NovelToon NovelToon
Pewaris Dewa Perang

Pewaris Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.

Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.

Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:

Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.

Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.

Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.

Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.26 Kematian Sang Penghianat(Yumeng)

Langit di atas Lembah Seribu Pedang mengguncang hebat. Awan spiritual berwarna ungu dan perak berputar membentuk pusaran raksasa, menandakan bentrokan dua kekuatan yang tak seharusnya ada di dunia fana.

Di tengah pusaran itu berdiri dua sosok.

Yang pertama, Patriak Yumeng, tubuhnya diselimuti aura bintang perak kekuatan khas dari warisan Klan Bintang Langit. Di tangan kanannya, Pedang Roh Suci yang dahulu milik Xio Wu, ayah Xio Lun, kini bergetar seolah menolak pemilik barunya.

Yang kedua, Xio Lun, pemuda dengan mata keemasaan yang tenang namun tajam seperti pedang . Di genggamannya, Pedang Kegelapan, pusaka Dewa Perang, tampak berdenyut seirama dengan napasnya.

Yumeng menyipitkan mata, mengamati lawannya yang berdiri tanpa sedikit pun aura keluar dari tubuhnya.

“Hmph… bocah ini berani menantangku tapi bahkan tak memperlihatkan ranahnya. Berlagak seperti dewa, padahal tak lebih dari seekor semut.”

Ia melangkah maju, dan tekanan Ranah Jiwa Suci tingkat Langit menyapu seluruh lembah.

Tanah bergetar, udara terhenti, dan batu-batu besar melayang ke udara sebelum hancur menjadi debu karena tekanan spiritual yang murni.

Namun, di tengah badai itu Xio Lun tetap berdiri.

Tidak bergeming.

Tidak mengeluarkan satu tetes pun energi.

“Menarik,” gumam Yumeng. “Baiklah, bocah… lihatlah jurus milik patriak sejati Lembah Seribu Pedang!”

Ia menjejak tanah, dan dari langkahnya memancar garis formasi bintang yang menyebar di tanah lembah.

“Teknik Pertama: Gerbang Bintang — Ribuan Cahaya Menyala!”

Ratusan pilar cahaya biru keperakan muncul di sekelilingnya, membentuk kubah raksasa yang menjebak Xio Lun di tengahnya. Setiap pilar memancarkan bilah energi tajam yang bisa memotong gunung.

Dengan satu gerakan tangan Yumeng, semua pilar menembakkan serangan bintang spiral ke arah Xio Lun.

Langit menjadi putih oleh ledakan.

Namun ketika debu menghilang, Yumeng mendengus pelan.

“...Apa?”

Tubuh Xio Lun sudah tidak di tempatnya.

Suara lembut tapi dingin terdengar di belakangnya.

“Teknikmu indah, tapi… terlalu lambat.”

Sebelum Yumeng sempat menoleh, sebuah tekanan ruang mengguncang sekitarnya.

Xio Lun menurunkan Pedang Kegelapan ke arah tanah, dan dari bawah muncul retakan dimensi kecil yang menelan sisa energi serangan Yumeng seperti pusaran air menelan daun.

“Elemen Ruang Retakan Sunyi.”

Suara Xio Lun begitu datar, tapi setiap kata seolah menekan dada Yumeng dengan beban gunung.

Yumeng memundurkan diri cepat, wajahnya tegang.

“Teknik elemen ruang…? Mustahil! teknik macam apa itu .. Yumeng bergumam,,,

Xio Lun hanya menatapnya tanpa menjawab.

Dalam dirinya, kesadaran Dewa Perang bergetar samar, seolah tersenyum.

“Anak ini telah belajar lebih cepat dari yang kukira…”

Marah karena merasa diremehkan, Yumeng berteriak.

“Jangan sombong hanya karena bisa trik kecil! Lihatlah jurus sejati yang mengoyak langit!”

Dia mengangkat Pedang Roh Suci tinggi-tinggi, dan seketika ribuan rune bintang muncul mengitari bilahnya. Aura suci dan aura bintang berbaur menjadi energi biru keputihan yang bergetar hebat.

“Teknik Kedua: Pedang Meteor Abadi!”

Dari atas langit turun hujan pedang cahaya, setiap bilah mengandung energi destruktif murni yang bisa meratakan gunung dan menguapkan lautan.

Pedang-pedang itu menukik dengan kecepatan mustahil ke arah Xio Lun.

Namun sekali lagi Xio Lun bergerak dengan tenang.

Ia menggeser kaki kirinya setengah langkah, lalu mengibaskan Pedang Kegelapan.

Kilatan hitam tipis melintas, dan semua pedang cahaya berhenti di udara, membeku seperti patung kristal.

“Teknik ke empat tangisan kegelapan,,

Dengan satu tebasan ringan, semua pedang cahaya itu retak… lalu hancur bersamaan.

Gelombang kejutnya melanda lembah, menghancurkan pepohonan hingga jarak belasan li.

Yumeng terpaku, matanya membulat.

Dia mulai sadar serangan-serangannya, yang bisa menghancurkan pasukan kultivator, bahkan belum mampu menyentuh rambut bocah di depannya.

“Bagaimana mungkin…”

“Ranahmu…”

Pedangnya...."

Ia menggertakkan gigi. “Aku tak bisa membacanya! Bocah sialan ini… menyembunyikan kultivasinya!”

Kemarahannya memuncak.

“Baiklah! Jika begitu, kita lihat seberapa kuat kau menghadapi jurus pamungkasku!”

Ia menatap Pedang Roh Suci di tangannya — pedang yang dulunya milik Xio Wu.

“Pedang ini dulu milik ayahmu, bukan? Akan kubuktikan, bahkan pusaka leluhurmu takkan menyelamatkanmu!”

Ia menyalurkan seluruh energi ke dalam bilah pedang itu. Aura biru tua berubah menjadi merah keemasan, dan suara naga serta bintang menggema bersamaan.

Inilah jurus gabungan teknik klan Bintang Langit dan Seni Pedang Lembah Seribu Pedang.

“Teknik Terlarang: Pedang Bintang Neraka!”

Langit di atas mereka terbelah dua.

Bintang-bintang di langit bergetar, lalu seolah ditarik ke bilah pedang Yumeng.

Seluruh lembah diselimuti cahaya menyilaukan — lalu ledakan menggelegar seperti tabrakan dua dunia.

Gelombang energi suci dan iblis menyapu tanah, menimbulkan kawah raksasa selebar ratusan meter.

Ledakan itu begitu kuat hingga para tetua yang menonton dari kejauhan harus melindungi diri dengan perisai spiritual.

Namun… di tengah semua itu, berdiri sosok tunggal.

Xio Lun.

Masih tegak, mata keemasannya menatap dingin.

Pedang Kegelapan di tangannya bergetar, tapi ujungnya menahan serangan itu sepenuhnya.

Ketika debu menghilang, Yumeng terlempar jauh, menghantam batu besar hingga pecah.

Darah menetes dari bibirnya.

Tangannya bergetar hebat, dan Pedang Roh Suci — pedang ayah Xio Lun — terlepas dari genggamannya, menancap di tanah.

Yumeng terengah, menatap tak percaya.

“Tidak mungkin… Bagaimana kau… bisa menahan itu…?”

Pedang itu....

Xio Lun menurunkan pedangnya perlahan, menatapnya dengan pandangan sedingin es.

“Ranah…” katanya pelan, “tidak selalu menunjukkan kekuatan .”

Tubuh Yumeng bergetar hebat.

“Kau… kau… ternyata benar pedang ditangannya ,,pusaka macam apa yang di miliki bocah itu, gumam yumeng

Xio Lun menatapnya lama, lalu menjawab datar,

“Ranahku? Sudah lama aku melampaui batas ‘langit’ yang kau sembah.”

Aura hitam perlahan merembes keluar dari tubuhnya, menyelimuti langit.

Tekanan itu berbeda bukan sekadar spiritual, tapi jiwa murni yang menekan eksistensi itu sendiri.

Bumi bergetar, udara berdenyut, dan semua pedang di lembah bergetar seperti berlutut.

Bahkan para tetua di kejauhan menunduk tanpa sadar, lutut mereka gemetar di bawah tekanan itu.

Yumeng menatap dengan ketakutan yang belum pernah ia rasakan.

“Ini… ini kekuatan apa…?!”

Suara berat bergema dari belakang Xio Lun — suara purba, bergema dari kedalaman jiwanya.

“Ranah Dewa Ilahi… ranah di mana kehendak menjadi hukum, dan dunia tunduk pada satu pikiran.”

Yumeng terpaku.

Ranah Dewa Ilahi… bahkan di Benua Barat, hanya legenda.

Dan bocah di hadapannya sudah menginjak kaki ke sana?!

Xio Lun menatapnya dalam diam, lalu berbicara pelan.

“Yumeng… demi ambisimu, kau menghancurkan keluargaku, menodai nama klan, dan menjual kehormatan leluhur pada klan asing.

Hari ini, aku akan menebus semua dosa itu dengan darahmu.”

Yumeng berteriak panik, mencoba memanggil kembali pedang rohnya, tapi bilah itu menolak — aura spiritualnya sudah pecah, tak lagi mengakui tuannya.

Xio Lun mengangkat Pedang Kegelapan, dan langit menjadi gelap total.

“Teknik pedang Dewa Perang - Jurus ke lima tarian kegelapan

Satu tebasan — tanpa suara, tanpa cahaya.

Namun ketika Yumeng membuka matanya, tubuhnya sudah terbelah dua, dan jiwanya terurai seperti pasir.

Pedang Kegelapan kembali tenang, mengeluarkan dengungan rendah seperti doa untuk arwah.

Xio Lun berdiri di tengah kehancuran lembah, angin meniup jubahnya yang robek.

Para tetua yang tersisa menatapnya dengan campuran takut dan kagum.

Mereka tahu — hari itu, Patriak palsu Yumeng telah jatuh.

Dan darah klan kembali pada pewaris sejatinya.

Langit perlahan cerah kembali, dan sinar matahari pertama menembus kabut.

Di antara cahaya itu, Xio Lun berbisik lirih —

“Ini untukmu, Ayah… untukmu, Ibu… dan untuk kehormatan Lembah Seribu Pedang.”

Pedang Kegelapan bergetar lembut, seolah menjawab.

Dan di kejauhan, gema suara leluhur bergema:

“Warisan naga pedang telah kembali pada darah sejatinya…”

1
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Nanik S
di Cerita ini harusnya kata subuh tidak ada Tor
Nanik S
Peta
Nanik S
Siap Balas Dendam
Nanik S
apakah Xiao Lun akan dilenyapkan
Nanik S
Awal yang menarik
Ibad Moulay
Pengawal Timur
Ibad Moulay
Lorong Batu
Ibad Moulay
Formasi Penyegel Darah
Ibad Moulay
Penjaga Kuno
Ibad Moulay
Kuil Bayangan
Ibad Moulay
Menara Langit Ilahi
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Gerbang Bintang
Ibad Moulay
Pusaran
Ibad Moulay
Jalur Utara
Ibad Moulay
Penjaga
Ibad Moulay
Ledakan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!