NovelToon NovelToon
MADU YANG KU NAFKAHI

MADU YANG KU NAFKAHI

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh / Romansa
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Mursyidah Awaliyah adalah seorang TKW yang sudah lima tahun bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk pulang ke kampungnya. Tanpa dia tahu ternyata suaminya menikah lagi diam-diam dengan mantan kekasihnya di masa sekolah. Suami Mursyidah membawa istri mudanya itu tinggal di rumah yang dibangun dari uang gaji Mursyidah dan bahkan semua biaya hidup suaminya dan juga istrinya itu dari gaji Mursyidah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

VIDEO CALL

Pagi-pagi sekali Gunadi sudah berlari ke rumah ibunya. Dia ingin memberitahukan bahwa nomor Mursyidah sudah kembali aktif dan semalam dia mendapat telepon dari istri pertamanya itu, tapi sayang dia tidak sempat mengangkatnya.

"Bu... Ibu!"

Gunadi masuk ke dalam rumah ibunya karena pintu rumah sudah terbuka dan kakaknya Samirah sedang menyapu di depan. Dalam rumah Gunadi berteriak memanggil ibunya.

"Ada apa Gun? Pagi-pagi buta kamu sudah ribut?

Bertengkar dengan istrimu?"

Rukmini dengan keluar dengan wajah bantal karena wanita itu baru saja bangun dan masih bermalas-malasan di tempat tidur.

"Pagi buta? Ini sudah jam enam bu, orang lain saja sudah banyak yang berangkat bekerja. Bu semalam Aliya menelepon aku. Ternyata nomor sudah aktif lagi."

Gunadi memperlihatkan ponsel yang dipegangnya pada Rukmini. Ibunya melihat sambil bertanya karena tidak sabar mendengar istri dari anaknya itu berkirim uang.

"Terus dia bilang apa? Kenapa dia telat berkirim

Uang? Kapan dia mau kirimkan uang itu?" cecar Rukmini.

"Aku belum sempat berbicara sama dia bu karena semalam aku tidak mengangkat panggilan teleponnya, aku --"

"Bodoh kamu Gun!" sembur Rukmini marah. "Kenapa nggak cepat kamu angkat? Lalu suruh dia cepat mengirimkan uang. Ibu sudah sangat malu karena sudah telat bayar arisan!"

"Waktu itu aku sudah tidur bu, lagi pula ada Astuti di situ. Bisa perang dunia kalau dia tau aku menerima telepon malam-malam," sahut Gunadi membela diri. "Arisan ibu? Bukannya besok minggu di sini? kata Astuti dia yang jadi tuan rumahnya?"

"Seharusnya arisan itu minggu kemarin karena istrimu belum punya uang dia mundurkan jadi minggu ini. Ibu malu kalau suguhannya mengecewakan tamu yang lain. Sudah sekarang coba telepon balik!" perintah Rukmini.

Gunadi menuruti perintah ibunya tanpa peduli pukul berapa saat itu. Dia lupa perbedaan waktu di tempatnya dan tempat Mursyidah bekerja. Sudah lebih dari sepuluh kali Gunadi menelepon, tapi tidak juga ada jawaban. Rukmini menatap Gunadi dengan raut wajah kesal.

"Keterlaluan si Mursyidah! Coba telepon lagi!" perintah Rukmini bersungut-sungut. "Jangan-jangan dia lagi indehoy sama majikannya."

"Jangan begitu dong bu. Kenapa ibu selalu berburuk

Sangka terus sama Aliya?"

"Oooh... jadi sekarang kamu lebih membela dia dari pada ibumu ini? Apa karena dia sudah memberimu uang banyak, kamu jadi marah ibu menjelekkan dia. Memang begitu kan kenyataannya, dia itu perempuan nggak benar. Di sini saja dia berani menggoda suami Samirah apalagi di sana nggak ada kamu. Sudah nanti kalau dia pulang langsung kamu ceraikan saja." Rukmini menggerundel mengeluarkan unek-unek hatinya yang kesal karena merasa anaknya menyalahkan ucapannya.

"Bukan begitu juga bu, susah aku menjelaskannya. Sudahlah nanti saja aku menelepon lagi, mungkin dia masih tidur. Di sana mungkin baru jam dua lebih," jawab Gunadi setelah menyadari perbedaan waktu dengan tempat kerja Mursyidah. Gunadi melangkah menuju pintu keluar hendak kembali ke rumahnya, khawatir Astuti mencarinya. Istrinya itu tidak tahu jika dia pergi ke rumah ibunya yang ada di sebelah.

"Gun, kamu akan menceraikan istrimu itu kan kalau nanti dia sudah pulang?" Rukmini menahan tangan Gunadi yang saat itu sudah berdiri di pintu.

"Kan aku sudah pernah cerita sama ibu. Aku mau dia memperpanjang kontraknya lima atau kalau bisa sepuluh tahun setelah itu baru aku menceraikannya," jawab Gunadi pasti. Pria itu memang sudah mantap dengan keputusannya.

"Gimana kalau dia nggak mau?" Rukmini agak ragu

Akan rencana anaknya tersebut. Dia tidak begitu yakin jika Mursyidah akan mau menerima rencana Gunadi.

"Ya pasti maulah bu. Nanti aku bilang saja masih butuh biaya untuk pembangunan rumah. atau untuk biaya ibunya yang sakit. Dia kan belum tau kalau ibunya sudah nggak ada, atau aku bilang untuk biaya sekolah Amar. Atau apa sajalah lihat nanti!"

Gunadi mengibaskan tangannya di udara lalu meninggalkan rumah ibunya. Rukmini berdiri mematung, tercenung memikirkan rencana anaknnya. Rasanya dia tidak yakin. Entahlah, bagaimana nanti nasib perkawinan anak lelakinya itu dengan Mursyidah nanti.

Di siang yang terik, matahri bersinar dengan intensitas tinggi, membakar tanah dan menghantarkan gelombang panas yang terasa menusuk kulit. Gunadi yang duduk di dalam kiosnya memandang keluar. Bayang-bayang pepohonan tampak mengecil, seolah-olah berusaha berlindung dari sinar matahari yang menyengat. Udara terasa panas dan kering, membuat setiap helaan napas terasa berat.

Gunadi mengisap rokoknya dalam-dalam sambil menutup mata, menikmati sensasi yang yang perlahan yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Asap rokok yang dia keluarkan membentuk spiral tipis di udara, menghilang perlahan dalam ruangan yang sempit itu. Gunadi menarik napas panjang, merasakan kenikmatan sementara dari kebiasaannya ini, meskipun ada kesadaran bahwa itu hanya pelarian semu dari masalah yang menghantuinya.

Banyak hal sekarang yang jadi pikirannya. Ditambah lagi dagangannya pun masih belum ramai. Dia baru memulai dan belum punya pelanggan walaupun banyak peternak di kampungnya.

Sudah lebih dari dua jam Gunadi hanya melamun sendiri menunggui kiosnya yang sepi. Sebenarnya dia enggan berjualan pakan ternak kalau tidak dipaksa oleh ibu dan juga istrinya. Menurut kedua wanita tersebut, pakan ternak akan cepat penjualannya karena di kampung mereka sangat banyak peternak seperti ayam, bebek dan juga ikan.

Ting! Sebuah pesan masuk mengalihkan lamunan Gunadi. Lelaki itu cepat melihat ponselnya dan tersenyum senang saat tahu siapa yang mengirim pesan.

Bunda Amar [Ada apa tadi telepon mas? Aku sedang sibuk bekerja, nanti malam saja aku vidio call]

Gunadi buru-buru mengetikkan balasan dan mengirimkan pada Bunda Amar.

(Baiklah. Mas tunggu ya, tapi nggak usah vidio call telepon suara saja ya...) -send.

Gunadi menunggu beberapa saat, tapi tidak ada pesan balasan dari Bunda Amar. Pastilah dia saat ini sedang sibuk. Begitulah pikir Gunadi. Lelaki itu memasukkan ponselnya ke dalam saku, dia tidak Bunda Amar tersebut harus membalas cepat pesannya.

Mengenai sebutan Bunda Amar dalam ponsel Gunadi itu sudah mengalami beberapa perubahan. Awalnya

Gunadi menamai Aliya sesuai dengan nama panggilan Mursyidah, tapi diganti oleh Astuti karena wanita itu tidak suka. Astuti cemburu, katanya terdengar mesra dan dia tidak mau Gunadi memanggil nama istri tuanya itu.

Astuti lalu mengganti jadi TKW arab, lalu diganti kembali oleh Gunadi menjadi Mursyidah. Namun, kembali Astuti mengganti dengan kata-kata yang lain yang tidak pantas seperti pembantu, ATM berjalan, mesin uang bahkan babu. Panggilan Bunda Amar baru saja diganti oleh Gunadi tanpa sepengetahuan Astuti.

Malam harinya Gunadi duduk santai di teras rumah ibunya sambil menunggu panggilan telepon dari Mursyidah. Lelaki itu sengaja memilih teras rumah ibunya agar percakapannya dengan Mursyidah tidak di dengar oleh Astuti. Dia ingin merayu Mursyidah dengan rayuan mautnya seperti biasa yang dia lakukan. Biasanya istri pertamanya itu akan langsung luluh dan cepat mengirimkan uang sesuai permintaan Gunadi.

Sudah lebih dari dua jam sejak pukul setengah delapan tadi, tapi Mursyidah masih juga belum menelepon. Rukmini yang ikut duduk di sebelah anaknya sudah mulai mengantuk.

"Beneran dia mau menelepon Gun? Ini udah hampir jam sepuluh loh, ibu udah mengantuk. Kamu telepon aja langsung, ngapain pake nunggu-nunggu dia yang menelepon," gerutu Rukmini sambil menguap lebar.

"Jangan Bu, nanti dia terganggu. Di sana mungkin

Masih Maghrib Bu, jadi dia pasti masih sibuk. Kalau ibu mengantuk ibu tidur dulu saja, nggak usah nungguin aku," sahut Gunadi melihat ibunya yang menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi di teras.

(Dek, kamu masih sibuk ya) -send. Gunadi memutuskan mengirimkan pesan pada Mursyidah. Tidak menunggu lama Mursyidah pun membalasnya.

Bunda Amar [kamu sudah di rumah mas? Aku vid call ya, aku mau lihat rumah kita. Aku sudah kangen banget sama rumah kita]

"Apa isi pesannya Gun?" tanya Rukmini saat melihat Gunadi yang tertegun membaca balasan pesan dari Mursyidah.

"Dia ingin video call Bu, tapi nggak di sini, di rumah. Katanya dia kangen rumah." Gunadi menjelaskan pada ibunya. Matanya terlihat ragu dan juga bingung.

"Ya udah vidio kol sana!" Rukmini mendorong Gunadi agar pulang ke rumahnya.

"Tapi... Astuti gimana Bu?"

"Vidio kol di ruang tamu kamu aja! Astuti kan lagi tidur di kamar," sahut Rukmini gemas. Gunadi ini terlalu bodoh atau takut pada kedua istrinya? Vidio call saja ribetnya minta ampun. Rukmini menggerutu sendiri dalam hatinya.

1
Siti Zaid
Author..terima kasih selalu update ceritanya berkali2...cerita makin menarik..kakak tunggu terus sambungan cerita nya...🤭
Hasri Ani: heheee makasi kembali sudah mampir... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Malangnya mursyidah bersuamikan Gunadi..sepatutnya dia merasa bimbang dan risau akan keselamatan mursyidah..malah harta warisan yg difikirkan😠benar2 benalu siGunadi
Ma Em
Gunadi bkn nya sedih mendengar kabar bahwa Mursydah kecelakaan dan meninggal eh malah senang karena akan dapat warisan , tdk taunya Mursydah nya msh sehat segar bugar tambah cantik lagi pasti Amar akan menyesal .
CB-1
semakin menarik ceritanya..makasih author cantik sehat slalu biar makin banyak update nya
Hasri Ani: aamiin.. semoga suka dengan cerita nya😁😁
total 1 replies
CB-1
penasaran apa yg di sembunyikan kinasih
Siti Zaid
Author..terima kasih sudah update berkali2..terbaiklah👍👍👍
Hasri Ani: makasih kembali sudah mampir say... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Betapa tidak tahu malu Astuti..sudah rampas suami mursyidah..malah duit hasil titik peluh mursyidah pun dia nak juga..dasar benalu...😠
N Wage
semangat Thor...kutunggu lanjutannya.
N Wage
TOP👍👍👍👍♥️♥️♥️
aku suka cerita halu yg realitis.
N Wage
dan cahaya adalah anak Gunadi yg gak diakui oleh Gunadi.
N Wage
apakah Kinasih pernah selingkuh sama Gunadi?
Ma Em
Bagus Mursydah kamu jgn tertipu lagi sama suamimu yg mokondo itu Mursydah cuma di porotin duitnya doang untuk kasih menyenangkan istri mudanya juga keluarganya , balas semua perbuatan Gunadi yg sdh membohongimu Mursydah buat si Gunadi menyesal .
Hasri Ani: sabar saaayyy sabaaar🤭🤭🤭
total 1 replies
Siti Zaid
Geram banget pada Gunadi..bohong terus ya hidupnya sekarang..takut ketahuan...sayang semua kelakuan busuknya sudah diketahui sama mursyidah...
Siti Zaid
Terima kasih author selalu update ceritanya...👍👍👍penasaran apakah ada rahsia yg disembunyikan kinasih..
Siti Zaid
Nyaris ketahuan sama Gunadi..kalau ketahuan bisa2 nya gagal rancangan mursyidah...
Ma Em
Sudah tdk sabar Thor Mursydah bertemu dgn Gunadi setelah melihat Mursydah cantik pasti Gunadi kaget , tapi Mursydah tetap hrs cerai sama Gunadi biar Mursydah berjodoh dgn ayah temannya Amar 😄😄
Hasri Ani: 🤣🤣🤣ketika jodoh diatur netizen🤣🤣🤣.. hehehe makasi sudah mampir semoga tetap suka ceritanya..
total 1 replies
Siti Zaid
Author ditunggu lanjutannya ya..nak lihat bagaimana mursyidah membalas sakit hatinya pada suami dan juga madunya😠
Hasri Ani: makasi say sudah mampir.. sehat selalu
total 1 replies
Siti Zaid
Terima kasih author sudah update beberapa episode lagi👍👍👍
Siti Zaid
Mursyidah..perempuan yg dikhinati itu harus kuat dan tabah..bangunlah dan balas semua perbuatan suami mertua dan madu mu itu...biar mereka menyesal kerana telah mengkhanati kamu😠
Siti Zaid
Cerita yg menarik..author anda hebat kerana bisa bikin cerita bisa bikin hati panas bila membacanya..terbaik👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!