NovelToon NovelToon
Suara Dari Bayangan

Suara Dari Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Romansa / Pembantu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: MOM MESS

“Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang tubuh dan jiwanya hancur oleh dunia yang tak memberinya tempat. Dan kini, aku berdiri, tak hanya untuk ibuku… tapi untuk setiap wanita yang suaranya dibungkam oleh bayangan kekuasaan.”

Mumbai, tengah malam. Di ruang pengadilan yang remang. Varsha memandangi tumpukan berkas-berkas perdagangan manusia yang melibatkan nama-nama besar. Ia tahu, ini bukan hanya soal hukum. Ini adalah medan perang.

Di sisi lain kota, Inspektur Viraj Thakur baru saja menghajar tiga penjahat yang menculik anak-anak perempuan dari desa. Di tangannya, peluru, darah, dan dendam bercampur menjadi satu.

Mereka tidak tahu… bahwa takdir mereka sedang ditulis oleh luka yang sama–dan cinta yang lahir dari pertempuran panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Markas Bisu.

Pagi menjelang. Langit berwarna jingga. Warga desa duduk mengelilingi Varsha yang terbaring lemah. Matanya belum juga terbuka. Napasnya masih berat. Dari kejauhan, Viraj berdiri. Bajunya masih berlumuran darah. Matanya tak lepas dari Varsha. Ia bicara lirih, pada dirinya sendiri.

"Apa yang sedang kurasakan ini?"

"Aku benci saat kau diam tak ingin bicara padaku. Saat kau menghilang, aku seperti kehilangan arah."

"Aku ingin sekali membakar dunia, saat mendengar kata hina tentang dirimu. Dan saat aku melihat kau disiksa... Aku seperti ingin membunuh mereka yang menyentuhmu."

"Ada apa dengan ku? Kemarahan macam apa ini."

"Cinta." Dari belakang Viraj, terdengar suara pria tua menjawab pertanyaan nya. "Itu bukan hanya amarah, Nak. Itu adalah perasaan takut kehilangan cinta kita." Viraj terdiam. Ia menoleh ke arah pria itu, tapi tak menjawab. Hanya memandangi Varsha lagi.

...----------------...

Beberapa jam setelah Varsha tak sadarkan diri, kelopak matanya bergerak. Perlahan napasnya mulai beraturan. "Bu Varsha, " lirih salah satu warga yang berada di dekat Varsha. Ia membuka mata. Menatap sekeliling. Beberapa warga mulai mendekat. Varsha spontan duduk. Wajahnya panik.

"Di-dimana mereka?"

Warga mulai panik saat melihat Varsha gelisah. "Tenang, Nak... Kau aman sekarang, " ujar wanita tua itu.

"MEREKA MEMBAWA GADIS ITU PERGI. DIMANA MEREKA?"

Viraj terkejut mendengar Varsha teriak. Viraj perlahan menghampiri, duduk di sampingnya. "Varsha... Tenanglah."

"Vi-viraj... Mereka... Mereka membawa gadis itu pergi... K-kita harus cepat. Aku mohon Viraj." Tangis Varsha pecah. Viraj memegang kedua tangan Varsha dan meletakkannya pada kedua dadanya.

"Tapi keadaanmu belum—"

"AKU TIDAK PEDULI! Keselamatan mereka lebih utama Viraj. Kita harus cepat..."

Viraj mencoba menahan diri. "Varsha. Lihat aku! Aku akan menyelamatkan mereka. Tapi kau... kau harus tinggal di sini."

"Aku mohon. Sekali ini saja, dengarkan aku!"

Varsha terdiam, dan tenggelam dalam pelukan Viraj. Varsha menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. "Tenangkan dirimu. Tidak akan terjadi apa-apa pada mereka." Viraj mengelus rambutnya. Ia bahkan mencoba menahan air matanya sendiri. Untuk pertama kalinya. Wanita tegas dan pemberani, rapuh melihat para gadis itu di sakiti.

...----------------...

Tak berselang lama, terdengar suara motor dan jip. Jagad dan Bose tiba bersama tim kepolisian khusus. Seluruh warga menatap para polisi itu. Viraj membantu Varsha untuk berdiri. Saat Bose membuka mobil, Mahi turun dan berlari ke arah Viraj maupun Varsha. "Kakak Varsha. Kau kenapa menangis?"

Varsha hanya tersenyum. Dia menghapus air matanya, dan langsung memeluk Mahi. Viraj berjalan mendekati barisan para polisi. "Gadis-gadis itu baru saja di bawa. Kita harus bergegas berangkat sekarang."

"Sir. Kemana kita akan mencari mereka?"

Viraj langsung menoleh ke arah Varsha, dan menghampirinya.

"Apa kau tau kemana mereka membawa para gadis itu?"

"A-aku tidak tau. Ranatungga tidak menyebutkan kemana dia akan membawa mereka." Viraj terdiam gelisah. Jika mereka tidak tau kemana Ranatungga membawa gadis-gadis itu, bagaimana bisa mereka mencarinya.

Tiba-tiba seorang pria desa berada di barisan tengah menyahut, "Orrisa".

Semuanya langsung menatap pria tersebut. "Sebuah gudang bekas terbengkalai dekat perbatasan antara Rajasthan dan Orrisa. Akan tiba sebuah truk kontainer yang membawa seluruh para gadis dari penjuru desa untuk di kirim ke suatu tempat."

"Dari mana kau tau?"

"Putri ku juga di sekap di sana. Tapi aku menebus nya." Pria itu langsung merangkul gadis berusia 8 tahun. "Dia bukan putri kandungku. Tapi... Aku tidak tega melihat dia tersiksa karena ulah Ranatungga."

Tanpa menunggu lama, Viraj langsung menggerakkan pasukannya untuk bergegas ke tempat yang sudah di berikan. "Bose. Tolong antarkan Varsha dan Mahi pulang kembali ke Mumbai. Setelah sampai, tolong kau bawa Varsha ke rumah sakit. Varsha menggenggam tangan Viraj.

"Aku tidak pernah meminta keinginan kepadamu. Tapi tolong... Kali ini aku menginginkan mereka kembali. Karena dengan kembalinya mereka, maka suara-suara yang telah lama tenggelam akan kembali hidup. Aku mohon..."

Viraj menatap tangan Varsha yang menggenggam erat tangannya. Genggaman itu bukan hanya genggaman biasa. Terdapat sentuhan harapan yang sangat tinggi.

"Aku akan membawa mereka kembali, seperti yang kau inginkan." Varsha tersenyum. Untuk pertama kalinya... Varsha tersenyum lebar. Saat Viraj hendak pergi, tiba-tiba tangan mungil Mahi menahannya. "Berjanjilah ayah akan kembali pulang. Aku dan kak Varsha akan menunggumu." Viraj terdiam menatap Varsha. "Jika kau tidak kembali. Aku tidak akan bicara padamu." Ucap Varsha. Viraj menatap dua insan yang saat ini memegang tangannya penuh harapan. "Aku... Aku berjanji." Senyuman yang di sertai semangat mulai membara di jiwa Viraj.

Ia pun berbalik, melompat ke dalam jip, dan berangkat menuju medan gelap... tempat suara para gadis masih berbisik dari bayangan.

Varsha dan Mahi masuk ke dalam mobil, dan pulang ke Mumbai bersama Bose. Semetara Viraj. Sepanjang perjalanan dia senyum-senyum sendiri. Wajah yang selalu ia ingat adalah wajah Varsha yang tersenyum sambil memintanya untuk segera kembali. Ia bahkan menatap tangannya yang di pegang oleh Varsha dengan senyuman dan semangat.

...----------------...

Udara malam terasa lebih pekat dari biasanya di perbatasan antara Rajasthan dan Orissa. Angin yang bertiup dari padang tandus membawa debu dan ketegangan. Gudang tua yang sudah tak terpakai berdiri di tengah padang gersang, dikelilingi semak berduri dan reruntuhan truk usang. Namun malam itu, tempat itu hidup. Terang cahaya lampu sorot dari dalam gudang, teriakan pendek anak buah Ranatungga, dan suara rantai besi yang menggeret di lantai beton menandakan sesuatu sedang terjadi.

Dari kejauhan, di balik rerimbunan pepohonan kering dan truk karatan, Viraj dan timnya berjongkok sambil mengamati aktivitas yang terjadi.

“Truk kontainernya sudah siap. Mereka sedang memindahkan para gadis,” bisik Jagad, sambil menyorotkan lensa malamnya ke arah gudang.

Viraj menyipitkan mata. “Berapa banyak anak buahnya di sana?”

“Sekitar dua belas orang. Tapi Ranatungga juga ada di lokasi,” jawab Jagad. “Dia yang mengatur semuanya.”

Viraj menggertakkan gigi. “Kita tidak bisa tunggu lebih lama. Kalau truk itu bergerak, kita kehilangan mereka selamanya.”

Dari dalam gudang, Ranatungga berdiri dengan angkuh, memegang ponselnya sambil mengawasi para gadis yang ketakutan. Mereka dirantai di pergelangan tangan, wajah mereka lusuh dan mata mereka kosong.

“Ya... ya, bos,” ucap Ranatungga lewat sambungan telepon. “Barangnya utuh. Dua puluh lima gadis muda, sehat, bersih. Komisi seperti biasa, kan? Lima puluh untuk pengiriman, dua puluh buat saya.”

Ia tertawa pendek, menyalakan rokoknya. “Kalau kau telat transfer, aku bisa jual ke orang lain. Kau tahu pasarnya panas sekarang.”

Viraj mengepalkan tangan, lalu memberi aba-aba dalam kode tangan. Anggota polisi yang sudah siap mengepung langsung berpencar ke empat sisi gudang. Senapan mereka terangkat, langkah kaki mereka nyaris tak terdengar.

“SEKARANG!” teriak Viraj.

Ledakan suara pecahnya pintu, sorotan lampu, dan teriakan polisi mengguncang gudang tua itu.

“SEMUA ANGKAT TANGAN! INI PENGGEREBEKAN!” teriak Jagad.

1
sknrts
heh??? daddy??😭🙏🏻
angradarma
Dek. lu masih ingat gua gak?
angradarma
KEJUTAN ANJAY
Yeonjun’s wife
HERNANDES IS BACK
Yeonjun’s wife
WHAT— ini serius atau borongan?!??
Yeonjun’s wife
Langsung ingat karakter Arjun Sarkar😭🙏
Yeonjun’s wife
Ceritanya seru, aku suka banget terutama untuk karakter Varsha😍👍keren abizzzzz, btw semangat buat author udh buat karya sekeren ini. Tetap jaga kesehatan tor, wi lop yu 😘🔥
angradarma
Sejauh ini ceritanya seru banget. Penulisan rapi, dan mudah di mengerti. Tinggal typonya aja yang di perbaiki lagi ya tor😁btw suka juga sama alur ceritanya yang menceritakan tentang wanita2 hebat♥️semangat terus tor.
angradarma
makin seru aja nih. lanjut dong tor🙏
angradarma
LANJUT PLEASE. MANA BOLEH LAGI SALTING GINI DI POTONG!🙄
satya
Good job👍🔥
Doni Nanang
keren lanjutkan..
jangan lupa mampir ya kak...
Yeonjun’s wife
LANJUT PLEASE
Yeonjun’s wife
KETEN BANGET🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!