Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.
Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.
Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.
Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."
Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.
Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.
Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Penyelamat Arogan
Di tengah hiruk pikuk pusat kota yang tak pernah tidur, apalagi di akhir pekan, dua pria terlihat serius berbincang di depan sebuah restoran street food yang ramai. Salah satunya adalah Javier Maxim, CEO Maxim Group, yang berkali-kali mengusap wajahnya kasar.
Ia tengah dilanda kepanikan luar biasa. Besok adalah batas waktu penyerahan surat pernikahan. Jika Javier tidak bisa menunjukkan bukti pernikahannya, seluruh harta warisan mendiang ayahnya akan jatuh ke tangan adik tirinya.
Surat wasiat itu jelas menyatakan, Javier harus menikah terlebih dahulu untuk bisa mengklaim seluruh warisan ayahnya. Waktu terus berdetak, dan ia belum menemukan solusi.
"Bos hanya perlu meminta wanita yang mendekati bos untuk menjadi istri bos." ucap assisten nya Bastian.
"Tidak, mereka terlalu merepotkan, belum apa-apa sudah seperti perangko. Apalagi kalau sudah menikah, aku hanya perlu wanita yang tidak akan mengurusi hidupku."
Javier menggeram, "Tidak, mereka terlalu merepotkan! Belum apa-apa sudah seperti perangko," ia menyeka keringat di dahinya.
"Apalagi kalau sudah menikah, aku hanya perlu wanita yang tidak akan mengurusi hidupku. Wanita yang tidak punya waktu untuk drama, yang sibuk dengan kehidupannya sendiri." Ia menatap Bastian dengan tatapan frustrasi.
"Apa ada wanita seperti itu di dunia ini?"
Bastian mengangguk-angguk, "Ada, Bos. Banyak, malah. Tapi biasanya mereka tidak tertarik dengan... eh, hal-hal seperti ini." Ia melirik arloji, "Waktu kita mepet, Bos. Bagaimana kalau kita mencari di tempat yang tidak biasa?"
"Maksudmu?" Javier mengerutkan kening.
"Panti asuhan atau semacamnya, Bos. Biasanya ada wanita yang membutuhkan bantuan finansial, tapi mereka punya prinsip. Mungkin kita bisa menemukan seseorang yang mau bekerja sama tanpa embel-embel cinta atau drama." Bastian mencoba memberikan solusi, meskipun ia sendiri tidak yakin Javier akan setuju.
"Kita bisa tawarkan sejumlah uang dan perjanjian pra-nikah yang menguntungkan kedua belah pihak."
Javier terdiam, memikirkan ide gila itu. Sebuah pernikahan kontrak? Itu bukan yang ia inginkan, tapi demi warisan ayahnya, ia akan melakukan apa saja.
"Baiklah," desahnya,
"Cari seseorang yang memenuhi kriteriaku. Seseorang yang tidak akan pernah ikut campur dalam hidupku setelah semua ini selesai."
Bastian mengangguk cepat, mengeluarkan ponselnya. "Siap, Bos. Saya akan hubungi beberapa kenalan. Pasti ada jalan."
☘️☘️
Lisa terus berlari sekuat tenaga yang ia bisa. Kakinya melaju sekuat mungkin, melesat menembus kegelapan lorong.
Deru napasnya memburu, bersaing dengan detak jantungnya yang bergemuruh.
"Mau lari ke mana, manis?!" teriak salah satu pemuda di belakangnya, tawa mengejek mereka terdengar semakin dekat.
Lisa tak peduli. Ia hanya ingin menjauh, keluar dari mimpi buruk ini. Ia meliuk di antara tumpukan sampah, melompati genangan air, dan tak henti-hentinya memohon dalam hati agar ada keajaiban.
Tiba-tiba, saat ia membelok di tikungan lorong yang gelap, sebuah sorot lampu mobil menyilaukan matanya.
Sebuah mobil mewah, hitam mengkilap, berhenti mendadak di depannya.
Pintu penumpang terbuka, dan seorang pria berjas rapi, dengan raut wajah tegas, menatapnya. Itu adalah Javier Maxim.
Javier, yang baru saja selesai menelepon Jerry dan memutuskan untuk memeriksa beberapa lokasi di pusat kota secara langsung, tidak menyangka akan menemukan pemandangan ini. Ia melihat seorang gadis muda berlari ketakutan, dikejar oleh sekelompok pemuda yang tampak beringas.
Naluri protektifnya, yang jarang sekali muncul, langsung terusik.
"Masuk!" perintah Javier, suaranya lantang namun tenang.
Lisa terdiam sesaat, antara takut dan bingung. Namun, suara langkah kaki para pengejar semakin dekat, memaksanya membuat keputusan cepat. Tanpa berpikir panjang, ia membuka pintu mobil dan melompat masuk.
Seketika, pintu mobil tertutup. Javier menginjak gas, membuat mobil melesat pergi meninggalkan lorong gelap itu.
Para pemuda yang mengejar Lisa mengumpat kesal, menendang udara kosong karena mangsanya lolos.
Di dalam mobil, Lisa terengah-engah, tubuhnya gemetar hebat. Ia menatap Javier, matanya masih dipenuhi ketakutan dan kebingungan.
Pria ini… ia tidak tahu siapa dia, tapi pria ini baru saja menyelamatkannya. Setidaknya Lisa bersyukur akan kedatangan pria ini di waktu yang pas. Jika tidak entah apa yang akan terjadi kepadanya.
Javier melirik Lisa sejenak. Rambut gadis itu acak-acakan, pakaiannya lusuh dan kotor, dan wajahnya pucat pasi. Ada goresan di pipinya.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya datar, tanpa emosi yang berarti, namun ada sedikit nada khawatir dalam intonasinya.
Lisa terpana dengan sosok Javier, Ia tinggi, dengan perawakan tegap yang memancarkan aura dingin dan dominan. Jaket kulit hitam yang ia kenakan terlihat mahal dan pas di badannya, kontras dengan celana jeans gelap dan sepatu boots yang senada.
Rambutnya hitam legam, ditata sedikit berantakan namun tetap terlihat rapi, membingkai wajahnya yang tegas. Rahang kokoh, hidung mancung, dan bibir tipis yang sedikit terkatup rapat memberikan kesan misterius.
Namun, yang paling menarik perhatian Lisa adalah sepasang matanya. Gelap, tajam, dan seolah menyimpan banyak rahasia, mata itu menatap Lisa dengan intens, seolah mencoba membaca apa yang ada di balik ketakutan gadis itu.
Lisa merasa seperti tikus kecil di hadapan kucing besar, namun anehnya, ia tidak merasa terancam sama sekali oleh Javier. Malah, ada rasa aman yang tiba-tiba menyelimutinya.
"Nona?" tanya Javier sekali lagi, lebih tegas.
Lisa hanya bisa mengangguk, terlalu syok untuk bicara. Ia merasa lega dan aman untuk pertama kalinya dalam seminggu terakhir.
.
Di dalam mobil yang melaju tenang, Lisa berusaha menstabilkan napasnya. Gemetar tubuhnya berangsur reda, digantikan oleh kelelahan yang mendalam. Ia melirik Javier lagi, yang kini fokus mengemudi.
Lampu-lampunya yang terang memantulkan bayangan jalan di wajah tegas pria itu. Lisa tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, meskipun suaranya masih sedikit serak.
"Terima kasih," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.
"Terima kasih sudah menolongku."
Javier hanya mengangguk kecil, pandangannya tetap lurus ke depan. Mobilnya terasa nyaman, seolah diisolasi dari kebisingan dan kekacauan dunia luar yang baru saja Lisa alami.
Ada aroma samar kulit dan parfum maskulin yang menenangkan di dalam mobil itu, jauh berbeda dengan bau jalanan yang selama ini ia hirup.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Lisa masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia lolos. Ia aman.
Tapi di mana ia sekarang? Dan siapa pria di sampingnya ini? Ada banyak pertanyaan di benaknya, namun ia terlalu takut untuk mengatakannya.
"Kau tidak punya tempat tinggal, kan?" tanya Javier tiba-tiba, memecah kesunyian. Nadanya masih datar, namun ada kepekaan yang tersembunyi.
Lisa tersentak. Bagaimana pria ini tahu? Ia hanya bisa menunduk, malu dengan keadaannya.
"Aku... aku tidak tahu harus ke mana," jawabnya lirih, jujur.
Javier menghela napas pendek. "Kau bisa ikut denganku untuk sementara," ujarnya, tanpa menatap Lisa.
"Setidaknya sampai kau menemukan tempat yang aman."
Tawaran itu bagaikan mimpi di siang bolong. Lisa mengangkat kepalanya, menatap Javier dengan mata melebar. Ikut dengannya? Ke mana? Meskipun ada keraguan dan ketidakpercayaan, rasa putus asa dan kelelahan mengalahkan segalanya.
Ia tidak punya pilihan lain. Di samping itu, entah mengapa, ada sesuatu dalam diri Javier yang membuatnya merasa bisa sedikit mempercayai pria misterius ini.
Apa yang akan Lisa katakan atau lakukan menanggapi tawaran Javier?
Ia memandang ke luar jendela, melihat jalanan pusat kota yang terang benderang melesat di samping mereka.
Kehidupan baru, atau setidaknya kelegaan sementara, baru saja dimulai.
Apa yang akan terjadi selanjutnya antara Javier dan Lisa? Akankah pertemuan tak terduga ini mengubah rencana Javier untuk mencari istri kontrak?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...