Melinda dan Rauf sudah menikah selama tiga tahun, tetapi sampai saat ini belum juga di karuniai seorang anak. tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, hingga membuat Tini-- Ibu mertuanya meminta Rauf-- putranya untuk menikah lagi.
"nak, menikalah dengan Sintia tanpa sepengetahuan istrimu!"
bagai disambar petir disiang hari, membuat tubuh Rauf terdiam kaku dengan perasaan yang gelisa. permintaan itu benar benar membuat Rauf dilema. disisi lain dirinya tidak ingin menduakan istrinya, tetapi disisi lain Rauf juga sulit untuk menolak permintaan sang ibu.
lantas, bagaimana kelanjutannya? apakah Rauf akan mengikuti ucapan ibunya? jika iya, lalu bagaimana nasib Melinda? serta, bagaimana perasaan Melinda setelah tau jika suaminya akan menikah lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Malam semakin larut. Diluar hujan sangat deras, dan petir menyambar.
Sintia masih menunggu reaksi dari Rauf, yang hanya memainkan ponselnya.
dia berharap, malam ini dia berhasil, untuk melakukan malam pertama dengan Rauf. Tapi ,Rauf sampai sekarang belum juga memandang tubuh, dan wajah Sintia.
Sintia ingin mendekati dan merayu Rauf. Tapi dia malu, takut, tidak di hiraukan oleh Rauf. Dan akhirnya, Sintia berkesimpulan untuk memberanikan diri untuk menggoda rauf.
Karena, ibu mertuanya sudah berpesan kepada Sintia, agar menggoda rauf, supaya berhasil untuk malam pertama dengan Rauf. Karena, mertuanya ingin Sintia cepat memberikan keturunan pada Rauf.
Perlahan Sintia mulai mendekati Rauf, Dan duduk di pangku Rauf, Sambil mengambil ponsel yang ada di tangan Rauf.
"Mas, aku..kan sudah sah menjadi Istri mas..jadi aku ingin, mas melakukan malam pertama ini dengan aku."
ucap Sintia kepada Rauf, dengan kata-kata yang pelan dan lembut, sambil mencium bibir Rauf.
"Ayo lah mas.. kita lakukan sekarang.!" ucap lagi Sintia dengan bibir yang seksi. "tapi..." ucap rauf.
"ust..." Sintia menutup bibir Rauf dengan jari telunjuknya .
Rauf langsung lengah, dan tidak berdaya apa -apa melihat wajah Sintia yang cantik, dan berpakaian yang seksi. Dia langsung mematikan lampu, dan melaksanakan kewajibannya seorang suami kepada istrinya
Tiba-tiba ponsel Rauf berbunyi, tut.....tut.....tut...dan Rauf, meraba ponselnya yang berada di meja samping tempat tidur Sintia dan Rauf.
terlihat, Melinda yang telpon. Rauf langsung mematikan ponselnya .
Ada apa ini? kenapa Rauf mematikan ponselnya?" tanya Melinda di dalam hatinya. "Tidak biasanya Rauf mematikan ponselnya seperti ini." ucap melinda, di dalam hati.
Melinda langsung merasa gelisah, dan penasaran , pada Rauf yang tidak biasanya dia mematikan ponselnya, saat Melinda telpon .
"Ya, udahlah, nanti aku tanyakan, kalo Rauf sudah pulang." ucap lagi Melinda di dalam hatinya.
Hari sudah pagi. dan terlihat Sintia sudah kelihatan cantik, dan segar sehabis mandi.
Iya sedang sibuk di dapur, memasak makanan untuk sarapan pagi. Selesai masak, semua hidangan sudah tersedia di meja makan.
Sintia ke kamar, dan melihat Rauf masih tertidur. sintia mencoba untuk membangunkan Rauf. "Mas..mas..mas..bangun.." ucap sintia.
Rauf membuka matanya.
"iya kenapa sayang?" tanya Rauf dengan panggilan sayang kepada Sintia.
Sintia terkejut, karna Rauf memanggilnya sayang.
"Terima kasih mas. Atas semuanya." ucap Sintia sambil mencium pipinya Rauf.
"Mas..sudah jam 7. Bukannya mas mau ke perkebunan dengan paman Adi?" tanya Sintia kepada Rauf.
"Oh ..iya..."Jawab rauf.
"Ayo mandi ,Sintia mau tunggu di meja makan untuk sarapan.! " ucap sintia.
Selesai mandi. Rauf langsung menuju ke meja makan, dan mereka berdua sarapan pagi ,dan saling suap menyuap .
Rauf seakan-akan sudah melupakan Melinda. sampai ponsel Rauf, belum di aktifkan juga. dan dia begitu mesra kepada sintia.
Melinda sudah bersiap-siap. pulang ke rumah mertuanya.
"Ibu..bapa..Melinda pamit dulu ya...nanti di lain waktu Melinda datang lagi kemari." Ucap Melinda sambil berpelukan dengan ibu dan bapaknya.
"Iya hati-hati nak, di jalan!" ucap ibu dan bapa Melinda.
"Salam buat ibu mertuamu dan suamimu."
ucap ibunya melinda.
"iya bu.
*assalamualaiku*m.."ucap salam Melinda kepada orang tuanya.
"waalaikum salam" jawab ibunya melinda.
Tidak lama kemudian, Melinda sampai di rumah mertuanya.
dan dia langsung membereskan rumah. Dan memasak makanan, untuk makan siang. karena sebentar lagi, mertuanya tiba dari kampung.
Karna di telpon, Rauf katakan, bahwa ibunya akan pulang.
Jadi Melinda cepat membereskan rumah, dan memasak.
Sehabis memasak ,Melinda langsung mencuci pakaian yang menumpuk.
Terasa cape seharian kerja. Melinda mandi dan istirahat di kamarnya .
Dia mencoba untuk telpon lagi kepada Rauf. Tapi sampai saat ini ponselnya Rauf, belum juga di aktifkan.
Melinda begitu penasaran .tidak lama kemudian bunyi ketuk pintu.
tok....tok..tok.."
Melinda cepat buka pintu nya?' teriak ibu Tini dengan keras kepada Melinda.
"Iya Bu..."jawab melinda sambil berlari membuka pintu.
"Ngapain aja sih?" tanya ibu Tini dengan marah.
"Maaf,Bu. tadi Melinda di kamar. jadi butuh waktu untuk sampai di pintu." jawab Melinda.
"Awas ibu mau lewat." ucap ibu Tini dengan marah sambil berjalan dan menyambar bahu sebelah kanan Melinda.
ibu Tini langsung ke kamarnya, terus dia mandi, Sehabis mandi, ibu Tini langsung ke meja makan dan makan.
Melinda juga ikut duduk di meja makan, untuk makan.
"Ngapain kamu di sini?
seharusnya kamu tidak pulang dari rumah ibu kamu. Karna kamu sekarang sudah tidak berharga lagi di rumah ini." tanya ibu Tini sambil membentak-bentak Melinda dengan kasar.
"Ibu ..sayakan istrinya Rauf, jadi kalo Melinda masih di rumah ini, itu karna Rauf suaminya Melinda Bu.." jawab Melinda dengan pelan.
"Tapi seharusnya kamu malu, dan sadar diri, kamu itu mandul, dan tidak bisa kasih Rauf keturunan." Jawab ibu Tini dengan sangat marah kepada Melinda.
"Ibu..mungkin Allah belum mau memberikan kita keturunan Bu..."jawab lagi Melinda dengan sangat pelan kepada mertuanya.
Pak.k.k...ibu Tini menampar Melinda dengan kuat, sampai pipi Melinda terlihat sangat merah.
"Ibu..kenapa menampar Melinda Bu? melinda salah apa sama ibu?" tanya Melinda dengan meneteskan airmata.
"salah kamu, karna kamu perempuan tidak berguna, di rumah ini."Jawab ibu Tini dengan keras.
"ibu. Tega kepada melinda." ucap Melinda sambil berlari ke kamar, dan memegang pipinya . Yang habis di tampar oleh mertuanya.
Dan Melinda terus menangis, sambil membuka ponselnya, dan mencoba menelpon rauf .
dan ponselnya rauf belum juga aktif.
"kenapa... kenapa... ibu sekejam itu ke pada melinda..." ucap melinda sambil menangis dan mengusap rambutnya. "mas.. kenapa sampai saat ini ponsel kamu masih juga belum aktif?" tanya melinda sambil menangis.
hari berganti hari. tidak terasa sudah seminggu, rauf belum juga pulang, dan ponselnya belum juga aktif.
melinda hanya bisa pasrah, dan menunggu rauf pulang. setiap hari melinda di bentak-bentak mertuanya, dan kalau melinda melawan atau menjawab, setiap perkataan mertuanya, dia selalu di tampar.
dan melinda hanya terus merenungi nasib nya yang malang. dia tidak bisa melawan pada mertuanya, karena, dia sangat sayang mertuanya, meskipun mertuanya begitu ke jam ke pada nya.
sudah seminggu rauf ber dua dengan sintia. dan rauf sudah begitu mencintai sintia. seakan -akan dia belum mau pulang. masih ingin tinggal bersama sintia .
tapi, pekerjaannya di perusahaan yang membuat rauf merasa terpanggil,
karena beberapa hari lalu, sekretarisnya menelpon rauf.
bahwa di perusahaan lagi ada masalah.
jadi sementara, rauf mengabaikan dulu urusan perusahaan. nanti urusan nya dengan sintia sudah selesai,
baru dia akan urus urusan di perusahaan.
"sayang...besok mas mau pulang dulu ya. karna masih ada urusan yang akan mas selesaikan di kantor."..