Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 3
Sulastri merasa ketakutan karena pria bertubuh tinggi dan berotot itu semakin mendekat ke arahnya, dia takut kalau pria itu akan melakukan hal yang tidak-tidak kepada dirinya.
Karena Sulastri bisa mencium sendiri bau alkohol yang begitu menyengat dari bibir pria itu, dia takut kalau pria itu akan melakukan hal yang nekat. Terlebih lagi pria itu sejak tadi mengeluh kedinginan, bahkan pria itu sudah menggigil.
"Jangan mendekat!" teriak Sulastri.
"Nggak bisa, aku mau kamu."
Sulastri semakin ketakutan mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu, bagaimana mungkin pria itu mengatakan ingin dirinya? Padahal, mereka berdua tidak saling mengenal dan bukan pasangan.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh, jangan berbuat yang aneh-aneh!"
"Nggak bisa, nggak kuat. Aku bisa mati kedinginan kalau tidak menyentuh kamu," ujar pria itu.
Pria itu semakin mendekat, Sulastri terus memundurkan langkahnya. Hingga beberapa saat kemudian dia tidak bisa berkutik, karena tubuhnya sudah terpentok ke tembok.
"Pergi sana! Jangan dekati aku!" teriak Sulastri penuh keputusasaan.
Bukannya menjauh, pria itu malah mengungkung pergerakan Sulastri. Tangan kanan pria itu langsung mengangkat kedua tangan Sulastri dan menguncinya ke atas, sedangkan tangan kirinya mencengkram rahang Sulastri.
"Kamu sangat cantik," ujarnya.
"Cuih!"
Sulastri meludah, pria itu terlihat begitu marah. Dia membuka masker yang sejak tadi dia pakai, lalu menyatukan bibirnya dengan bibir Sulastri dengan kasar. Sulastri sampai kesulitan untuk bernapas.
"Lepaskan! Pergi brengsekk!" pekik Sulastri.
Pria itu terpaksa melepaskan tautan bibirnya, karena Sulastri menggigit bibir pria itu. Bibir pria itu sampai berdarah, pria itu tak marah. Justru pria itu mengusap bibirnya yang berdarah, lalu tertawa dan menatap Sulastri dengan penuh gelora.
Hari yang semakin gelap membuat dia tidak begitu bisa melihat wajah pria itu, terlebih lagi sekarang mereka semakin masuk ke dalam gudang. Gelap dan pengap, tak ada pencahayaan di sana.
"Kamu sangat menggairahkann," ujarnya sambil menatap Sulastri dengan tatapan penuh minat.
Sulastri semakin ketakutan, terlebih lagi ketika pria itu mulai mengecupi dan menggigit lehernya. Sulastri rasanya ingin mati saja, dia tak mau berakhir di tangan pria jahat seperti itu.
"Lepas!" teriak Sulastri lagi.
Bukannya melepaskan Sulastri, pria itu malah merobek pakaian yang dikenakan oleh wanita itu. Tubuh Sulastri bergetar hebat mendapatkan perlakuan seperti itu, apalagi ketika pria itu menarik paksa rok panjang yang dia pakai.
"Argh!" teriak Sulastri karena dia terjatuh ke tanah.
Kini wanita itu hanya memakai segitiga pengaman dan juga kacamata pelindung, dia memeluk tubuhnya yang terkena hembusan angin.
"Jangan mendekat, tolong! Tolong aku!" teriak Sulastri karena pria itu semakin mendekat.
"Berteriaklah, Sayang. Tak akan ada yang mendengarnya, percuma saja. Jangan buang-buang tenaga, nanti saja gunakan tenaga itu untuk bermain kuda-kudaan dengan aku."
"Tidak!" teriak Sulastri lagi ketika pria itu mengangkat tubuh Sulastri dan menidurkan Sulastri di atas papan kayu.
Pria itu dengan tidak sabarnya melepaskan kain yang melekat di tubuhnya, lalu melempar baju itu secara asal. Pria itu menatap tubuh Sulastri dengan tatapan lapar, dia begitu menginginkan wanita itu.
"Argh! Pergi!"
Sulastri begitu takut karena Ini pertama kalinya dia melihat milik seorang pria, milik pria itu terlihat berdiri dengan begitu tegak. Milik pria itu terlihat besar, panjang dan dia yakin kalau milik pria itu tak akan masuk ke dalam inti tubuhnya.
"Jangan teriak sekarang, Sayang. Nanti saja, kalau aku sudah---"
Pria itu tidak meneruskan ucapannya, dia langsung menindih tubuh Sulastri. Lalu, dia dengan tak sabar langsung memasukkan miliknya itu ke dalam liang kelembutan milik Sulastri.
"Sakit!" jerit Sulastri.
Dia merasa kalau inti tubuhnya itu terbelah, dia merasa kalau inti tubuhnya itu langsung sobek. Sakit tiada terkira, sakit sampai milik pria itu terasa menusuk ke jantungnya.
"Ternyata kamu masih perawan, tenang saja. Aku pasti akan tanggung jawab," ujar pria itu yang terus memompa tubuh Sulastri.
Pria yang sedang mabuk berat itu begitu senang melakukan hal itu dengan Sulastri, dia bahkan tidak memedulikan Sulastri yang terus berteriak-teriak kesakitan.
"Enak, Sayang. Kamu sangat nikmat," ujar pria itu sambil menengadahkan wajahnya.
Dia sudah mendapatkan puncaknya, dia begitu menikmati pergulatan panas ini. Namun, pria itu seakan tidak ada puasnya. Setelah beberapa saat dia kembali melakukannya.
Sulastri yang sudah lelah langsung tidak sadarkan diri, tetapi pria yang tidak berbelas kasihan itu terus mengayunkan pinggulnya. Walaupun tahu kalau Sulastri dalam keadaan tak sadarkan diri, tetapi baginya sangat nikmat berada di atas tubuh wanita itu.
"Aaah! Nikmat," ujarnya sambil turun dari tubuh Sulastri.
Kali ini pria itu begitu puas, dia langsung memakai pakaiannya. Dia sudah tak merasa kedinginan lagi, dia menatap tubuh Sulastri yang begitu seksi.
"Makasih ya, Sayang. Tapi, aku sudah punya istri dan juga anak. Aku tak mungkin bertanggung jawab dengan menikahi kamu, hanya ini yang bisa aku berikan kepada kamu."
Pria itu meninggalkan segepok uang di samping Sulastri, kemudian dia pergi begitu saja. Dia benar-benar tak berperasaan, meninggalkan Sulastri dalam keadaan polos.
**
"Engh!"
Sulastri tersadar dari pingsan, wanita itu berusaha untuk bangun, tetapi tubuhnya begitu sakit semua. Ketika dia membuka mata, Sulastri langsung berteriak.
"Argh! Dasar brengsek!"
Sulastri menatap tubuhnya yang terasa begitu hina, dia melihat inti tubuhnya yang ada cairan cinta bercampur dengan darah karena memang pria itu melakukannya dengan kasar.
"Aku sudah kotor, aku tak suci lagi." Sulastri menangis sejadi-jadinya, Dia merasa ingin bunuh diri saja.
Namun, dia teringat akan neneknya yang sendirian di rumah. Setelah puas menangis, Sulastri berusaha untuk turun dari papan kayu tempat dia digagahi oleh pria itu.
"Bagaimana aku bisa pulang kalau baju aku saja robek seperti itu?" tanya Sulastri ketika melihat bajunya yang sudah tidak berbentuk.
Dia kembali menangis, tak menyangka kalau dirinya akan kehilangan kesucian karena diperkosaa. Dia bahkan menjerit-jerit ketika mencoba untuk berjalan tetapi inti tubuhnya begitu sakit.
"Ya Allah, kenapa engkau memberikan cobaan seperti ini kepadaku?"
Sulastri terus saja menangis, suara tangisannya tidak terdengar karena tertutup suara hujan yang begitu deras. Setelah cukup puas menangis, Sulastri memakai pakaian yang ada. Lalu, dia berkeliling di dalam gudang itu. Dia berharap akan menemukan baju bekas atau kain yang bisa dia gunakan untuk menutupi tubuhnya.
"Aduh!"
Kaki Sulastri tersandung karena pencahayaan yang tidak ada, hari semakin gelap. Langit saja sudah menghitam, dia tidak tahu ini pukul berapa.
Namun, saat dia hendak keluar dari gudang, dia merasa beruntung karena menemukan tumpukan kain bekas. Basah dan juga bau, tapi Sulastri tetapi mengambil satu untuk menutupi tubuh.
"Sial!" ujar Sulastri karena saat dia hendak pergi dari sana, semua lampu yang ada di desanya terlihat mati.
Kalau terlalu lama hujan memang biasanya akan mati lampu, entah karena ada pohon tumbang yang mengenai kabel listrik, atau karena korsleting listrik.
Dengan penuh kehati-hatian dia melangkahkan kakinya menuju rumah Sumirah, sayangnya jalanan yang licin membuat dia terjatuh berkali-kali.
"Hiks! Kenapa nasibku begitu buruk?"
Sulastri terus menangis selama dia melangkahkan kakinya menuju rumah neneknya, dia merasa kalau hidupnya benar-benar sial dan dia merasa kalau dirinya sudah sangat kotor.
"Apa yang akan aku katakan kepada nenek nanti kalau dia bertanya?"
Sulastri merasa kepalanya pusing sekali, dia bahkan berkali-kali jatuh karena tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Semoga saja mati lampunya sampai besok, biar nanti kalau aku pulang nenek tidak melihat mataku yang sembab."
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..