Lima abad setelah hilangnya Pendekar Kaisar, dunia persilatan terbelah. Pengguna tombak diburu dan dianggap hina, sementara sekte-sekte pedang berkuasa dengan tangan besi.
Zilong, pewaris terakhir Tombak Naga Langit, turun gunung untuk menyatukan kembali persaudaraan yang hancur. Ditemani Xiao Bai, gadis siluman rubah, dan Jian Chen, si jenius pedang, Zilong mengembara membawa Panji Pengembara yang kini didukung oleh dua sekte pedang terbesar.
Di tengah kebangkitan Kaisar Iblis dan intrik berdarah, mampukah satu tombak menantang dunia demi kedamaian, ataukah sejarah akan kembali tertulis dalam genangan darah?
"Satu Tombak menantang dunia, satu Pedang menjaga jiwa, dan satu Panji menyatukan semua."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Resonansi Naga dan Pedang(Arc 1 End)
Di dalam kubah ungu yang mencekam, tekanan energi semakin menggila. Jian Chen merasakan nadinya seolah akan pecah, sementara Zilong tetap tenang meski wajahnya memucat. Tangan mereka berpegangan erat, menjadi jembatan bagi dua jenis Qi yang seharusnya bertolak belakang.
"Zilong... energinya terlalu kuat... aku tidak bisa menahannya lagi!" rintih Jian Chen.
"Jangan melawannya, Jian Chen! Biarkan dia masuk, lalu ubah alirannya menjadi spiral!" perintah Zilong.
Tiba-tiba, dari luar arena, sebuah raungan yang bukan berasal dari manusia menggetarkan seluruh Kota Jianshen. Xiao Bai tidak lagi menahan diri. Aura putih perak meledak dari tubuhnya, rambutnya memanjang, dan sembilan ekor rubah raksasa muncul dengan megahnya di belakangnya.
"BERANINYA KALIAN MENYENTUHNYA!"
Xiao Bai menghantamkan cakar energinya ke dinding formasi. BOOM! Kubah ungu itu bergetar hebat. Gangguan dari luar ini memberikan celah satu detik bagi Zilong.
"SEKARANG, JIAN CHEN!"
Zilong melepaskan segel naga di dalam jiwanya. Gabungan Qi Tombak Naga yang ganas dan Qi Pedang Sunyi yang tajam berputar membentuk pusaran raksasa. Alih-alih tersedot keluar, mereka justru menarik paksa seluruh energi formasi masuk ke dalam pusaran tersebut.
"Teknik Gabungan: Naga Pedang Pemutus Langit!"
KRAK! KRAK! DUARRRRRRRRRR!
Kubah energi ungu itu hancur berkeping-keping. Lima pilar batu besar meledak menjadi debu, melemparkan murid-murid sekte yang menjaganya hingga terpental jauh. Gelombang kejutnya menghancurkan balkon utama, membuat para tetua terjungkal dari kursi mereka.
Zilong melesat keluar dari debu ledakan. Tubuhnya kini diselimuti aura biru keemasan yang bercampur dengan hitam pekat. Dalam satu kedipan mata, ia sudah berada di hadapan Penatua Mo yang sedang mencoba melarikan diri.
"Kau ingin melihat sejarah tombak terkubur?" suara Zilong terdengar seperti gema dari dasar neraka.
Zilong tidak menggunakan mata tombaknya. Ia menghantamkan gagang tombaknya tepat ke perut Penatua Mo, lalu memutarnya ke atas untuk menghantam dagunya.
Ugh! Penatua Mo melayang ke udara. Sebelum ia jatuh, Jian Chen sudah muncul di belakangnya, memberikan tendangan telak yang mengirim Penatua Mo kembali ke tengah arena, jatuh tepat di depan kaki warga desa yang sangat membencinya.
"Keadilan harus ditegakkan di tempat yang sama dengan kejahatan dimulai." ucap Zilong sambil mendarat dengan anggun.
Master Jian, yang mulai sadar dari pengaruh racun berkat bantuan energi Xiao Bai yang masuk ke balkon, berdiri dengan gemetar. Ia menatap ke arah kerumunan warga dan dua pemuda di tengah arena.
"Cukup!" suara Master Jian menggelegar, dibantu oleh Qi-nya yang sudah pulih. "Penatua Mo dan komplotannya telah melakukan pengkhianatan terhadap kode etik pendekar. Mulai hari ini, mereka dicabut kultivasinya dan diasingkan!"
Penonton bersorak. Warga desa berlari masuk ke arena, memeluk Zilong dengan tangis haru. Xiao Bai, yang sudah kembali ke wujud manusia (dengan telinga rubah yang masih sedikit mencuat karena emosi), segera menerobos kerumunan dan memeluk Zilong dari belakang.
"Jangan pernah... melakukan hal sebodoh itu lagi." bisik Xiao Bai di punggung Zilong.
Zilong terdiam, merasakan kehangatan yang sama seperti semalam. Ia memegang tangan Xiao Bai yang melingkar di perutnya. "Aku berjanji, Xiao Bai."
Jian Chen yang melihat itu hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Ehem... kurasa aku harus pergi mencari kedai teh yang tidak meledak. Kalian berdua benar-benar merusak suasana turnamen yang serius ini."
Hari itu, Kota Jianshen mencatat sejarah baru. Bukan tentang siapa yang memenangkan turnamen, tapi tentang kembalinya kehormatan sang naga dan lahirnya persahabatan yang akan mengguncang seluruh benua langit di masa depan.
