Totok Pembangkit

Raja mengendus, ada sesuatu yang mengganggu indra penciumannya. Dia sedikit menjauh dari Gadis dan memperhatikan Gadis, tatapannya tertuju pada kantong plastik hitam yang di tenteng tangan Gadis sebelah kanan seketika aura kemarahan tampak di wajahnya.

"BUANG GAK TUH BARANG!!" bentak Raja dengan mata melotot tajam ke arah Gadis. seketika bentakan itu membuat 3 orang APR nya ikut tersentak karena kaget.

Gadis melirik kantong plastik hitam dan mengangkat nya tepat di depan Raja.

"INI??" jawab Gadis dengan nada tinggi.

Raja menangkis tangan Gadis yang memegang plastik hitam dengan kasar.

"GAK MA-U," kembali Gadis menyahut.

Raja menyambar kantong plastik hitam itu

sambil menutup hidungnya dengan satu tangan, dia lalu berjalan ke pintu keluar apartemen. begitu hendak membuka pintu diurungkan niatnya.

"Sial, di lorong ada CCTV!" gumam Raja.

Raja berbalik arah berjalan menuju dapur diikuti oleh Gadis yang berusaha mengejarnya.

"TUNGGUUU!I" teriak Gadis.

Teriakan panggilan Gadis tidak dihiraukan Raja, Raja membuka tempat sampah dengan kakinya lalu membuang bungkusan kantong plastik hitam itu ke dalamnya.

"TERLALUU!!" teriak Gadis melengking membuat ketiga APR menutup telinganya.

Gadis lalu membuka tempat sampah itu dan kembali mengeluarkan kantong plastik hitam yang berisi oleh-oleh dari Bu Ndut. Matanya menatap tajam kearah Raja dengan sorot kemarahan yang sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Denger ya Om! aku ini sabar, Tapi akan lebih baik kalau Om jangan nguji kesabaran ku!" ujar Gadis dan pergi meninggalkan Raja dengan wajah cemberut.

"Huh, cewek gila satu itu emang susah di atur!" sungut Raja sambil berjalan mengejar Gadis yang melangkah menuju pintu keluar.

Pras dan ketiga APR dibuat tercengang dengan adegan yang terjadi di depan mereka antara Raja dan Gadis, ibarat kata mereka sedang melihat drakor perang ala pengantin baru dan mereka hanya berdiri menyimak sambil melongo.

"MAU KEMANA LU!" teriak Raja sambil mencekal tangan kanan Gadis.

"Pulang," sahut Gadis tanpa menatap Raja dengan bibir mengatup.

"Gue nggak ijinin lu pulang!" Raja menghardik dengan sorot tajamnya.

"Kalau begitu, jangan sentuh apapun barang ku!" protes Gadis.

"Kalau gue nggak turutin kemauan dia bisa Kacau malam ini, demi si Dicky gue harus bisa nahan diri," batin Raja sambil mengatur nafasnya.

"Oke, lu bisa simpan barang-barang itu. Tapi ingat! simpan di tempat yang gak tercium hidung gue,"

Gadis menarik napas panjang untuk menetralkan aliran darah yang ada di tubuhnya karena emosi lalu perlahan dia menghembuskan nya.

"Gak masalah Om," sahut Gadis.

"Mak, tunjukkan kamar Nyonya dan bantu dia bersiap, 10 menit lagi antar kan dia ke kamarku!" perintah Raja sebelum meninggalkan ruang utama menuju kamarnya.

"Baik Tuan, siap laksanakan," sahut Bu Santi.

"Silakan Nyonya ikut saya," Bu Santi mempersilahkan Gadis untuk berjalan di depannya.

"Bu tolong simpan barang-barang ini di tempat yang tertutup dan letakkan di dalam kulkas," pinta Gadis kepada Bu Santi.

Begitu memasuki kamar yang di tuju mata Gadis langsung berkeliling kamar.

"Kamar yang indah dan mewah," itulah yang ada di benak Gadis.

"Maaf nyonya, saya akan merapikan barang-barang anda," kata Bu Santi meminta izin.

"Oh ya, Perkenalkan nama saya Gadis, kalau pas kita lagi berdua panggil Gadis aja jangan nyonya Bu," pinta Gadis.

"Tapi maaf Nyonya saya tidak berani takut Tuan marah," elak Bu Santi.

"Gimana dia mau marah Bu, kalau dia nggak tahu. Kan saya bilang kalau kita lagi berdua," ucap Gadis sambil tersenyum.

"Hehehe, iya Nyonya e.. maksud saya Gadis,"

"Saya mau ke kamar mandi dulu Bu, permisi," ucap Gadis sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi.

"Gadis yang sopan," bisik Bu Santi sambil tersenyum tipis.

***

Bu Santi membawa gadis menuju lift naik ke lantai satu dalam hati gadis merasa takjub dengan kemewahan dan juga fasilitas apartemen yang serba modern dan canggih.

"Silakan Nyonya saya mengantarkan sampai sini, ini kamar tuan," Bu Santi mempersilahkan Gadis untuk masuk.

Gadis mengangguk dan tersenyum "Terima kasih Bu," ucapnya kemudian.

sejenak Gadis memejamkan matanya menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya perlahan.

"Everything will be alright," gadis mengatakan untuk menenangkan dan menyemangati dirinya sendiri.

Tok tok tok.

Gadis mengetuk pintu, tak perlu waktu lama pintu terbuka. begitu Gadis masuk, aroma semerbak bunga memanjakan Indra penciumannya.

Di depan matanya tersaji pemandangan yang membuat siapapun terkesima terhanyut dalam romantisme.

Bunga dan paduan aroma lilin terapi yang begitu kuat tapi lembut membuat siapapun yang masuk dalam ruangan itu akan merasakan kenyamanan.

"Kamar yang indah bukan? pasti kamu menyukainya," bisik Raja di telinga Gadis sambil melingkar kan tangannya di pinggang Gadis.

"Lepaskan Om, apa Om sudah lupa kalau kita ini terapis dan pasien?" tanya Gadis.

"Aku tidak peduli dengan hal itu, yang aku tahu kamu adalah istriku, istri sah ku. Dan aku berhak melakukan apapun terhadapmu," Raja menjawab tanpa mempedulikan ucapan Gadis.

"Pilih lepaskan atau apa mau di totok biar jadi patung selamanya!" ancam Gadis dengan dingin.

Ancaman Gadis ternyata membuat Raja melepaskan pelukannya, bagaimanapun juga dia masih trauma jika harus jadi patung seperti dulu.

"Ok gue nyerah," Raja mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Kamar yang bagus. Oh ya to the point aja Om, ada berapa perempuan yang sudah tidur di atas ranjang itu sama Om?" tanya Gadis sambil berjalan duduk di atas sofa yang ada ada di salah satu sudut kamar.

"Gue nggak perlu jawab pertanyaan itu, Itu privasi gue!" jawab Raja ini sambil duduk di pinggir meja rias dan melipat kedua tangannya di dada.

"Iya, tapi ini malam pertama buat saya dan saya nggak mau melakukannya di tempat bekas pasangan lain," Gadis berkata sambil beranjak dari duduknya.

"Lu tuh istri gue sekarang. Harusnya lu ikutin apa kata gue nggak usah banyak permintaan dan juga syarat," hardik Raja mulai kesal.

"Baiklah suami terapi ku, kita lakukan sekarang kalau sampai gagal bukan salahku tapi salah Om!" sahut Gadis berjalan mendekati Raja.

Entah mengapa melihat sikap Gadis yang menantang membuat jantung Raja berdebar tak karuan.

"Tangan kanan Om!" ucap Gadis sambil mengulurkan tangannya meminta tangan kanan Raja.

"Apa? lu mau notok gue?" tanya Raja Parno.

"Jangan parno gitu kali Om. Aku cuma pengen ngetes nadi dan dekat jantung Om," jawab Gadis sambil mengambil tangan kanan Raja.

"Lakukan di kamarku saja, kalau dilakukan di kamar ini kemungkinan nya akan gagal," ucap gadis lagi.

"Hah? maksud lu?" kata Raja sambil mendelik

"Seharusnya Om tidak meminum obat apapun, selama proses terapi dan jangan takut kalau anu nggak bisa bangun," ucap Gadis sambil melirik ke bawah.

"A- ku? Maksudnya minum apa?" tanya Raja seperti ingin menutupi sesuatu.

"Aku tunggu Om di kamarku, aku akan siapkan ramuan untuk menetralisir efek obat kuat yang Om minum. Oh ya lebih baik Om mandi dulu, parfum aroma jahe, jeruk Mandarin tidak cocok dengan aroma tubuh Om lebih baik pakai ini," saran Gadis mengambil parfum beraroma citrus.

Gadis lalu meninggalkan kamar Raja, sementara Raja masih terpaku Tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Gadis.

"Oh My God, kok dia tahu?" Raja berucap sambil menepuk jidatnya ada perasaan malu.

Lanjut ke ...

Masih penasaran ga?

Kalau masih Ikutin terus Totok pembangkit episode selanjutnya.

Terima kasih yang sudah like komen dan juga memberikan gift-nya untuk novel ini ada lagi terima kasih