"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"
"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Apa kamu senang hari ini?" tanya Arya.
Saat ini Arya baru saja pulang dan mendapati Mery tengah menata bunga mawar pink di sebuah vas, di dalam kamar.
"Apa kamu baru membeli bunga-bunga itu?" tanya Arya sembari melepas dasi dan kancing lengannya.
"Tidak," jawab Mery.
"Apa itu dapat dari Mama? Atau Ayah?" tanya Arya lagi.
"Tidak juga," jawab Mery yang tetap fokus pada bunga mawar pink tersebut.
"Lalu?" tanya Arya. Mery menyudahi aktivitasnya, dia segera melihat ke arah Arya sembari mengulas senyum.
"Bunga mawar pink ini, aku dapat dari Andra. Tadi siang dia meninggalkannya begitu saja di atas meja teras." Mery tidak terlalu ingin menceritakan semua detail, saat dia sedang bersama Andra pada Arya.
"Ah, rupanya dapat dari Andra," gumam Arya yang suaranya masih bisa didengar oleh Mery.
"Hmb, bagaimana? Bagus kan bunganya?" tanya Mery, dengan tetap memamerkan senyum manisnya. Arya tidak menjawab, dia hanya mengangguk beberapa kali. Perlahan Arya berjalan ke arah Bunga tersebut yang Mery letakkan di atas laci.
"Memang bunganya sangat cantik," ucap Arya yang membuat Mery semakin kegirangan. Arya memegang beberapa kelopak bunga tersebut dengan lembut dan mengulas senyum.
Pyaaaar.
Namun sedetik kemudian, Arya segera menarik semua bunga dan menjatuhkannya ke lantai, hingga vas bunga pecah. "Astaga!" pekik Arya, sementara Mery hanya bisa meletakkan kedua telapak tangannya di mulut, sembari membelalakkan mata, karena dia juga sangat terkejut akan kejadian itu.
Tap.
Tap.
Segera Arya berjalan dengan ekspresi wajah panik, sembari berjalan dia juga menginjak semua bunga Mawar pink yang berhasil dia jatuhkan itu. "Arya!" teriak Mery dengan lantang.
"Maafkan aku Mery, aku tidak sengaja," ucap Arya yang terus menginjak-injak bunga tersebut dengan kesal. Mery hanya berdiri mematung tidak jauh dari bunga tersebut terjatuh.
Braak.
"Ada apa?" Tiba-tiba saja Mama Erika dan Ayah Haris ada di ambang pintu dan membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu, karena mendengar teriakan putrinya yang menyebut nama Arya.
"Tidak ada apa-apa Ma, Ayah," jelas Mery sembari berusaha mengulas senyum.
"Maaf Ma, Ayah. Arya tidak sengaja menjatuhkan vas Bunga," ucap Arya sembari menunjuk ke arah Bunga mawar yang bentuknya sudah tidak karuan di lantai itu.
"Apa kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" tanya Mama Erika dengan sangat perhatian.
"Maaf Mery, besok akan aku ganti semua bunganya." Arya tidak menghiraukan Mama Erika, melainkan dia terus fokus pada Mery.
"Sudah Arya, tidak usah dipikirkan, lebih baik kamu mandi dulu, biar itu dibersihkan oleh Bi Nanik," ucap Ayah Haris yang langsung begitu saja disetujui oleh Arya. Tanpa merespon, Arya segera pergi ke kamar mandi.
Ayah Haris tahu bahwa Arya hendak mandi, karena memang ada handuk yang melingkar di leher Arya.
"Sudah Mery, ayo segera siapkan makan malam, itu biar diurus Bi Nanik," ucap Mama Erika.
Mery segera mengulas senyum dan berjalan ke arah Mama Erika, serta segera menggandeng lengannya. Mama Erika dan Ayah Haris pun tampak kebingungan dengan tingkah putrinya tersebut. "Tenang saja, tadi Mery sengaja," ucap Mery dengan riang.
Mama Erika dan Ayah Haris pun segera mengetahui maksud anaknya, mereka segera berjalan mengendap ke arah tangga secara bersamaan.
"Apa maksud kamu sengaja?" tanya Ayah Haris saat mereka sudah ada di dapur.
"Mery sengaja mengatakan kalau bunga itu dari Andra. Mery ingin tahu reaksi Arya, dia cemburu atau tidak," jelas Mery dengan tersenyum.
"Dasar anak nakal," ucap Mama Erika sembari mencubit hidung anaknya. Mereka bertiga pun tertawa bersama.
***
Bugh.
Sementara itu, Arya yang saat ini ada di dalam kamar mandi. Dia melemparkan bajunya ke segala arah dengan kesal. "Besok akan aku ganti Mery. Apa kamu tidak mendengarnya!" ucap Arya dengan penuh penekanan di setiap ucapannya.
Arya segera menyalakan kran shower dan mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin. Perasaanya sedang tidak karuan saat ini.
Selain hari itu dia tidak bisa menemui Hany, banyak juga pekerjaan yang harus diselesaikan setelah cuti beberapa hari. Di sisi lain lagi, dia sangat kesal sekali melihat istrinya diperlakukan bak seorang ratu oleh lelaki lain. Meskipun pada dasarnya Arya tahu, bahwa Andra adalah sahabat Mery, dan mereka sudah saling mengenal jauh sebelum Arya dan Mery menikah.
Tap.
Arya mematikan kran shower, dia mengatur nafasnya beberapa kali sembari memejamkan mata. "Apa yang sebenarnya aku lakukan ini?" tanya Arya pada dirinya sendiri.
"Bukankah, aku pernah bilang kalau dia juga boleh dekat dengan lelaki lain?"
"Tapi... kenapa setelah dia merawatku saat aku sakit, seakan ada tempat tersendiri untuknya di hatiku,"
"Apa aku mulai menyukainya?"
"Ah, itu tidak mungkin. Dari awal hingga akhir, aku hanya mencintai Hany, tidak akan pernah ada wanita lain." Arya mencoba menepis perasaan yang mulai tumbuh di hatinya untuk Mery.
Arya terdiam untuk beberapa saat. Ya, dia hanya diam saja di dalam kamar mandi tanpa melakukan hal apapun.
"Tidak, tidak, itu tidak akan terjadi," ucap Arya tiba-tiba setelah dia memikirkan sesuatu.
"Mungkin, aku hanya tidak nyaman saja, karena aku juga baru saja mengenal Andra, tidak mungkin ada yang lain."
"Ya... tunggu saja, sembari waktu terus berjalan, aku akan semakin mengenal semua teman-temannya," ucap Arya. Tidak henti-hentinya dia menepis praduga yang dilontarkan oleh pikirannya sendiri.
***
Makan malam kali ini berjalan cukup tenang, tidak terlalu ada obrolan. Karena semua orang sedang terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing.
"Sepertinya aku tidak salah, merestuinya untuk menjadi suami putriku," monolog Ayah Haris dalam hati, sembari melihat ke arah Arya.
"Rupanya sikap dingin yang dia tunjukkan sebelum menikah dengan Mery adalah kebohongan. Mungkin saja dia saat itu sedang benar-benar sibuk. Buktinya sekarang dia sangat perhatian dan lembut dengan Mery. Terbukti juga tadi dia lebih mengkhawatirkan Mery, dari pada kakinya yang mungkin saja bisa terkena pecahan vas Bunga," monolog Mama Erika dalam hati.
"Ayo kita bertaruh, sebelum kontrak selesai, akan aku pastikan kamu menjadi milikku seutuhnya," monolog Mery dalam hati.
"Tidak, tidak, itu semua tidak mungkin terjadi. Sebaiknya aku segera menemui Hany, agar cintaku tidak goyah dan juga fokusku tidak terbagi," monolog Arya dalam hati.
"Tapi bagaimana aku bisa menenangkan Hany, dia pasti saat ini benar-benar sangat marah padaku, karena pesannya tidak pernah aku respon," batin Arya yang seketika memikirkan beberapa cara untuk bisa mendapatkan maaf dari kekasihnya.
"Sayang, kamu nambah lah, makan yang banyak, karena kamu sudah bekerja seharian," ucap Mery dengan tiba-tiba yang membuat Arya sedikit terkejut.
"Tidak perlu Sayang, ini sudah cukup," jawab Arya sembari mengulas senyum.
"Kenapa? Apa masakannya tidak enak?" tanya Mama Erika.
"Tentu saja enak Mama, ini adalah makanan terenak yang pernah Arya makan," jawab Arya yang seketika membuat semua orang yang ada di meja makan tertawa bersamaan.