NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS20

Dua algojo menggiring Esma keluar dari gerbang istana. Rantai besi yang membelenggu pergelangan tangannya hingga memerah, berderak di setiap langkah — meninggalkan rasa sakit yang luar biasa. Namun, wajah Esma tetap datar dan tenang, seolah rasa sakit itu bukanlah apa-apa.

Baginya, penderitaan yang sesungguhnya bukanlah luka di tubuhnya, melainkan bila ia gagal menjalankan tujuan kedatangannya ke istana, yakni mengungkapkan keadilan untuk Khadijah.

Di belakangnya, Alena menangis tersedu-sedu, tubuhnya gemetar melihat sosok yang dulu membelanya kini diseret menuju ajal.

Sedangkan beberapa pelayan dan selir lainnya, hanya bisa memandang dengan air mata berlinang. Zeynep Hatun berdiri tak jauh dari mereka, menundukkan kepala sambil berdoa. Mereka mengenal Esma sebagai sosok yang lembut dan ramah—wanita yang tak segan membantu siapa pun tanpa memandang derajat.

Ketika langkah Esma mencapai pelataran utama, suasana berubah mencekam. Tiang gantungan sudah menanti di tengah lapangan. Rakyat yang telah mendengar desas-desus memalukan tentang dirinya, menyebutnya wanita merdeka hina yang berzina dengan Baginda—berkumpul di sekeliling.

“Ternyata dia orangnya ... perempuan yang menodai kehormatan istana!” seru seseorang.

“Lihatlah wajahnya yang buruk rupa itu, apa dia menjerat Baginda dengan ilmu sihir?” tuduh salah satu dari kerumunan rakyat.

“Dasar, Penzinah Jalang!” sahut yang lain sambil melempar batu kecil ke arahnya.

Esma menatap ke depan tanpa gentar, umpatan dan lemparan itu tak berarti apa-apa baginya. Bahkan ketika lemparan batu mengenai keningnya, wajahnya tetap saja datar.

Di kejauhan, Yasmin berdiri dengan jubah mewahnya, senyum tipis tersungging di bibir. Ia tampak puas—seolah semua penderitaan Esma adalah pertunjukan yang telah ia rancang dengan sempurna.

Di atas panggung kayu, Esma berdiri tegak dengan tali gantung melingkar di lehernya. Meskipun sedang di ambang maut, wajahnya tenang tanpa sedikit pun rasa takut. Sorak dan cacian para rakyat memenuhi suasana malam itu, namun pandangannya tetap lurus ke depan—seolah menunggu kehadiran seseorang.

Papan tempat ia berpijak pun akhirnya terbuka, kakinya mengambang seketika. Tali di leher Esma menegang, napasnya tercekat, namun matanya tetap mencari sosok yang dinantinya di antara kerumunan.

Detik-detik saat Esma digantung, sebuah anak panah melesat cepat memutus tali yang menjerat lehernya. Tubuh Esma terhempas ke tanah, keras namun menyelamatkan nyawanya.

“Apa? Siapa yang menyelamatkan perempuan sialan itu?!” geram Yasmin.

Seketika, semuanya menoleh cepat, mata mereka serentak tertuju pada seorang pria gagah yang menunggangi kuda. Pria dengan busur dalam genggamannya, menatap Yasmin tajam.

Yasmin membelalak, beberapa prajurit dan algojo yang terlibat dalam eksekusi itu pun tampak pucat pasi.

Suara Mansur membahana memecah keheningan, “PERHATIAAAAAN! BAGINDA TELAH TIBA!”

Semua yang hadir di alun-alun seketika membungkuk, menundukkan kepala mereka. Rasa takut langsung menjalar masal. Tak ada satu pun yang berani bersuara saat langkah kuda Baginda terdengar mendekat.

Yasmin yang semula berdiri angkuh kini gemetar, wajahnya kehilangan rona.

‘Bagaimana bisa?!’

.

.

Malam sebelumnya, di penjara bawah tanah, Mansur Ağa berdiri di hadapan Esma yang terduduk lemah dengan tubuh penuh memar. Ia datang diam-diam, tanpa sepengetahuan penghuni harem. Tujuannya adalah menginterogasi Esma.

Di sana, Esma menjelaskan semuanya dengan suara lirih, “Fatma lah yang lebih dulu meletakkan racun di atas dipanku, aku hanya membalasnya. Namun, demi Allah dan Rasullulah, aku hanya memerintahkan Alena untuk memberi setetes saja. Sekedar membuat kulitnya ruam, demi memberinya pelajaran. Aku juga terkejut saat mengetahui wajahnya menjadi hancur, Mansur.”

Mansur mendengus, matanya menyipit. Ia tau betul Esma tak kalah licik, tetapi, ia menemukan kejujuran di wajah babak belur itu.

“Astaga, wajahmu. Panglima Orhan yang kejam saja bisa-bisa lari terbirit-birit kalau melihat wajahmu saat ini.” Sempat-sempatnya Mansur Ağa mengejek sambil menggelengkan kepala.

Tak lama Mansur terdiam. Ada getir dan iba yang menyelinap di dada. Ia tak tega melihat perempuan itu — wajahnya lebam, napasnya tersengal. Ia pun akhirnya memanggil tabib tua yang biasa melayani Ibu Suri. Tabib itu datang membawa kotak kecil berisi ramuan dan mengobati luka-luka Esma dengan hati-hati, lalu memeriksa denyut nadinya.

Kening sang tabib mendadak berkerut. Ia menatap Mansur dengan raut cemas, lalu berbisik pelan, “Mansur ... wanita ini tengah mengandung. Janinnya memang masih terlalu muda untuk diketahui secara pasti, tapi aku yakin, dia sedang mengandung.”

Mansur seketika mendelik, mulutnya menganga, tubuhnya bergetar hebat menahan rasa takut. Di dalam perut wanita yang tubuhnya babak belur itu, terdapat bayi dari garis dinasti.

“Ini adalah bencana.” Ia membayangkan betapa murkanya Bey Murad.

Dengan tangan gemetar, ia mengeluarkan dua kantung emas dan menatap tabib dengan sorot mengancam. “Kau tidak pernah memeriksa siapa pun malam ini. Tidak ada yang boleh tau. Termasuk Yasmin Hatun. Anggap ini demi keselamatan hidupmu.”

Tabib itu mengangguk paham, menerima upahnya dan segera berlalu dengan membawa rahasia besar.

Mansur bertanya sekali lagi pada Esma, suaranya penuh harap, “Benar kau tidak bersalah?” Esma mengangguk lemah. Mansur menggenggam tangannya yang terjerat rantai, “serahkan semuanya padaku. Kau hanya perlu bertahan sebisamu.”

Malam itu, setelah memastikan Esma aman di selnya, Mansur bergegas menuju kamarnya. Di atas meja, terbentang peta perjalanan menuju Edirne—rute resmi yang ditempuh Baginda. Di ujung peta, ada satu jalur sempit yang melintasi lembah, jalan pintas berbahaya menuju Edirne.

Dia mengira-ngira, dengan kecepatan perjalanan bisnis yang biasa ditempuh Bey Murad, seharusnya sang Sultan akan tiba di jalur utama esok pagi.

Mansur menatap jalur itu lama, sebelum bergumam lirih, “Jika aku melewatinya malam ini, aku bisa tiba sebelum Baginda sampai di jalur utama.”

Tanpa ragu, ia mengambil mantel tebal dan sebilah belati. Mansur segera pergi menunggangi kuda, melewati jalanan rawan yang penuh bahaya demi sampai lebih dulu. Terjatuh, tergelincir, semua rintangan ia lewati malam itu dengan tekad membara.

Dan di sinilah ia sekarang, berdiri tegak di sisi kuda Baginda dengan pakaian compang-camping dan napas terengah-engah. Namun, matanya memancarkan kelegaan.

Baginda Bey Murad turun dari kudanya dengan wajah murka. Tatapannya menyapu seluruh halaman eksekusi, begitu haus darah manakala melihat Orhan memapah Esma yang wajahnya benar-benar sulit dikenali.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Bey Murad berjalan cepat, menebas para algojo yang terlibat dengan pedangnya yang berkilat.

“Akh!” Yasmin menjerit kencang tatkala darah segar dari leher para Algojo mengenai wajahnya.

Tubuhnya semakin bergetar, terlebih saat Bey Murad menatapnya dengan bengis. Ia segera bersimpuh dan menundukkan pandangan.

Yasmin mencengkram perutnya. “Baginda, perut hamba sakit sekali,” dustanya demi mendapatkan pengampunan.

Namun, tatapan Bey Murad semakin tajam, seolah mampu menembus kebohongan yang terucap dari bibir Yasmin. Ia mendekat dengan langkah mantap, pedangnya masih berlumuran darah.

“Bawa perempuan ini ke kamarnya. Jangan bukakan pintu sebelum aku memberi perintah!”

*

*

*

1
Patrish
pasti Rustum menyusun kekuatan untuk membelot... menghancurkan raja.... cuma pertanyaanya bisa tidak.. ada berapa pasukan yang mendukung...
Patrish
begitu ya.... pemerintahan monarki... raja diatas segalanya... raja yang bijak akan menjadikan negara aman sejahtera...
Patrish
ikut meringisss.... 😟😟😟
Reni
bersikap bodoh seakan menurut licik dibalas licik 🤩🤩🤩
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
musuh dlm selimut lbh mengerikan apalagi byk drama🥺..trnyata ney murad menikahi anak pembunuh ayahnya yg msh berambisi menyingkirkan raja nya
hidagede1
kalo putra kalo yg lahir nya seorang perempuan? 🤔
Sayur 💎
kau yg go tu hel
Sayur 💎
sygnya putrimu yg peak itu gk mmpu mengambil hati bey brewok tampan
💕Bunda Iin💕
iya putra kecebong😂😂
Sayur 💎
astagfirullah. bapak dan anak sm2 biadab bgt.
💕Bunda Iin💕
eh rustum,ko anda yakin sekali klo si yasmin hamil anak nya cowo dan manusia benaran...wong itu anak dpt dri dukun n anak setan😡
💕Bunda Iin💕
jangan senang dlu ya rustum...dlu kau boleh membodohi bey murad karna ia masih muda...tpi sekrang ia telah dewasa
💕Bunda Iin💕
ini manusia sampah kapan terungkap kebusukan nya?😡...serius jahat banget😡
💕Bunda Iin💕
segitu nya banyak pasukan akoh yakin pasti ada yg lihat apa yg kau perbuat rustum😡
N Wage: pasti ada yg lihat,cuma mungkin dia/mereka takut.mudah2an siapapun dia/mereka pd saat yg tepat membuka semua tabir kelicikan si rustum rustum ini.
total 3 replies
💕Bunda Iin💕
benar² iblis kau rustum😡...pembalasan itu akan dtang...segala kebusukan kau akan terbongkar semua😡👊
💕Bunda Iin💕
woi rustum itu pintu,dinding,meja dll benda² mati itu ga bersalah woi😂🤣
Sayur 💎: iya. setipe emg ma anaknya si yasmindul
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
yuhu bukan nya kau yang akan menyusul ke alam baka 🤭...pede sekali si penghianat 🤣
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
👏👏👏👏👏👏
💕Bunda Iin💕
wah seru nih bpk sama anak kena hukuman yg begtu ringan menurut akoh ya😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!