Dean Benicio dan Janella Winkler adalah sepasang suami istri yang saling mencintai.
Karena sebuah penyerangan, Jane yang tengah hamil besar harus berpisah dengan Dean. Tak lama kemudian sebuah kabar membuat Jane hampir kehilangan anak-anak yang dikandungnya. Dean dikabarkan meninggal, Rex sang asisten pribadi pun juga tidak kabarnya.
5 tahun berlalu, Jane bersama anak kembarnya datang kembali ke kota tempatnya dulu tinggal. Jane ingin mengenalkan kenangan Dean kepada Ethan dan Emma.
Tapi saat sedang berada di taman, Jane melihat Dean yang sang duduk di sana. Jane menggandeng kedua anak kembarnya berlari menghampiri Dean. Jane langsung memeluk Dean tapi sebuah kalimat membuat Jane tersentak.
" Kamu siapa?"
Bukan hanya itu yang membuat Jane terkejut, datangnya seorang wanita dan anak kecil yang memanggil ayah pada Dean semakin membuat Jane bingung.
" Jika itu adalah Daddy kita maka tidak ada yang boleh memanggilnya ayah," ucap Emma dan Ethan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Kembar 03
Elizabeth Martinez, seorang wanita berusia 27 itu tampak risau saat duduk di ruang makan. Ia bahkan tidak fokus saat menyuapi Bobby--putranya yang baru berusia 4 tahun. Gelagatnya itu tentu ditangkap oleh mata sang ayah--Pablo Martinez. Tidak pernah Eliz tampak begitu tidak fokus saat sedang melayani putra dan 'suaminya' di meja makan.
" Apa yang sedang kau pikirkan Eliz, mengapa sepertinya kamu sedang khawatir begitu," tanya Pablo kepda sang putri.
" A-aku tidak apa-apa Pa. Hanya sedikit lelah saja," jawab Eliz singkat.
Pablo hanya membuang nafasnya kasar. Jawaban Eliz tentu hanya sedapatnya saja, dia jelas sedang ada yang dipikirkan.Tapi Pablo tidak ingin membahas ini saat ini. Waktu makan adalah waktu dimana mereka menikmati makanan dan bukan tempat untuk berbincang ataupun berdiskusi. Maka dari itu Pablo membiarkan Eliz terlebih dulu. Ia akan bertanya lebih lanjut nanti.
Di sudut yang berbeda Dean seperti tengah berpikir sesuatu. Ia bahkan sampai mengerutkan alisnya. Hal yang tidak pernah dilakukannya selama dia datang ke kediaman Martinez. Hal tersebut tentu membuat Eliz bertanya-tanya, ada apa gerangan yang menjadi pikiran Dean. Jangan-jangan tentang wanita yang mereka tadi temui di taman. Eliz menggelengkan kepalanya mengusir semua kekhawatirannya.
" Dean adalah milikku, aku tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya. Tidak satupun boleh berada di sisi Dean kecuali aku dan Bobby. Aku adalah istrinya dan Bobby adalah anaknya, tidak boleh ada istri yang lain ataupun anak yang lain." Eliz berbicara dalam hati. tangannya mencengkeram erat dress nya di bawah meja.
Lain pikiran Eliz lain pula pikiran Dean, pria itu sedari tadi berpikir keras dengan wanita yang ia temui. Suara itu seperti pernah ia kenal sebelumnya, tapi dimana jelas Dean tidak bisa mengingat. Semakin ia berusaha untuk mengingat maka kepala nya akan terasa sakit dan bertambah sakit.
" Arghhhh!!" Dean berteriak keras membuat seisi ruang tamu terkejut. bahkan Bobby merasa takut sat melihat Dean menjambak rambutnya sendiri.
" Dean, kamu kenapa?" tanya Eliz yang tidak bisa dijawab oleh Dean. Pria itu masih terus berteriak dan bahkan sekarang memukul kepalanya.
" Bu, apa yang terjadi dengan ayah. Ayah kenapa bu?" tanya Bobby ketakutan.
"Ayah sedang sakit, Ibu antar kamu ke kamar ya. Bermainlah bersama Bibi Marry. Ibu akan merawat Ayah agar segera sembuh."
Bobby menurut, awalnya Eliz sendiri yang akan mengantar Bobby, tapi oleh Bibi Marry Bobby diambil dari gendongan Eliz agar Eliz bisa langsung merawat Dean.
" Dean, aku akan membawamu ke kamar untuk beristirahat."
Eliz memapah Dean untuk kembali ke kamar, sedangkan Pablo ia megambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Sepertinya pembicaraan antara Pablo dan orang itu terlihat sangat serius.
" Aku harap kamu mengerti dan menjalankan tugasmu degan baik. Aku tidak ingin putri kesayanganku sedih. Aku mau nama Dean Benicio hilang dari muka bumi ini. Yang ada hanyalah Dean Alexander, menantu dari seorang Pablo Martinez," tegas Pablo.
Orang yang berada di sebarang sana tentu mengerti dan sangat paham dengan perintah sang tuan. Di dalam rumah sakit, orang tersebut sedang berada di ruangannya. Tangannya memegang sebuah botol obat yang memang waktunya untuk diberikan.
" Entah apa yang akan terjadi dengan orang itu jika terus menerus meminum obat ini. Aku harap orang tersebut tetap dalam kondisi mental yang baik meskipun aku sendiri tidak yakin," gumam seorang pria yang menggunakan jas dokter pelan.
Sebenarnya apa yang dia lakukan sangat bertentangan dengan nalurinya sebagai dokter. Dokter adalah seseorang yang bertugas menyembuhkan orang dan bukannya membuat orang semakin sakit. Tapi dia hanya bisa mengikuti kemauan orang itu. Dia sudah banyak berhutang banyak terhadap Palo Martinez, salah satunya yakni berjalannya rumah sakit yang ia kelola tidak lepas dari dana invetasi yang dikucurkan oleh Pablo Martinez.
" Aku tidak tahu bagaimana dan seperti apa Tuhan akan menghukum ku. Aku akan menanggung semuanya."
Dokter Arthur melepaskan jas dokternya dan menggantungkannya di gantungan baju. Ia memasukkan botol berisi obat tadi ke dalam tas nya dan bersiap menuju ke kediaman Martinez. Satu tugas yang sangat bertentangan dengan hati nuraninya tapi tetap harus dia jalankan. Dia jelas tidak punya pilihan lain. Hal ini sungguh membuatnya tidak bisa berbuat apapun selain menurut.
Arthur mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Kebohongan, tipuan yang ia lakukan selama 5 tahun ini sungguh membuat hatinya tidak tenang. Berkali-kali dia memohon ampun dengan apa yang ia lakukan, namun agaknya permohonan ampun itu percuma karena masih terus ia lakukan.
" Semoga ada waktunya aku berhenti melakukan semua ini."
Arthur tergugu, di sepanjang perjalanan menuju kediaman Martinez dia selalu mohon ampun dalam hati. Dia meminta pengampunan kepada Tuhan atas apa yang ia perbuat.
Ckiiiiit
Arthur mengentikan mobilnya tepat di depan mansion milik Martinez. Dia berjalan dengan rasa enggan. Tapi sebuah sambutan hangat diterima oleh Arthur dari pemiliki rumah.
" Syukurlah dokter, lihatlah apa yang terjadi pada suamiku," ucap Eliz dengan nada khawatir. Rupanya sedari tadi dia terus menunggu Arthur datang.
" Jangan khawatir Nyonya, saya yakin Tuan Dean tidak apa-apa," sahur Arthur menenangkan.
Eliz langsung membawa Arthur ke kamar dimana Dean berada. Bisa Arthur lihat Dean masih kesakitan sambil mencengkeram erat kepalanya. Arthur langsung meraih tangan Dean agar pria itu tidak terus menjambak rambutnya sendiri.
" Nyonya, bisakah Anda mengambilkan saya air putih hangat," pinta Arthur.
" Baik, baik akan aku ambilkan."
Eliz langsung pergi keluar kamar, dan Arthur mencoba memeriksa kondisi Dean. tapi saat ia hendak memeriksa Dean menggunakan stetoskop, Dean mencengkeram erat tangan Arthur lalu menarik tubuh sang dokter hingga wajah keduanya sangat dekat.
Arthur tentu terkejut, terlebih tatapan mata membunuh milik Dean belum pernah ia lihat sebelumnya.
" Obat apa yang kau berikan kepadaku?"
Glek!
TBC
ilang ingatan dll
semoga sukses selalu