat di bibir wanita itu, seolah tidak pernah ada perpisahan di antara mereka.

"Aku sibuk," jawab Damian pendek.

"Tolong, Damian... hanya sebentar. Aku janji nggak akan mengambil banyak waktumu," bujuk Bella. "Temui aku di Hotel Amarta, suite 1203. Nanti malam, jam delapan."

Damian terdiam. Pikirannya berkecamuk. Logikanya berkata tidak, tetapi hatinya memaksa untuk mengatakan ya.

"Apa yang kamu inginkan?" tanyanya akhirnya.

Bella terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku hanya ingin bicara."

"Bicara soal apa?"

"Kita."

Damian mengeratkan rahangnya. Perasaan yang selama ini ia coba kubur perlahan menguak kembali ke permukaan.

"Damian, aku mohon..." suara Bella terdengar memohon, membuat pertahanan Damian semakin goyah. 

Sial.

"Aku akan datang," akhirnya Damian menjawab.

"Oke. Aku tunggu," ucap Bella sebelum menutup telepon.

Damian meletakkan ponselnya kembali ke meja dan mengusap wajahnya dengan frustasi. Apa dia baru saja membuat kesalahan? Atau ini adalah kesempatan kedua yang selama ini ia tunggu?

Ia tidak tahu.

Yang pasti, malam ini ia akan menghadapi wanita yang selama ini mencoba ia lupakan—tetapi tak pernah benar-benar bisa ia hapus dari hati dan pikirannya. Damian berpikir, mungkin Bella sudah berubah dan akan memintanya untuk kembali.

"Apa benar, Bella sudah berubah? Mungkinkah hubungan kami bisa dimulai lagi dari awal dan dengan keadaan yang berbeda?"

BERSAMBUNG...

1
amilia amel
duhhhh gedeg banget sama si Bella, masih merasa sok karena dia pikir Damian masih begitu mencintainya
padahal Damian sudah menemukan pelabuhannya
amilia amel
nanti kalo ketemu Bella lagi kamu berubah pikiran lagi....
selesaikan dulu masa lalumu dam
amilia amel
tenangkan dirimu ale.... pergilah untuk mengobati hatimu dulu
amilia amel
sabar ya Aletha, kalo Bella pake cara licik untuk mendapatkan damian kembali
kamu harus menggunakannya cara yang lebih licik tapi elegan untuk menjaga Damian yang sudah jadi milikmu
amilia amel
duh sweet banget Damian, walaupun belum sepenuhnya mengakui perasaannya pada Aletha
amilia amel
pasti sebagai perempuan apalagi istri, sedih sekali dengan kalimat seperti itu apalagi yang mengucapkannya sang suami
amilia amel
awas ketagihan lho Dam....
amilia amel
gak sabar saat Aletha tau kalo Damian laki-laki normal
amilia amel
ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!