NovelToon NovelToon
Dia Yang Kau Pilih

Dia Yang Kau Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Selingkuh / Berondong
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Rika Nurbaya adalah seorang guru honorer yang mendapat perlakuan tak mengenakan dari rekan sesama guru di sekolahnya. Ditengah huru-hara yang memuncak dengan rekan sesama guru yang tak suka dengan kehadirannya, Rika juga harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya, Ramdhan memilih wanita lain yang jauh lebih muda darinya. Hati Rika hancur, pernikahannya yang sudah berjalan selama 4 tahun hancur begitu saja ditambah sikap ibu mertuanya yang selalu menghinanya. Rika pun pergi akan tetapi ia akan membuktikan bahwa Ramdhan telah salah meninggalkannya dan memilih wanita lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perpisahan Dan Awal Baru

Hari terakhir Rika Nurbaya di SMA Negeri 2 adalah hari yang kelabu, bukan karena cuaca, melainkan karena perpisahan yang dipaksakan. Meskipun ia sudah berusaha untuk tegar, ada rasa sakit yang menusuk ketika ia harus memberitahu murid-muridnya bahwa ia tidak akan kembali mengajar.

Rika memilih untuk menyampaikan perpisahan ini di akhir jam pelajaran, saat kelas X-E, kelas yang paling dekat dengan hatinya, berkumpul. Ia berdiri di depan papan tulis, tempat ia biasa mengisi pikiran mereka dengan mimpi dan bahasa baru.

“Anak-anakku sekalian,” Rika memulai, suaranya terasa berat, namun ia memaksanya untuk tetap stabil. “Pelajaran kita hari ini sudah selesai. Tapi ada satu hal lagi yang harus Ibu sampaikan.”

Para siswa menatapnya bingung. Mereka merasakan ada aura kesedihan yang tak biasa dari guru mereka yang biasanya penuh semangat itu.

“Mulai minggu depan,” Rika menarik napas dalam-dalam, menahan gejolak di dadanya, “Ibu tidak akan lagi mengajar di SMA Negeri 2.”

Keheningan melanda kelas. Beberapa detik kemudian, keheningan itu pecah oleh bisik-bisik dan seruan terkejut.

Keheningan melanda kelas. Beberapa detik kemudian, keheningan itu pecah oleh bisik-bisik dan seruan terkejut.

“Apa?! Kenapa, Bu?” tanya Dandi, si ketua kelas, suaranya panik.

“Ibu mau pindah sekolah?” tanya seorang siswi dengan mata berkaca-kaca.

Rika tersenyum tipis. “Ibu tidak pindah sekolah. Hanya saja, kontrak mengajar Ibu di sini harus selesai lebih awal.”

Ia tidak bisa jujur mengatakan bahwa ia dipecat karena fitnah dan kekuasaan kotor Bu Rosba. Ia tidak ingin meracuni pikiran murni mereka.

“Tapi kenapa mendadak sekali, Bu? Kami suka cara Ibu mengajar! Kami baru saja bisa mengerti tenses!” seru seorang siswa, nadanya protes.

Rika berjalan mendekati mereka, matanya berkaca-kaca. “Ibu juga suka mengajar kalian. Kalian adalah kelas yang hebat, kelas yang membuat Ibu selalu bersemangat datang ke sekolah.”

****

Ia berhenti di depan Dandi. “Ingat, Dandi dan kalian semua. Sekolah ini adalah tempat kalian membangun masa depan. Tidak peduli siapa gurunya, kalian harus tetap berjuang. Jangan pernah biarkan kesulitan menghentikan kalian untuk belajar.”

“Bu Rika, kalau Ibu pergi, siapa yang akan membela kami dari guru-guru yang galak?” tanya seorang siswi dengan suara bergetar.

Pertanyaan itu menusuk Rika. Ia berlutut sedikit, menatap mereka semua.

“Kalian harus belajar membela diri kalian sendiri, Nak. Dengan prestasi, dengan kejujuran, dan dengan keberanian untuk mengatakan apa yang benar,” ujar Rika, matanya memancarkan ketulusan. “Ibu bangga menjadi bagian dari perjalanan kalian. Dan Ibu tidak akan pernah melupakan kalian.”

Suasana berubah menjadi haru. Beberapa siswi sudah menangis tersedu-sedu. Mereka berdesakan maju, memeluk Rika. Pelukan yang terasa seperti dukungan yang tak ternilai. Mereka berjanji akan terus belajar Bahasa Inggris dan tidak akan melupakan semua yang Rika ajarkan.

“Kami janji, Bu. Kami tidak akan lupa. Ibu adalah guru terbaik kami,” ujar Dandi, matanya merah.

Rika memeluk mereka erat. Dalam pelukan itu, ia mendapatkan semua kekuatan yang ia butuhkan. Penghargaan Guru Teladan yang diberikan Pak Rahmat terasa nyata dalam pelukan haru murid-muridnya ini.

****

Rika keluar dari kelas X-E dengan hati yang penuh. Ia berjalan menyusuri koridor, melewati kelas-kelas lain. Murid-murid dari kelas lain yang sudah mendengar kabar itu, berteriak dari balik jendela, melambaikan tangan, mengucapkan selamat tinggal dengan sedih. Rika membalas dengan senyum dan lambaian.

Namun, di ruang guru, di balik jendela kaca yang buram, Bu Rosba berdiri. Ia melihat semua adegan perpisahan yang mengharukan itu, namun tidak ada sedikit pun rasa iba di hatinya. Rosba justru mendengus, merasa jijik.

"Drama murahan. Mencari perhatian sampai akhir,” desis Rosba pada Miss Rini yang berdiri di sampingnya.

“Lihat, Rini. Seharusnya dia malu dan menunduk. Dia dipecat karena moralnya hancur. Tapi dia malah berlagak pahlawan. Cepat atau lambat, dia akan tahu betapa menyedihkannya menjadi seorang guru tanpa sekolah dan tanpa status yang jelas.”

Rini mengangguk pelan, meskipun di lubuk hatinya ia merasa sedikit tidak nyaman melihat ketulusan air mata para siswa.

Rika mengabaikan tatapan Rosba. Ia masuk ke ruang guru, mengambil tas kerjanya, dan membersihkan mejanya. Ia memasukkan semua pulpen, buku catatan, dan plakat Guru Teladan yang baru ia dapatkan. Ia bekerja cepat, tidak memberi Rosba kesempatan lagi untuk melancarkan serangan verbal.

Ketika Rika siap untuk pergi, ia berdiri tegak. Ia memandang sekilas ke sekeliling ruangan, pada meja-meja yang sudah lama menjadi saksi bisu perjuangan, tawa, dan air matanya.

Ia melangkah ke pintu, lalu berhenti. Ia menoleh ke arah Bu Rosba yang masih menatapnya dengan penuh kemenangan.

“Selamat tinggal, Bu Rosba,” kata Rika, suaranya tenang dan tegas.

Rosba menyeringai. “Pergilah, Rika. Dan jangan pernah kembali.”

“Saya akan kembali, Bu Rosba,” jawab Rika, ia menatap lurus ke mata Rosba. “Saya tidak tahu kapan. Tapi saya berjanji, saya akan kembali. Dan saat saya kembali, saya akan buktikan bahwa kebenaran selalu menang melawan fitnah dan kebencian.”

****

Rika berbalik, tidak menunggu respons. Ia melangkah keluar dari ruang guru untuk terakhir kalinya. Ia berjalan melewati gerbang sekolah, tempat ia dan Cahya terakhir kali beradu argumen. Ia menyalakan motor maticnya yang kini mulus berkat kebaikan Arya.

Saat Rika melaju meninggalkan SMA Negeri 2, ia tidak menoleh ke belakang. Tidak ada air mata kesedihan yang menetes. Hanya ada hembusan napas lega. Ia telah kalah dalam pertempuran politik, tapi ia memenangkan dirinya sendiri.

Aku dipecat karena fitnah, bukan karena aku gagal. Tekad itu membaja di hatinya.

Ia tahu, ada kehidupan baru yang menantinya di rumah orang tuanya. Ia tahu, ia punya plakat Guru Teladan yang membuktikan kualitasnya. Ia tahu, ada Arya Dewandaru yang menawarkan dukungan murni.

Rika Nurbaya, guru honorer yang telah diceraikan dan dipecat karena fitnah, melaju ke jalanan. Ia tidak lagi melihat masa lalu. Ia menatap lurus ke depan, ke arah matahari sore yang mulai terbenam, yakin bahwa di balik semua kehancuran ini, kebahagiaan sejati dan karier yang lebih besar tengah menunggunya. Perjuangan baru saja dimulai.

****

Matahari terbit di atas kota tidak lagi membawa kesedihan bagi Rika. Meskipun dipecat dari SMA Negeri 2 adalah pukulan telak, Rika menghabiskan hari-hari pertamanya di rumah orang tuanya dengan menyusun ulang dirinya. Ia tidak membuang waktu untuk meratapi nasib. Ia memperbarui kurikulum mengajarnya, ia mengasah keterampilan mengajar Bahasa Inggrisnya, dan ia mengirimkan lamaran ke berbagai sekolah swasta di kota, termasuk beberapa yang ia anggap terlalu elit untuk guru honorer sepertinya.

Ia tahu, kehormatan adalah segalanya. Ia tidak akan membiarkan Rosba dan Dinas Pendidikan mendefinisikan dirinya sebagai guru yang gagal.

Beberapa hari setelah pengunduran dirinya, ponsel Rika berdering. Nomor tak dikenal. Ia mengangkatnya.

“Selamat siang. Apakah benar ini Ibu Rika Nurbaya?” tanya sebuah suara wanita yang ramah namun formal.

“Ya, saya sendiri,” jawab Rika, jantungnya berdebar.

“Saya dari SMA Bina Cendekia. Kami menerima lamaran Anda. Kami sangat tertarik dengan profil Anda, terutama inovasi pengajaran interaktif yang Anda cantumkan di curriculum vitae Anda. Bisakah Anda datang untuk wawancara dan microteaching besok pagi?”

1
Purnama Pasedu
nggak lelah Bu cahaya
Aretha Shanum
ada orang gila lewat thor
La Rue
Ceritanya bagus tentang perjuangan seorang perempuan yang bermartabat dalam meperjuangkan mimpi dan dedikasi sebagai seorang perempuan dan guru. Semangat buat penulis 👍❤️
neur
👍🌹☕
Purnama Pasedu
Shok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba panik
Purnama Pasedu
bo rosba nggak kapok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba,,,itu Bu riika bukan selingkuh,kan dah cerai
Purnama Pasedu
benar itu Bu Guru
Purnama Pasedu
wanita yg kuat
Purnama Pasedu
lah Bu rosba sendiri,bagaimana
Purnama Pasedu
bener ya bu
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seorang Sadewa yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
Purnama Pasedu
lawan yg manis ya
Purnama Pasedu
bawaannya marah terus ya
Purnama Pasedu
Bu rosba iri
Purnama Pasedu
jahat ya
Purnama Pasedu
kalo telat,di marahin ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!